Tuesday 19 August 2014

Berbahayakah ISIS di Indonesia?


Jakarta (SI Online) - Berbahayakah gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) bagi Indonesia?. Bila pertanyaan itu dilontarkan kepada Direktur An Nasr Institute Munarman, SH., jawabnya adalah tidak.

"Wong ISIS itu tidak ada kok di Indonesia," jawab Munarman dalam diskusi "Mengukur Bahaya ISIS di Indonesia," yang digelar Pengurus DPP Partai Bulan Bintang, di Jakarta, Sabtu (16/8/2014).

Bagi Munarman, fenomena ISIS ini sama seperti soal terorisme yang selalu distigmatisasikan kepada umat Islam. "Semua itu fitnah supaya umat Islam tidak lagi memperjuangkan syariah dan khilafah," katanya.

Fitnah dan permusuhan Barat terhadap Islam ini bisa dilihat dari tesis Samuel P Hutington yang meniscayakan adanya benturan peradaban antara peradaban Barat dengan peradaban Islam yang disetting akan dimenangkan oleh Barat.

Mantan Direktur YLBHI itu mengingatkan bahwa sejatinya bagi Barat yang menjadi musuh utama meraka bukanlah kelompok fundamentalisme Islam, tetapi justru Islam itu sendiri.

Munarman pun membeberkan berbagai dokumen yang dikeluarkan oleh sejumlah lembaga think-tank dan intelijen Amerika, seperti Rand Corporation, National Security Agency (NSA) maupun National Intelligence Council (NIC).

Merujuk dokumen yang dikeluarkan NSA, Munarman menjelaskan bila Amerika sejatinya menargetkan Islam sebagai musuh utama mereka. Untuk itu mereka menggunakan strategi yang pernah diadopsi saat terjadi Perang Dingin. Saat itu perlawanan terhadap Komunisme di Uni Sovyet dengan menggunakan orang-orang yang hidup di negara-negara komunis sendiri.

Dengan strategi ini, Amerika Serikat juga tidak secara langsung berhadapan dengan Islam, tetapi dikondisikan supaya syariah dan khilafah ditolak oleh orang Islam sendiri. Fenomena inilah yang kini terjadi saat umat menyikapi Khilafah Islam yang didirikan ISIS.

Untuk itu kepentingan ini, Amerika telah memetakan atau mengelompokkan tokoh-tokoh Islam. Dalam dokumen yang dikeluarkan Rand Corporation berjudul "Civil Democratic Islam: Partners, Resources and Strategies" dapat dengan mudah diketahui strategi ini. Amerika membagi tokoh-tokoh Islam menjadi empat golongan: Sekularis, Fundamentalis, Tradisonalis dan Modernis.

"Ini untuk memetakan siapa di antara tokoh Islam yang bisa dijadikan teman oleh mereka," tandas Pengurus DPP FPI ini.

Sebelumnya, di tempat terpisah Kepala BNPT Ansyaad Mbai mengaku tak tahu jumlah pengikut ISIS di Indonesia. Informasi ini penting untuk mengukur sejauh mana bahaya ISIS di Indonesia.

Sunday 17 August 2014

Katanya Sudah Merdeka Tapi Masih Ikuti Asing


Pertanyaan yang selalu muncul dalam benak kita setiap menjelang tanggal 17  Agustus adalah apakah Indonesia sudah benar-benar merdeka??? Itu pertanyaan yang wajar diajukan oleh setiap warga negara mengingat kemerdekaan yang ada masih terlihat semu.

Jika kemerdekaan yang dimaksud adalah merdeka dari penjajahan fisik mungkin iya kita sudah merdeka. Namun bila kemerdekaan itu maknanya merdeka dari segala bentuk penjajahan, nyatanya belum merdeka. Lihat saja negeri ini dibangun dari utang luar negeri yang jumlahnya terus naik. Ada 3.300 triliun utang Indonesia hingga April 2014.

Sementara itu Rektor UGM Prof Dr Pratikno pernah menyatakan bahwa lebih dari 70% sumber daya alam Indonesia dikuasai asing, seperti emas, minyak, batu bara, gas dan lainnya. Katanya, asing telah menguasai perbankan 50%, migas dan batu bara antara 70 - 75%, telekomunikasi 70 % dan lebih parah lagi pertambangan emas dan tembaga, asing menguadai 80-85%. Sementara pertanian dan perkebunan dalam arti luas menguasai 40%. (antaranews.com)

Bahkan disinyalir banyak UU yang diproduksi DPR adalah pesanan asing.

Setidaknya ada 76 Undang- undang dan Rancangan Undang- Undang yang mengakomodir kepentingan asing. Setidaknya ada tiga lembaga dunia yang ikut terlibat dan mengintervensi pembuatan UU seperti Bank Dunia, IMF dan USAID. (rakyatmerdeka.co.id)

Di bidang pendidikan juga tak lepas dari pengaruh asing. Tsaqofah atau pengetahuan Barat banyak dijejalin ke anak- anak didik kita tanpa filter. Misalnya kesetaraan gender, ham, demokrasi, ekonomi kapitalis dan nasionalisme serta masih banyak yang lainnya.

Demikian juga dalam kehidupan sosial budaya pengaruh Barat sangat dominan dalam kehidupan kita seperti hidup permisif, pergaulan bebas, dugem, narkoba, hura-hura, geng motor, KKN, dan sebagainya. Malah ironis dalam perayaan kemerdekaan lebih banyak ditonjolkan hura-huranya yang mengikuti gaya hidup penjajah Barat . Bidang politik juga tidak lepas dari intervensi asing seperti dalam kasus Pemilu kemarin.

Kalau begitu lalu dimana kemerdekaan sejati itu??

Padahal sejatinya kemerdekaan itu membuat bangsa ini independen, mandiri dan bebas dari intervensi asing. Satu-satu caranya yaitu dengan kembali kepada Aturan yang berasal dari Allah dan mencampakkan semua ideologi dan aturan yang berasal dari manusia yang lemah.

Wallahu a'lam.