Sunday 28 April 2013

Keutamaan meninggal pada hari Jum'at atau malam Jum'at

Para ulama menyebutkan bahwa salah satu tanda seorang muslim mati dalam keadaan husnul khatimah adalah ia mati pada malam Jum’at atau hari Jum’at.

Pendapat tersebut didasarkan kepada beberapa hadits berikut ini.

[1]. Hadits dari jalur Hisyam bin Sa’ad dari Sa’id bin Abi Hilal dari Rabi’ah bin Saif dari Abdullah bin Amru bin Ash radhiyallahu ‘anhuma berikut ini.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ “

Dari Abdullah bin Amru bin Ash radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Tidak ada seorang muslim pun yang meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur.” (HR. Ahmad no. 6582 dan At-Tirmidzi no. 1074)

Setelah meriwayatkan hadits tersebut, imam at-Tirmidzi melemahkannya dengan berkata: “Hadits ini gharib. Sanad hadits ini tidak bersambung, karena perawi Rabi’ah bin Saif sebenarnya hanya meriwayatkan dari Abu Abdurrahman al-Hubuli dari Abdullah bin Amru. Kami tidak mengetahui Rabi’ah bin Saif mendengar langsung dari Abdullah bin Amru.” (Sunan At-Tirmidzi, 3/378, hadits no. 1074)

Imam al-Mundziri dalam At-Targhib wa At-Tarhib juga melemahkan hadits ini.

Syaikh Ahmad Syakir berkata: “Sanadnya lemah, karena sanadnya terputus.” Beliau lalu menyebutkan sanadnya dan penjelasan imam At-Tirmidzi di atas. (Musnad Imam Ahmad, 6/153, hadits no. 6582 dengan tahqiq Syaikh Ahmad Syakir)

Syaikh Syu’aib al-Arnauth berkata, “Sanadnya lemah, karena perawi Rabi’ah bin Saif tidak mendengar dari Abdullah bin Amru. Dia (Rabi’ah bin Saif) dan perawi Hisyam bin Sa’ad adalah dua perawi yang lemah.” (Musnad Imam Ahmad, 11/147, hadits no. 6582, dengan tahqiq Syaikh Syu’aib Al-Arnauth)

[2]. Hadits di atas diriwayatkan dari jalur sanad lainnya berikut ini.

Imam Ahmad berkata: Telah menceritakan kepada kami perawi Suraij, telah menceritakan kepada kami (perawi Suraij) perawi Baqiyah, dari Mu’awiyah bin Sa’id dari Abu Qabil dari Abdullah bin Amru bin Ash berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

” مَنْ مَاتَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ وُقِيَ فِتْنَةَ الْقَبْرِ “

“Barangsiapa meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at maka ia akan dilindungi dari fitnah kubur.” (HR. Ahmad no. 6646)

Syaikh Ahmad Syakir berkata: “Sanadnya lemah, karena perawi Baqiyah bin Muslim adalah seorang mudallis (perawi yang memanipulasi sanad) dan dalam sanad ini ia tidak menegaskan mendengar secara langsung (dari Mu’awiyah).” (Musnad Ahmad dengan tahqiq Syaikh Ahmad Syakir, 6/204)

Syaikh Syu’aib al-Arnauth berkata: “Sanadnya lemah. Perawi Baqiyah (yaitu Baqiyah bin Muslim al-Himshi) mentadlis dari para perawi yang lemah dan melakukan tadlis taswiyyah, bahkan memperbolehkannya. Perawi Mu’awiyah bin Said bin Syuraij at-Tujaibi al-Fahmi al-Mishri, hanya dinyatakan tsiqah oleh Ibnu Hibban saja.” (Musnad Ahmad dengan tahqiq Syu’aib al-Arnauth, 11/226-227)

Adapun perawi Abu Qabil (namanya adalah Huyai bin Hani al-Mu’afiri) dinyatakan tsiqah oleh lebih dari seorang ulama, imam Ibnu Hibban menyebutkannya dalam kitabnya Ats-Tsiqat dan berkata: Dia juga seorang perawi yang keliru-keliru. Imam As-Saji menyebutkannya dalam kitabnya Adh-Dhu’afa’ (Para perawi yang lemah). Dan diriwayatkan dari Imam Ibnu Ma’in bahwa ia melemahkannya.” (Musnad Ahmad dengan tahqiq Syu’aib al-Arnauth, 11/225)

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani juga melemahkan perawi Abu Qabil dalam kitabnya Ta’jilul Manfa’ah.

[3]. Hadits riwayat imam Abu Ya’la dalam musnadnya dan Ibnu ‘Adi dalam Al-Kamil fi adh-Dhu’afa’.

Imam Abu Ya’la berkata: Menceritakan kepada kami perawi Abu Ma’mar Ismail bin Ibrahim, menceritakan kepada kami perawi Abdullah bin Ja’far dari Waqid bin Salamah dari Yazid ar-Raqasyi, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

«مَنْ مَاتَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وُقِيَ عَذَابَ الْقَبْرِ»

“Barangsiapa meninggal pada hari Jum’at maka ia akan dilindungi dari siksa kubur.” (HR. Abu Ya’la no. 4113 dan Ibnu ‘Adi dalam Al-Kamil, 7/2554)

Syaikh Ahmad Syakir berkata: “Makna hadits ini juga diriwayatkan dari jalur Anas bin Malik dlam Musnad Abu Ya’la. Namun sanadnya lemah juga, sebagaimana disebutkan oleh (Al-hafizh Nuruddin al-Haitsami) dalam Majma’uz Zawaid dan (Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani) dalam Fathul Bari.” (Musnad Ahmad dengan tahqiq Ahmad Syakir, 6/204)

Syaikh Syua’aib al-Arnauth berkata: “Di dalam sanadnya ada perawi Waqid bin Salamah dan Yazin bin Abban ar-Raqasyi. Keduanya adalah perawi yang lemah.” (Musnad Ahmad dengan tahqiq Syu’aib al-Arnauth, 11/149)

Syaikh Husain Salim Asad dalam tahqiqnya atas Musnad Abu Ya’la juga melemahkan sanad hadits ini.

[4]. Hadits riwayat imam Abu Nu’aim al-Asbahani dalam Hilyatul Awliya’.

Dari Umar bin Musa bin Wajih dari Muhammad bin Munkadir dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

«مَنْ مَاتَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ أُجِيرَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَجَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ طَابَعُ الشُّهَدَاءِ»

“Barangsiapa meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at niscaya ia akan dijauhkan dari siksa kubur dan pada hari kiamat ia akan datang dengan memiliki tanda orang mati syahid.” (HR. Abu Nu’aim al-Asbahani dalam Hilyatul Awliya’ wa Thabaqat al-Ashfiya’, 3/155)

Setelah meriwayatkan hadits ini, imam Abu Nu’aim al-Asbahani mengatakan: “Hadits ini gharib dari hadits Jabir dan Muhammad bin Munkadir. Hanya diriwayatkan oleh Umar bin Musa, dan ia adalah seorang penduduk Madinah, ia adalah perawi yang lemah.” (Abu Nu’aim al-Asbahani, Hilyatul Awliya’ wa Thabaqat al-Ashfiya’, 3/155)

Syaikh Syu’aib al-Arnauth menulis tentang perawi Umar bin Musa bin Wajih: “Imam Abu Hatim berkata: “Ia adalah pemalsu hadits.” Imam An-Nasai dan Ad-Daraquthni berkata: “Ia matruk (tertuduh memalsu hadits).” Imam Ibnu ‘Adi berkata: “Ia termasuk perawi yang memalsukan hadits, matan maupun sanadnya.” (Musnad Ahmad dengan tahqiq Syaikh Syu’aib al-Arnauth, 11/149)

Syaikh Ahmad Syakir berkata: “Hadits Jabir diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah, 3/155-156, dan dalam sanadnya ada kelemahan.”(Musnad Ahmad dengan tahqiq Syaikh Ahmad Syakir, 6/204)

Kedudukan hadits:

Inilah Abdullah bin Amru bin Ash tentang keutamaan meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at. Hadits tersebut secara sanad lemah, dan terdapat dua hadits lainnya yang menunjukkan keutamaan yang sama, yaitu hadits Anas bin Malik dan Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu. Secara sanad, kedua hadits tersebut juga lemah, bahkan lebih lemah dari hadits Abdullah bin Amru bin Ash.

Kesimpulan hadits:

1. Hadits tentang keutamaan meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at diriwayatkan dari jalur sahabat Abdullah bin Amru bin Ash, Anas bin Malik dan Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhum.

2. Imam Abul ‘Ala’ Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfuri dalam bukunya Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan Tirmidzi menyatakan hadits Anas bin Malik dan Jabir bin Abdullah bisa menguatkan kelemahan hadits Abdullah bin Amru bin Ash. Sehingga dari keseluruhan jalur sanadnya, hadits tersebut naik derajatnya menjadi hadits hasan atau hadits shahih, yang bisa dipegangi sebagai hujjah untuk menyatakan adanya keutamaan khusus bagi orang yang meninggal padda hari Jum’at atau malam Jum’at.

Pendapat ini diikuti oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam bukunya, Ahkamul Janaiz.

3. Sebagian besar ulama hadits menganggap hadits Anas bin Malik dan Jabir bin Abdullah tidak bisa menguatkan kelemahan hadits Abdullah bin Amru bin Ash. Sebab kelemahan sanad kedua hadits tersebut justru lebih parah daripada kelemahan sanad hadits Abdullah bin Amru bin Ash. Dengan demikian, ketiga hadits tersebut tetap berderajat dha’if (lemah) dan tidak bisa dijadikan hujjah untuk menyatakan ada keutamaan khusus bagi bagi orang yang meninggal padda hari Jum’at atau malam Jum’at. Pendapat ini, wallahu a’lam, adalah pendapat yang lebih kuat dan lebih dekat kepada kebenaran.

4. Andaikata kita mengikuti pendapat ulama yang menyatakan hadits tersebut hasan atau shahih sekalipun, maka bukan berarti setiap muslim dan muslimah yang meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at telah meraih husnul khatimah. Status husnul khatimah lebih kuat berkaitan dengan amal perbuatan orang yang meninggal, daripada dengan tempat dan waktu orang tersebut meninggal.

Misalnya:

a. Seorang muslim atau muslimah meninggal dalam keadaan melakukan kemaksiatan (berzina, mabuk, merampok, meninggalkan shalat, meninggalkan shaum Ramadhan dan lain-lain), maka bisa diyakini ia mati dalam keadaan suul khatimah, meskipun ia meninggal pada malam Jum’at atau hari Jum’at.

b. Seorang muslim atau muslimah meninggal dalam keadaan melakukan ketaatan (melaksanakan shalat, shaum Ramadhan, membaca Al-Qur’an, menengok orang sakit, memuliakan tamu, berperang di jalan Allah, dan lain-lain), maka bisa diyakini ia mati dalam keadaan husnul khatimah, meskipun ia meninggal pada selain hari Jum’at atau selain malam Jum’at.

c. Jika seorang muslim atau muslimah meninggal dalam keadaan melakukan ketaatan pada hari Jum’at atau malam Jum’at, maka bisa diyakini bahwa ia meninggal dalam keadaan husnul khatimah.

5. Kematian adalah rahasia yang hanya diketahui oleh Allah Ta’ala. Kematian datang secara tiba-tiba tanpa bisa disangka waktu dan tempatnya. Oleh karenanya sudah seharusnya kita senantiasa mempersiapkan bekal amal shalih sebaik-baiknya untuk menghadap Allah Ta’ala, sebelum kematian datang menjemput kita. Wallahu a’lam bish-shawab.

Halusinasi Penginjil Kedar Ministry, Surganya Hanya di Angan-Angan

PARA PENGINJIL semakin vulgar menyatakan permusuhan terhadap umat Islam. Lembaga penginjilan Kedar Ministry terang-terangan menyatakan bahwa lembaga ini didirikan untuk mengkristenkan umat Islam. Dalam website muslim-murtad###.com dipaparkan misi dan visi sbb:

“Misi kami adalah menjangkau jiwa-jiwa muslim yang tersesat dan membuka mata nuraninya agar mereka tahu bahwa di dalam Islam tidak ada kepastian keselamatan, dan mengabarkan kabar sukacita karena ada Juruselamat yang menjamin 100% keselamatan adalah Tuhan Yesus Kristus/Isa Almasih.”

Dalam artikel “Mengapa Para Mukmin Gelisah Akan Kiamat?” penginjil Kedar Ministry berusaha memurtadkan umat Islam dengan tudingan bahwa dalam Islam tidak ada jaminan keselamatan. Tuduhan ini ditopang dengan asumsi bahwa umat Islam takut menghadapi hari Kiamat.

Untuk memaksakan kesimpulan bahwa dalam Islam tidak ada jaminan keselamatan surgawi, mereka menyandarkan asumsi pada pendapat seseorang yang tidak jelas indentitasnya. Lucunya, pendapat seorang anonim yang diklaim sebagai hajjah dari Malaysia ini dijadikan sebagai asumsi umum seluruh umat Islam:

“Pada umumnya, kita masih bingung apabila memikirkan saat kematian. Ke manakah saudara akan pergi? Sorga atau neraka? Selain biasanya sulit untuk dijawab, pertanyaan ini juga membingungkan… Seorang Hajjah dari Malaysia pernah berkata, “Saya tetap takut dengan kiamat, walau saya rajin berpuasa, saleh, dan hidup sebaik-baiknya. Saya tidak yakin Allah akan menerima saya pada hari akhir.”

Ketakutan seorang anonim itu dijadikan kesimpulan bahwa umat Islam takut terhadap hari Kiamat karena Islam tidak menjamin keselamatan surgawi. Kedar menulis:

“Menurut ajaran agama Islam, karena Allah Mahakuasa, Allah menentukan masalah keselamatan tanpa memberitahu kepada manusia apakah ia akan masuk sorga atau neraka. Sehingga, walaupun seseorang beramal dan saleh, beriman pada Allah dan mengharap pada pengampunan Allah yang "Arrahmaanir rahim," ia masih akan selalu ragu-ragu apakah ia akan selamat sesudah meninggal dunia atau tidak.”

...Semakin penginjil menyerang akidah Islam, yang terungkap justru kejahilan sang penginjil dan kebobrokan agamanya...

Sebuah hadits shahih tak luput dari sasaran kejahatan penginjil Kedar. Sabda Nabi diperalat untuk menuduh umat Islam tidak selamat dari neraka karena hanya karena dosa yang kecil umat Islam tidak akan masuk surga. Kedar menulis:

“Dosa kecil punya arti besar. Salah satu hadits berbunyi, "Tiada masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan" (HR Muslim). Ucapan ini sangat berat. Karena ada dosa sekecil apapun dan kenyataan Allah mempunyai kuasa mutlak, para Mukmin ragu-ragu mengenai nasibnya pada hari pembalasan.”
ARGUMEN AKROBATIK, LOGIKA PENGINJIL JUNGKIR BALIK

Itulah argumen akrobatik penginjil untuk memurtadkan umat Islam. Wawasan lemah dan minimnya data dipaksakan untuk menyerang akidah Islam yang mulia dan ilmiah. Semakin penginjil menyerang akidah Islam, yang terungkap justru kejahilan sang penginjil dan kebobrokan agamanya.

Pertama, bohong besar tuduhan penginjil bahwa umat Islam tidak terjamin surga dan keselamatannya di akhirat. Dalam banyak ayat Allah menjamin surga bagi umat Islam sekaligus akan dihindarkan dari api neraka:

“Orang-orang yang beriman (Islam) dan mengerjakan amalan shaleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?” (Qs An-Nisa’ 122; baca juga: Al-Baqarah 82, An-Nisa’ 57, Al-A’raf 42, Yunus 9, Hud 23, Ar-Ra’d 29, Ibrahim 23, Al-Kahfi 107, Maryam 60, Thaha 75, Al-Hajj 14, 23, 56, Al-‘Ankabut 7, 58, Ar-Rum 15, Luqman 8, As-Sajdah 19, Asy-Syura 22, Al-Jatsiyah 30, At-Taghabun 9, At-Thalaq 11, Al-Buruj 11, dll).

Rasulullah SAW dalam banyak sabdanya juga menggaransi umatnya akan masuk surga dan terbebas dari neraka. Tak heran jika kitab Shahih Muslim jilid I terdapat dua bab khusus: “Keimanan yang Membawa Seseorang Masuk ke dalam Surga" dan bab "Orang yang Menghadap Tuhannya dengan Kebulatan Iman yang Mantap, Akan Dimasukkan dalam Surga dan Dihindarkan dari Api Neraka,”

Dalam hadits riwayat Bukhari disebutkan, suatu hari Rasulullah SAW ditanya oleh seorang laki-laki, “Tunjukkan kepadaku amalan apa yang dapat memasukkan aku ke dalam surga?” Rasulullah SAW menjawab: "Menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun, menegakkan shalat, membayar zakat dan menghubungi sanak kerabat.”

“Barangsiapa bersaksi tiada Tuhan selain Allah, Tuhan Yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya, bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, dan bahwa Isa (yang terjadi dengan) kalimat-Nya, yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan (dengan tiupan) ruh dari-Nya, dan bahwa surga adalah haq (benar) dan neraka haq, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga dengan amalan apa pun yang telah ia perbuat” (HR Bukhari).

Bahkan umat Islam yang hanya memiliki setitik iman pun punya kesempatan masuk surga, meski sempat masuk neraka karena memiliki dosa selama di dunia. Rasulullah SAW bersabda:

“Bila ahli surga telah masuk surga dan ahli neraka telah masuk neraka, maka Allah SWT akan berkata, “Orang yang di dalam hatinya ada setitik iman, hendaklah dikeluarkan. Maka mereka pun keluar dari neraka” (HR Bukhari dan Muslim).

“Dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan (Laa Ilaaha Illallah) dan di dalam hatinya ada seberat biji dari kebaikan (iman)” (HR Bukhari dan Muslim).

Bahkan Allah SWT bersumpah akan mengeluarkan orang yang mengucapkan syahadatain itu dari neraka.

Dari Anas RA, Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah SWT berfirman: “Demi Izzah-Ku, demi Jala-Ku, demi Kesombongan-Ku dan demi Keagungan-Ku, Aku pasti keluarkan (dari neraka) orang yang mengucapkan (Laa ilaaha illallah)” (HR Bukhari)

...Bohong besar tuduhan penginjil bahwa umat Islam tidak terjamin keselamatannya di akhirat. Dalam banyak ayat Allah menjamin surga bagi umat Islam sekaligus akan dihindarkan dari api neraka...

Meski sudah dijamin masuk surga, umat Islam tidak boleh takabur dengan memastikan dirinya masuk surga, karena kunci-kunci ilmu ghaib hanya Allah saja yang Maha Tahu (Qs Al-An’am 59). Dalam hadits shahih riwayat Bukhari, Rasulullah SAW merinci lima kunci ilmu ghaib, yaitu: 1) apa yang terjadi esok hari, 2) apa yang dikandung oleh rahim, 3) kapan turun hujan, 4) di bumi mana seseorang akan meninggal, 5) kapan terjadi hari kiamat.

“Kunci-kunci ilmu gaib ada lima, hanya Allah yang mengetahuinya: tidak ada yang tahu apa yang terjadi esok hari kecuali Allah, tidak ada yang tahu apa yang dikandung oleh rahim kecuali Allah, tidak ada yang tahu kapan turun hujan kecuali Allah, tidak ada seorang pun yang tahu di bumi mana dia akan meninggal, dan tidak ada yang tahu kapan terjadi hari kiamat kecuali Allah” (HR Bukhari).

Karena tidak tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang, terutama kematian, kiamat dan surga-neraka, maka dilarang memastikan masuk surga tanpa ucapan “insya Allah” (Qs Al Kahfi 23-24).

Kedua, tudingan bahwa umat Islam ragu-ragu terhadap surga dan keselamatan akhirat, terbantahkan oleh keberanian para mujahidin di medan perang. Dengan gagah berani, mereka bertarung melawan kezaliman para kuffar di medan jihad. Nyawa yang semata wayang mereka pertaruhkan, karena meyakini fadilah syuhada dan surga yang dijanjikan Allah. Rasulullah SAW bersabda:

“Ada tiga orang yang semuanya dijamin Allah azza wajalla, yaitu: seorang lelaki yang pergi untuk berperang di jalan Allah, maka ia dijamin oleh Allah hingga Allah mewafatkannya, lalu memasukkannya ke surga dengan segala pahala atau harta rampasan perang yang diperolehnya...” (HR. Abu Daud).

Ketiga, di samping meyakini Islam sebagai satu-satunya agama dan jalan keselamatan surgawi (Qs Ali Imran 19), Al-Qur'an juga mengajarkan bahwa semua agama di luar Islam tidak diterima Allah (Ali Imran 85).

Umat Kristen disebut sebagai “kafir kitabi” (kafir Ahli Kitab) kafir karena meyakini Yesus sebagai Tuhan doktrin Trinitas (Al-Ma’idah 72-73). Allah memastikan mereka akan menjadi penghuni neraka Jahannam:

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni Ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk” (Qs. Al-Bayyinah 6).

Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa yang mendengar berita kenabianku tetapi dia enggan untuk masuk Islam, maka dia telah memilih tempat tinggalnya di Neraka Jahannam” (HR Muslim).

...Sang penginjil mengakui bahwa surga adalah tempat kesucian di Hadirat Yang Maha Suci. Tapi di sisi lain ia ingin agar surga juga diperuntukkan bagi orang-orang sombong. Ini logika yang tidak waras...

Keempat, sang penginjil merasa janggal terhadap ajaran Islam bahwa orang yang sombong tidak akan masuk surga. Pernyataan ini kontradiktif dengan pernyataan sang penginjil di awal tulisannya:

“Pada akhir riwayat dunia ini nanti, tak seorang pun di antara umat manusia bersedia masuk ke dalam tempat penyiksaan yang dinamakan neraka. Tak terkecuali, setiap kita pasti ingin menikmati kebahagiaan yang kekal di surga, tempat kesucian di Hadirat Yang Mahasuci.”

Sang penginjil sudah mengakui bahwa surga adalah tempat kesucian di Hadirat Yang Maha Suci. Tapi di sisi lain ia ingin agar surga juga diperuntukkan bagi orang-orang sombong. Jelas ini logika jungkir balik yang tidak waras.
MENGIMANI KETUHANAN YESUS BIKIN CELAKA

Setelah menuding ketidakselamatan umat Islam di akhirat, penginjil Khedar Ministry mengumbar klaim bahwa umat Kristen pasti masuk surga setelah mati. Ia mengimbau umat Islam agar menerima Yesus sebagai juruselamat penebus dosa supaya selamat di akhirat:

“Janji keselamatan yang diberikan oleh Isa Al-Masih tidak dapat dibeli dengan amal dan ibadah. Keselamatan merupakan anugerah dan pemberian cuma-cuma dari Allah… Keselamatan adalah pemberian terindah. Datanglah kepada Isa Al-Masih untuk menerima keselamatan yang sudah disediakan. Keselamatan yang hanya akan diterima oleh mereka yang bersedia menyambut anugerah terbesar. Akhirnya tuhan Yesus memberkati kita semua nya.”

Klaim orang Kristen (maupun Yahudi) bahwa hanya mereka yang masuk surga, bukan fenomena baru bagi umat Islam. Allah menegaskan bahwa itu adalah halusinasi alias angan-angan kosong belaka. Al-Qur'an sudah mensinyalir dua puluh abad yang lalu:

“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, "Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani." Itu (hanya) angan-angan mereka. Katakanlah, "Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar" (Qs Al-Baqarah 111; baca juga: Al-Baqarah 135, Al-Ma’idah 18).

...Jaminan iman kepada Yesus sebagai Tuhan telah terbukti meleset. Jangan pertaruhkan iman dengan surga palsu yang ditawarkan penginjil...

Mari kita uji iman kepada ketuhanan Yesus dengan parameter Alkitab (Bibel). Injil Markus menjelaskan bahwa tanda orang yang beriman kepada Yesus adalah tidak akan celaka bila memegang ular berbisa yang mematikan dan dapat meminum racun mematikan.

“Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya, ....mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh” (Markus 16:17-18)

Dengan kata lain: bila orang Kristen tidak mengalami celaka sedikitpun, setelah memegang ular berbisa atau meminum racun, maka keimanan orang Kristen sudah benar sesuai standar ajaran Yesus.

Siapa yang berani membuktikan kebenaran iman sesuai ayat ini? Sepanjang sejarah Paus di Vatikan belum pernah membuktikannya. Satu-satunya orang Kristen yang berani membuktikan ayat ini adalah Pendeta Mark Randall “Mack” Wolford, dari gereja House of the Lord Jesus di Matoaka, Virginia Barat, Amerika Serikat.

Ternyata jaminan iman kepada ketuhanan Yesus tidak terbukti. Sang pendeta mati tragis saat testing iman dalam kebaktian di gereja pada Minggu (27/5/2012). Sebuah gigitan ular berbisa di pahanya yang mengantarkan pada kematian, menggugurkan jaminan Yesus dalam Bibel.

Jaminan iman kepada Yesus sebagai Tuhan telah terbukti meleset. Jangan pertaruhkan iman dengan surga palsu yang ditawarkan penginjil! Sekali salah pilih, maka penyesalan di neraka Jahannam tidak ada gunanya!!

Tuesday 16 April 2013

Skenario Fungsikan Densus, Daerah Konflik Dikaitkan dengan Terorisme

Drs. H. Slamet Effendy Yusuf, M.Si. menduga ada skenario untuk memfungsikan Densus 88 dengan menjadikan wilayah dimana sebelumnya terjadi konflik yang melibatkan umat Islam seperti Poso untuk dikaitkan dengan kasus terorisme.


Ia juga menyoroti, bahwa Densus 88 dibuat sejak bom Bali I dimana angka 88 diambil dari banyaknya korban warga Australia pada waktu itu.


“Di Indonesia sejak peristiwa bom Bali I dibentuk Den 88, yang Den 88 itu dari namanya kita sudah melihat, bahwa konon angka 88 itu bersumber dari banyaknya korban orang Australia. Kemudian Den 88 memperoleh pelatihan dari Amerika dan Australia,” kata Slamet Effendy Yusuf saat menjadi pembicara Diskusi Publik soal terorisme di PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (11/4/2013).

...bahwa konon angka 88 itu bersumber dari banyaknya korban orang Australia. Kemudian Den 88 memperoleh pelatihan dari Amerika dan Australia


Tempat-tempat yang sebelumnya pernah terjadi konflik SARA antara Islam-Kristen seperti di Poso maupun Ambon kerap dikaitkan dengan terorisme. Hal ini menurut Slamet, seolah untuk memfungsikan adanya Densus 88 sebagai Satgas Anti Teror.


“Ada penganggapan pusat-pusat konflik yang melibatkan umat Islam itu juga dikatakan sebagai peristiwa yang ada kaitannya dengan terorisme. Seperti pak Adnan katakan tadi, kita semua tahu apa yang terjadi di Poso dan sekitarnya, sampai daerah Tentena,” jelasnya.


Seperti pernyataan Komnas HAM beberapa waktu lalu, seharusnya daerah yang pernah terjadi konflik tak bisa dikaitkan dengan terorisme dan harus dipandang sebagai konflik, sebab kedua pihak antara Islam dan Kristen pada waktu itu sama-sama bisa membuat bom dan menguasai senjata api. Namun, anehnya hanya pihak Islam saja yang dituding terlibat kasus terorisme.

...pusat-pusat konflik yang melibatkan umat Islam itu juga dikatakan sebagai peristiwa yang ada kaitannya dengan terorisme.


Saat menjadi anggota DPR RI dari Fraksi Golkar pun Slamet Effendy Yusuf pernah mempertanyakan mengapa hal itu terjadi.


“Waktu saya di Komisi I juga sudah saya tanyakan kenapa tiba-tiba teman-teman Muslim di Tentena atau yang sudah lari ke selatan Poso yang lain sebagainya, kenapa dijuluki sebagai kekuatan teroris?” tanyanya.

...kenapa tiba-tiba teman-teman Muslim di Tentena atau yang sudah lari ke selatan Poso yang lain sebagainya, kenapa dijuluki sebagai kekuatan teroris?


Ia menambahkan, adanya akar terorisme itu bukan tanpa sebab, menurutnya operasi Densus 88 yang dipublikasikan secara vulgar di televisi, seperti penyergapan di Temanggung maupun Solo beberapa tahun silam menjadi pemicu dendam.


“Sehingga saudara-saudara sekalian yang sekarang disebut teroris itu dengan (menyasar, red.) obyek-obyek kepolisian bukan lagi obyek orang asing hampir bisa dipastikan itu adalah karena dendam. Oleh karena menurut saya, terlalu vulgarnya yang disebut dengan Densus 88 itu mempublikasikan operasi-operasinya sedemikian rupa,” jelasnya.


Untuk itu, solusinya menurut Slamet adalah menghilangkan akar dendam itu di tengah masyarakat. “Terorisme bisa dihilangkan dengan meng-clear-kan seluruh persoalan-persoalan yang kemudian menjadi dendam di tengah masyarakat,” ujarnya.

Monday 15 April 2013

MUI Akhirnya Tegaskan Eyang Subur Langgar Syariat Islam

Pro kontra terkait Eyang Subur akhirnya terjawab sudah. Pemberitaan yang sempat menghebohkan masyarakat dan menjadi headline diberbagai media elektronik, cetak maupun online beberapa waktu lalu tentang aduan Adi Bing Slamet bahwa Eyang Subur mengajarkan ajaran sesat ditanggapi serius oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.

Melalui Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat, HM. Asrorun Ni'am Sholeh, MUI kemudian memanggil Eyang Subur maupun perwakilannya. Namun dengan alasan sakit, mereka tidak hadir dalam undangan untuk meminta klarifikasi tersebut.

Meski demikian, MUI menegaskan bahwa Eyang Subur yang memiliki istri lebih dari empat telah melanggar Syariat Islam. Sebab, kata Asrorun, agama dan negara hanya mengakui pria memiliki empat istri saja. Penegasan ini berdasarkan bukti-bukti yang sudah dikumpulkan oleh tim investigasi MUI, meskipun Eyang Subur tak hadir dalam forum tabayyun tersebut.

“Poligami dengan saudara kandung itu tidak dibenarkan. Kemudian menikah lebih dari empat dalam satu waktu, juga tidak dibenarkan. Itu normatif keagamaan,” katanya kepada awak media di Gedung MUI Pusat, Jl. Proklamasi, Jakarta Pusat, Sabtu (13/4/2013).

Asrorun menambahkan, bahwa seorang muslim bila beristri lebih dari empat maka hukumnya adalah haram. Kemudian, hubungan suami-istri yang dilakukan pasangan tersebut merupakan sebuah perzinaan.

“Itu tidak dianggap istri. Itu sama saja hidup serumah tapi tidak menikah. Itu statusnya ilegal. Dalam Islam, sudah beristri dan berzina, hukumannya ialah rajam hingga mati. Secara fiqih iya seperti itu, tapi kan negara punya undang-undang yang mengatur perzinaan,” tegasnya.

Lebih lanjut, Asrorun menegaskan bahwa praktik perdukunan dan ramalan sangat tidak dibenarkan dalam agama Islam. “Terlepas dari pro-kontra kasus ini, praktek perdukunan, peramalan dalam konteks keagamaan, itu tidak dibenarkan,” ujarnya.

Asrorun mengingatkan kepada masyarakat agar lebih berhati-hati mencari guru spiritual atau guru agama. Selain itu, dia juga menasehatkan jika seseorang ingin menjadi kaya, maka hendaklah berusaha secara sungguh-sungguh dengan bekerja keras, bukannya melalui praktek perdukunan atau datang ke dukun.

“Kalau pengen tenar, kaya, ya usaha yang baik. Pengen albumnya laris, ya harus latihan yang bagus,” pungkas Asrorun.

Komnas HAM: Kholid Ditembak tanpa Perlawanan dan Terkesan Dipersiapkan

Komnas HAM kembali mengungkap kekerasan yang dilakukan Densus 88. Kali ini, Tim Pemantauan dan Penyelidikan Penanganan Tindak Pidana Terorisme Komnas HAM, Siane Indriani menyampaikan bahwa penembakan Kholid yang dilakukan Densus 88 terkesan telah direncanakan.


Hal itu disampaikan Siane Indriani, saat menjadi salah satu pembicara Diskusi Publik PP Muhammadiyah, yang mengusung tema Memberantas Terorisme tanpa Teror dan Melanggar HAM.


“Ketika kita masuk pada kasus Kholid, ini menimbulkan pertanyaan; kenapa Kholid mesti ditembak mati?” tanya Siane Indriani, di Gedung PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (11/4/2013).

...Kholid ini kan pegawai negeri, di bekerja di Kemenhut, setiap hari dia masih bekerja. Sehingga tidak ada alasan sebenarnya mengapa mesti ditembak pada saat selesai shalat shubuh


Ia mengungkapkan, Kholid yang merupakan PNS yang bekerja di kehutanan ditembak Densus 88 usai shalat Shubuh.


“Padahal Kholid ini kan pegawai negeri, di bekerja di Kemenhut, setiap hari dia masih bekerja. Sehingga tidak ada alasan sebenarnya mengapa mesti ditembak pada saat selesai shalat shubuh, yang menembak Densus,” paparnya.



Tak berhenti sampai di situ, aparat juga melakukan intimidasi kepada keluarga Kholid. “Ada intimidasi kepada keluarga, ibunya, adiknya. Pada saat yang sama juga ada penangkapan ustadz Yasin,” jelasnya.


Berdasarkan bukti video yang dimiliki Komnas HAM, terungkap dugaan pelanggaran HAM bahwa penembakan tersebut telah direncanakan. Dalam video tersebut juga tidak nampak adanya perlawanan dari Kholid.



“Kita ada videonya Kholid, di situ ada kesan dipersiapkan. Jadi dipersiapkan dengan rapih. Tidak Nampak adanya perlawanan di situ, ternyata dilakukan dengan cepat,” ungkapnya.

...Ada intimidasi kepada keluarga, ibunya, adiknya. Pada saat yang sama juga ada penangkapan ustadz Yasin


Untuk diketahui, Sabtu pagi tanggal 3 November 2012 menjadi hari pembunuhan bagi Kholid oleh pasukan Densus 88.


Hampir sebagian besar media umum memberitakan adanya baku tembak atau perlawanan saat penggerebekan, namun menurut kesaksian warga Kholid tidak melakukan perlawanan namun langsung ditembak mati.




Usai penembakan, warga menjadi marah dan kondisi Poso sempat mencekam lantaran mereka turun ke jalan mengecam aksi penembakan Densus 88 dan meminta jenazah Kholid dikembalikan.

...Jadi dipersiapkan dengan rapih. Tidak Nampak adanya perlawanan di situ


Wal hasil, usaha keras dan solidaritas warga Muslim Poso terhadap saudaranya yang dibantai, dengan izin Allah membuahkan hasil. Jenazah Kholid pun dikembalikan kepada keluarganya di Jalan Pulau Sabang Desa Kayamanya Kota Poso.


Di tubuhnya terdapat luka tembak di kepala tembus dagu dan kondisi dada ada bekas jahitan seperti bekas diotopsi. Jenazah Kholid akhirnya dimakamkan hari itu juga, malam hari selepas shalat ‘Isya.

Saturday 13 April 2013

Ustadz Adnan Arsal: Siksa Warga Poso tak Bersalah, Polisi Pengecut!

Tokoh umat Islam Poso, Ustadz Adnan Arsal mengecam sikap kepolisian yang telah melakukan penyiksaan terhadap warga Muslim Poso, dari mulai kasus video kekerasan tahun 2007 hingga penangkapan 14 warga Poso yang dianiaya sampai babak belur.


Saat itu, empat orang Brimob tewas dalam baku tembak dengan kelompok bersenjata di Desa Ambrana, Poso Pesisir dan di sekitar Gunung Kalora, Sulawesi Tengah pada Kamis (20/12/2012). Mereka adalah Briptu Wayan, Briptu Ruslan, Briptu Narto dan menyusul Briptu Eko Wijaya.

...Kenapa polisi yang ratusan itu bukan mengejar penembaknya tapi kembali ke Desa Kalora memungut warga setempat 14 orang kemudian dituduh sebagai teroris, disiksa dan babak belur,


Namun bukannya mengejar pelaku penembakan, aparat kepolisian malah menangkap 14 orang warga Desa Kalora yang tak mengerti apa-apa lalu disiksa hingga babak belur.


“Kenapa polisi yang ratusan itu bukan mengejar penembaknya tapi kembali ke Desa Kalora memungut warga setempat 14 orang kemudian dituduh sebagai teroris, disiksa dan babak belur, inikah penegakkan hukum?” kata ustadz Adnan Arsal, saat menjadi pembicara Diskusi Publik soal terorisme di Gedung PP Muhammadiyah, Menteng Jakarta Pusat, Kamis (11/4/2013).


Ustadz Adnan menilai, sikap polisi tersebut adalah sikap pengecut. “Polisi yang seperti itu saya anggap sebagai pengecut dalam negara ini. Yang jelas-jelas menembak tidak dikejar, masyarakat biasa dikumpul, disiksa,” ujarnya.

...Polisi yang seperti itu saya anggap sebagai pengecut dalam negara ini


Kemudian, terkait beredarnya video penyiksaan yang dilakukan aparat dalam hal ini Densus 88, ustadz Adnan menyatakan bahwa video itu asli.


“Masih banyak pak video-video yang lain yang asli semua pak, bukan rekayasa,” tegasnya.


Menurutnya, kasus yang terjadi pada Januari 2007 dalam video tersebut adalah rahasia umum bahwa hal itu benar-benar terjadi.


“Saya tokoh umat Islam, masyarakat Poso berdosa saya kalau menyajikan suatu penyajian yang bohong. Karena apa? Semua masyarakat, dan jadi rahasia umum semua peristiwa itu terjadi,” tandasnya.

Monday 8 April 2013

Kecaman Berubah Menjadi Dukungan Terhadap Kopassus

Yogyakarta Kematian Sersan Heru Santoso, anggota Kopassus, Grup 2, Kandangmenjangan, Surakarta, yang tewas dibunuh secara sadis para preman yang berasal dari Ambon dan NTT, di Hugo's Cafe, berubah menjadi dukungan simpati terhadap kesatuan elite itu.

Kalangan pemuda dan rakyat Yogyakarta, memberikan dukungan kepada Kopassus, guna memberantas dan membersihkan para preman dari Yogyakarta. Karena, selama ini ada pembiaran terhadap para preman, dan bahkan ada oknum aparat yang memberikan dukungan kepada para preman.

TNI Angkatan Darat dan Kopassus, beberapa hari ini, terus diharu-biru oleh media seperti Kompas, Tempo, dan lainnya, yang dituduh melakukan hukum rimba, ketika mengeksekusi empat orang preman dan mantan anggota polisi yang membunuh secara sadis Sersan Heru Santoso.

Kecemanan dan cercaaan itu, kemudian berbalik menjadi dukungan rakyat dan elemen-elemen pemuda Yogyakarta, yang menginginkkan kota pelajar dan budaya itu dibersihkan dari para preman. Rakyat dan para pemuda Yogyakarta mendukung tindakan Kopassus yang mengeksekusi para preman.

Yogyakarta, kota pelajar dan budaya yang tenang, berubah penuh dengan kekerasan sejak berdatangannya orang-orang dari Ambon dan NTT, bahkan berkembangnya budaya kekerasan, narkoba, dan minum, alias premanisme.

Ketenangan menjadi porak-poranda. Kekerasan kerap terjadi dan keributan menyeruak di seantero kota Yogyakarta. Semua ini berlangsung, karena adanya dukungan dan main mata, antara para preman Ambon dan NTT dengan oknum aparat kepolisian.

Hari Minggu, di kota Yogyakarta, di tengah guyuran hujan, berlangsung aksi dukungan terhadap Kopassus. Ratusan pemuda dari berbagai elemen, menggelar aksi dan melakukan orasi mendukung tindakan Kopassus yang membersihkan para preman dari kota pelajar dan budaya itu.

Mereka menginginkan kota Yogyakarta bersih dari segala bentuk premanisme, yang sekarang sudah menjadi ancaman nyata kehidupan mereka. Mereka menginginkan Yogyakarta dibersihkan dari premanisme. Karena itu, sekarang rakyat Yogyakarta terus melakukan sweeping dan pengawasan terhadap orang-orang yang berprofesi preman.

Ratusan pemuda menggelar aksi dukungan atas kejujuran Kopassus, Kandangmenjangan yang mengakui perbuatannya. Para anggota Kopassus itu sudah mengakui sebagai pelaku penempbakan empat penghuni Lapas Cebongan, yang berasal dari Ambon dan NTT.

Selama ini rakyat Yogyakarta sangat diresahkan orang-orang Ambon dan NTT, yang selalu mengintimidasi mereka. Dengan berbagai bentuk kekerasan yang mereka lakukan. Dengan tindakan yang dilakukan Kopassus itu, rakyat Yogyakarta kembali memiliki spirit melawan para preman itu.

Ratusan elemen pemuda dan rakyat Yogyakarta itu, berasal dari FKPPI, Paksitkaton, Jogya Otomotif, Rembug Jogya, Jogya Community, GP Ansor, dan beberapa elemen lainnya dari rakyat Yogyakarta. Kelompok-kelompok itu bergabung dalam : "Pemuda Anti Premanisme".

Di Tugu Perjuangan, para pemuda itu, salah satu diantara pemuda itu, melakukan orasi tanpa henti, dan mengungkapkan dukungannya kepada Kopassus. Orasi yang dilakukannya itu, sebagai bentuk dukungan dan simpati terhadap anggota Kopassus,Sersan Heru Santoso. Kemudian, mereka mengumpulkan dana : "Semiliar Koin untuk Serka Heru".

"Ini aksi dukungan kita kepada Kopassus yang dengan berani memberantas preman Yogyakarta", kata Utomo, Koordinator aksi. Ratusan pemuda menglilingi Tugu dengan benda Merah Putih sepanjang 60 meter. Mereka juga menggelar tabur bunga dan do'a bersama untuk almarhum Serka Heru Santoso.

Beberapa spanduk dikibarkan mengelilingi Tugu bertuliskan, "Rakyat-TNI bersatu berantas premanisme, Terimakasih Kopassus, Yogya Aman Preman Minggat, Kastria Kopasssu Berani Berubat Berani Bertanggungjawab", dan "Preman itu Pengecut dan Tak Punya Perasaan".

Memang, sejak terjadi pembunuhan Serka Santoso, dan kemudian terjadinya pembunuhan terhadap empat orang preman dari Ambon dan NTT, banyak para pemuda yang berasal dari Ambon dan NTT itu, meninggalkan Yogyakarta, dan sebagian diantara mereka meminta perlindungan gereja.

"Kita menolak tegas premanisme dan usir Yoyakarata", ujar Utomo. Dengan aksi itu menunjukkan solidaritas pemuda Yogyakarta, yang menginginkan kota Yogya menjadi aman dan bebas segagala bentuk premanisme.

Dibangian lain, pengumpulan semilair koin untuk almarhum Serka Heru Santosos dialkukan dengan mengedarkan kardus bertuliskan : "Semiliar koin Serka Heru Santoso", kepada pengendara motor, mobil, dan pejalan kaki yang melewati Tugu.

Selanjutnya, menurut Prasetyo, salah satu orator yang ikut dalam aksi di Tugu itu, mengatakan pengumpulan "semiliar koin", merupakan bentuk solidaritas bagi almarhum Serka Heru Santoso. Pengumpulan koin itu akan dilakukan selama satu bulan. Memang, rakyat sudah sangat letih, melihat berbagai kekerasan yang dilakukan para preman, sementara mereka ini, mendapatkan dukungan dari oknum aparat.

Aksi para pemuda itu, kemudian diakhiri dengan melakukan konvoi yang membawa foto Serka Heru Santoso diiringi bendera Merah Putih, sepanjang 60 meter, dan berbagai spanduk, serta foto Serka Heru Santoso diletakkan dibawah patung Jenderal Sudirman di halaman Gedung DPRD DI Yogyakarta.

Sementara itu, mantan Kepala BIN (Badan Intelijen Negara) Jenderal AM Hendropriyono mengatakan, “Premanisme di Jogja yang merajalela ini membuktikan hukum bisu. Hukum tidak bisa menyentuh preman-preman ini. Hukum ini masih punya legalitas tapi sudah tidak punya legitimasi. Hukum ini sudah tidak mempunyai daya rekatnya, sehingga masyarakat sudah tidak percaya lagi,” ungkap Hendro kepada wartawan di Jakarta, Senin (8/4/2013)

“Makanya secara hukum mereka salah, tapi secara moral mereka baik. Kalau perlu mereka dapat bintang mahaputra,” papar Kepala BIN 2001-2004 ini.

Oleh sebab itu, Alumni Akmil 1967 ini meminta masyarakat memahami kasus ini secara menyeluruh, tidak sepotong-potong. Selain itu, Hendro juga meminta masyarakat tidak menyeret-nyeret pimpinan Kopassus dalam perkara tersebut.

“Apa yang dilakukan prajurit-prajurit Kopassus ini di Cebongan, kalau secara moral dia adalah prajurit yang baik, tapi secara hukum dia salah. Seandainya dia harus dihukum, dia tetap seorang prajurit yang baik. Kalau perlu dikasih bintang jasa itu sama masyarakat. Hukum bicara yang benar dan yang salah. Moral bicara yang baik dan yang jelek. Hukumnya bisu, makanya senjata saja yang bunyi,” tambah Hendro.

Wednesday 3 April 2013

Pelanggaran HAM Serius Densus 88 Di Poso: Komisi III DPR-RI Tidak Serius Oleh; Harits Abu Ulya Pemerhati Kontra-Terorisme & Direktur CIIA (The Community Of Ideological Islamic Analyst)

Desakan evaluasi kinerja Densus 88 dan BNPT menggelinding makin besar. Hampir semua komponen (kelompok) umat Islam mendukung langkah ini, bahkan kelompok yang selama ini dianggap cukup “moderat” juga ambil sikap.


Tokoh ormas dan MUI juga bergerak, bahkan mendatangi Mabes Polri dan menayangkan video bukti perilaku Densus 88 yang tidak pada tempatnya. Komisi III DPR-RI juga kerap disambangi oleh beragam kelompok untuk menggugat eksistensi Densus 88, hingga muncul wacana dan rencana pembentukan Panja untuk kasus kebiadaban Densus 88.


Di sisi lain, Komnas HAM juga turun tangan melakukan pemantauan dan investigasi terkait penanganan terorisme oleh Densus 88 dibeberapa daerah mulai dari Poso, Dompu-Bima, Makassar dan Solo.


Bahkan secara spesifik melakukan investigasi terkait kebenaran isi video kekerasan Densus 88 di Poso 22 Januari 2007.Dan kemudian mengeluarkan pernyataan (18 Maret 2013) yang berisi 8 (delapan) rekomendasi kepada Mabes Polri dan beberapa pihak terkait.


Lantas bagaimana action Komisi III DPR-RI untuk menindak lanjuti temuan Komnas HAM dan desakan berbagai pihak untuk evaluasi kinerja Densus 88 dan BNPT? Sementara kesabaran berbagai komponen umat Islam yang direpresentasikan oleh para tokohnya sudah menipis.


Mereka sudah sampai kesimpulan Densus 88 dan BNPT perlu di bubarkan, minimal dilakukan evaluasi seluruh kinerja dan keuangan mereka.


Di sini kita mencoba melihat secara obyektif, benarkah wakil rakyat itu wakil partai dan serius mengadvokasi rakyat yang terdzalimi. Atau sebaliknya kita akan melihat bahwa wakil rakyat hanyalah tangan panjang kepentingan politik tertentu. Orang-orang opuntunir yang demikian mudah menari diatas derita rakyat jelata


Rencana Komisi III DPR akan turun ke Poso sudah banyak pihak mengetahui, tanggal 1-3 April adalah pilihan waktunya. Terkait kunjungan ini, Kapolda Sulteng Brigjen (pol) Dewa Parsana menyampaikan kondisi keamanan Poso tidak kondusif. Namun kondisi versi Kapolda ini tidak menyurutkan rencana kunjungan DPR-Komisi III, mereka akhirnya mendarat di Palu dan Senen, 1 April 2013 rombongan sudah berada di kota Palu.


Kenapa Tidak ke Poso?


Dari penulusuran CIIA terkait agenda Komisi III di Palu; rombongan Komisi III di pimpin oleh al Muzammil Yusuf, Anggota; Adang Darajatun, Ruhut Sitompul, Imam Suroso, Nudirman Munir, Syarifuddin Suding, Bahar, Desmond Panjaitan. Bersama staf 4 orang (3 laki dan 1 perempuan), plus seorang dari parelemen TV. Jadi total 13 orang, mereka semua menginap disalah satu hotel berbintang di Palu, tepatnya Hotel Santika Palu.


Sebuah hotel bintang tiga (3) untuk ukuran di daerah seperti Palu sudah termasuk sangat mewah dan hanya bisa dijangkau kelas menengah keatas, dengan tarif rata-rata/malam 544.000-670.000 ($62), bahkan ada yang tarifnya 1 (satu) jutaan/malam.


Hari Senen, 1 April 2013 sekitar jam 17.00 wita salah satu staf Komisi III bernama Bapak Insan menghubungi beberapa pihak termasuk salah satu tokoh masyarakat Poso al Ustad Adan Arsal bahwa rencana pertemuan Komisi III di Poso di batalkan.


Komisi III menginginkan pertemuan di adakan di kota Palu tepatnya di Hotel Santika, dan meminta perwakilan masyarakat Poso dari para tokoh masyarakat dan ormas untuk ke Palu.Sontak rencana ini di tolak oleh tokoh Poso al Ustad Adnan Arsal bersama tokoh-tokoh lainya, karena dipandang sangat tidak efektif dan tidak logis.


Alasan dari Komisi III membatalkan kunjungan ke Poso karena faktor teknis dan efektifitas (waktu dan jarak) juga tidak masuk akal bagi representasi masyarakat Poso. Dari pihak Polres atas arahan Polda mencoba melobi pihak yang dianggap bisa memediasi komponen di Poso, Polres menyiapkan kendaraan dan siap mengawal dan memberangkatkan dari Polres Selasa pagi 2 April 2013 untuk rombongan yang mau ketemu Komisi III di Palu. Namun rencana ini juga tidak diaminkan.


Penulusuran CIIA lebih jauh, di hari Selasa pagi selepas subuh mendapatkan informasi dari salah satu staf Komisi III bahwa rombongan Komisi tetap membatalkan kunjungannya ke Poso dan rencana akan membuat agenda pertemuan tertutup di Palu (Hotel Santika). Dan benar, akhirnya pertemuan tertutup itu dilaksanakan di salah satu ruang metting hotel Santika-Palu di lantai 2 yang kapasitas kursinya untuk sekitar 20 orang.


Pertemuan: formalitas kunjungan?


Di hari Selasa, 2 April 2013 sekitar pkl. 11.00 s/d– 13.00 wita akhirnya pertemuan tertutup itu dilaksanakan. Awak media juga tidak di izinkan meliput. Kegiatan di jaga ketat oleh pihak keamanan Polda Sulteng.Yang hadir dalam agenda tertutup itu:

Anggota DPRD Kab. Poso yang tergabung dalam Panitia Kerja (Panja) terkait Kasus teror Poso.Mereka 8 (delapan) orang, ketua Panja Bapak Sarifudin, bersama anggota :Hidayat,Bahar, dll.
Istri Polisi korban penembakan di Poso berjumlah 2 orang.
Perwakilan salah satu ormas di Palu yang sempat diminta Komisi III memediasi pertemuan di Poso juga hadir bernama Bapak Sardi.


Dan dari rombongan Komisi III hadir lengkap total 13 orang. Petemuan tersebut di pimpin (moderator forum) oleh al Muzammil Yusuf. Dengan duduk dibelakang meja yang membentuk huruf “U” dengan posisi moderator Al Muzammil di ujung tengah dan dibelakangnya duduk 3 orang staf, sementara anggota Komisi III lainya duduk berhadapan dengan anggota Panja DPRD dan lainnya.


Agenda pertama; dengar pendapat dari peserta yang hadir, dimulai dari Pimpinan Panja (DPRD Kab Poso) secara bergiliran seluruh anggota, kemudian 2 orang istri polisi korban penembakan, lalu dari perwakilan satu ormas yang hadir (yang awalnya diminta untuk memediasi pertemuan).


Kemudian dilanjut agenda kedua; komentar dan penggalian informasi dari Pihak Komisi III juga secara bergiliran dimulai dari Adang Darajatun hingga Desmond. Pertemuan di akhiri dengan klosing statemen atau tambahan dari Panja (DPRD Kab Poso) menanggapi komentar dari komisi III.


Dari pertemuan tertutup tersebut ada empat point pernyataan menarik dari Panja DPRD Kab. Poso di hadapan Komisi III;


Pertama; Adanya penembakan-penembakan yang terjadi di poso belum terungkap pelakunya aparat sudah melakukan penyisiran, penangkapan dan penyiksaan terhadap warga.


Kedua; Adanya stigma Teroris kepada yang di duga Pelaku penembakan menimbulkan sikap yang berlebihan dari densus 88.


Ketiga; Adanya penamaan Gunung Biru, yang sering disebut aparat sebagai tempat berlatih kelompok teroris, padahal mereka itu petani biasa. Terus kami sendiri tidak mengetahui di mana letak Gunung Biru itu. Nanti muncul ketika kasus penembakan terhadap polisi meledak.


Keempat; Permintaan dari Forum Umat Islam Poso untuk pengembalian (rehabilitasi) nama baik orang yang disiksa oleh polisi tersebut.


Dan gugatan juga disampaikan oleh salah satu peserta pertemuan (Bapak Sardi);


Pertama; Kenapa acara diadakan di Palu, padahal membahas masalah Poso. Padahal ia sudah memediasi kegiatan di Poso dengan mengundang atau mengumpulkan ormas-ormas, tokoh masyarakat, korban penyiksaan dan keluarga korban penembakan di Poso. karena itu mereka sangat kecewa karena komisi III batal tidak ke Poso. Peserta yang hadir belum mewakili suara masyarakat Poso untuk data bagi Komisi III.


Kedua; Dan ditegaskan lagi bahwa kehadiran orang-orang poso (DPRD dan istri korban) di sini itu belum mewakili suara orang Poso. Seharusnya kelompok yang dituduh teroris harus di hadirkan dan didengarkan oleh komisi III, apakah benar mereka teroris? Karena adanya stigma terorisme pada kelompok tertentu di Poso, menyebabkan sikap aparat berlebihan.


Dan di akhir pertemuan anggota Komisi III memberikan alasan dan jawaban atas pernyataan yang muncul;

Dari Adang Darajatun mengomentari paparan istri korban (Polisi) yang merasa lambatnya tindak lanjut laporan mereka : “Kalau misalnya ada yang melapor seperti itu di kepolisian dan belum bertindak tegas, kalau saya menjabat sebagai Kapolda maka saya akan pecat mereka itu”.
Dari Ruhut Sitompul: ”Tentang adanya Isu pembubaran Densus 88, masyarakat itu tidak setuju karena berdasarkan hasil survey LSI, mayoritas masyarakat memilih Densus88 tetap ada”.
Dari Nudirman Munir menanggapi mengapa acara tidak jadi di Poso, “Itu karena kami mengefesienkan waktu karena besok kami akan ke Jogja Lagi”.
Bukankah kehadiran panja (DPRD) kita sudah bahas bahwa kasus Poso itu masalah-masalahnya adalah kasus adanya dendam masyarakat terhadap densus 88, ketidakadilan aparat, apalagi?”


kemudian di timpali peserta lainnya (bernama Amirudin, akademisi Univ. Tadulako Palu); “Yakni yang lainnya adanya stigma terorisme kepada organisasi tertentu di Poso, sehingga aparat arogansi dan reaksi berlebihan. Ini yang perlu di luruskan, apakah di Poso itu sarang teroris? Itu belum terbukti”.


Pertemuan selesai selesai sekitar jam 13.00 wita dan Komisi III melanjutkan pertemuan dengan Kapolda Brigjan (pol) Dewa Parsana sekitar jam 14.00 wita. Dari fakta-fakta diatas ada beberapa catatan penting terkait kinerja dan sikap wakil rakyat menyangkut persoalan Poso;


Pertama; keukehnya Komisi III memilih Hotel Santika-Palu menjadi tempat pertemuan mengindikasikan ketidak seriusan wakil rakyat untuk mencerap masukan dari masyarakat Poso langsung.


Kalau alasan efesiensi waktu atau kendala jarak dan waktu ini sangat tidak logis. Kalau orang DPRD Kab. Poso bisa ke Palu sebaliknya kenapa rombongan Komisi III tidak bisa ke Poso? sama-sama wakil rakyat, kalau karena faktor keamanan buktinya anggota Panja DPRD Kab. Poso juga bisa sampai di Palu dengan selamat setelah menempuh perjalanan sekitar 6 jam via darat dengan medan berbukit.


Dan sepanjang perjalanan tidak ada penghadangan atau bentuk terror lainnya.Di sini menjadi bukti yang menggugurkan “gosip” dari Kapolda Sulteng yang menyatakan kondisi kemanan Poso tidak kondusif.


Maka wajar kalau tokoh-tokoh masyarakat di Poso menolak untuk memenuhi undangan Komisi III di Hotel Santika-Palu. Terkesan wakil rakyat tidak mau repot dan susah-susah, berlagak bos dan rakyat melayani mereka.


Kedua; fakta pernyataan yang disampaikan oleh anggota Panja DPRD Kab. Poso belum menyentuh persoalan krusial yang terkait hasil investigasi Komnas Ham. Mereka berputar hanya masalah kasus Kalora, sementara kasusnya tidak hanya sebatas itu. Ada masalah Kalora, ada masalah kejahatan Densus di Tanah Runtuh 22 Januari 2007 (seperti yang diunggah dalam video berdurai 13 menit) dan lainya (seperti 8 point rekomendasi Komnas HAM tanggal 18 Maret 2013).Disisi lain, kalau bisa menghadirkan keluarga korban dari pihak Polisi kenapa tidak bisa menghadirkan dari keluarga korban kekerasan aparat (Densus88)? Tentu ini tidak balance (seimbang).


Ketiga; di balik keenganan Komisi III turun ke Poso sejatinya (dugaan kuat) karena ada upaya sistemik untuk mengganjal upaya penghentian kebiadaban Densus 88 melalui anggota wakil rakyat (DPRD).


Rencana panja bisa menguap, sementara wujudnya panja adalah bagian dari langkah penting untuk mengadvokasi kasus tindakan aparat penegak hukum dilapangan khususnya Densus 88.


Dari pernyataan bahwa berdasarkan survey LSI Densus 88 masih dibutuhkan, ini sangat klise. Persoalan kejahatan dan pelanggaran tidak bisa di nilai berdasarkan survey dengan koresponden random beragam pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap satu persoalan. Ini logika dengkul yang sengaja mendangkalkan persoalan.


Keempat; inilah potret kwalitas wakil rakyat yang memprihatinkan, TKP di Poso namun mereka enggan ke Poso karena kendala teknis. Dan alasannya besok harinya harus ke Jogya (kasus Cebongan), maka apakah kasus Poso yang berdarah-darah dan menahun ini tidak lebih penting dan mendesak dibanding kasus Cebongan?


Maka dari sini masyarakat sulit rasanya mengantungkan harapan jika kinerja seperti diatas dan dengan uang rakyat mereka menikmati keenganan semua itu.Lebih-lebih masyarakat melalui media TV, menonton berita perilaku anggota dewan saat rapat ada yang tidur, merokok, baca Koran, main handphone dan lebih parah lagi banyak yang absen.Ini mulai dari DPR pusat sampai DPRD.Lantas apa yang bisa di harapkan dari kinerja seperti itu? Lebih khusus untuk urusan Poso, wakil rakyat (melalui Rombongan Komisi III) kembali telah menorehkan rasa kecewa yang mendalam pada masyarakat Poso dan “pengkhianatan” atas nama rakyat.


Oleh karena itu perlu pengawalan terus menerus dan tekanan publik lebih massif oleh banyak pihak untuk menuntaskan kasus kajahatan kemanusian oleh Densus88 yang sudah diluar batas ini.

Umat Islam Poso Kecewa Komisi III tak Serius dan Takut Datang ke TKP

Pengamat kontra terorisme, Harits Abu Ulya menyayangkan sikap anggota DPR RI dari Komisi III yang takut datang ke Poso. Menurutnya hal ini menjadi indikasi betapa tak seriusnya wakil rakyat untuk mengadvokasi korban kekerasan aparat Densus 88 di Poso.


Harits menyampaikan, rombongan Komisi III yang dipimpin Al Muzammil Yusuf saat ini hanya berada di Hotel Santika, Palu dan enggan turun langsung ke TKP di Poso.


“Batalnya Komisi III DPR ke Poso menjadi indikasi betapa tidak seriusnya wakil rakyat untuk advokasi persoalan yang terjadi di Poso. Mereka jauh-jauh dari Jakarta, rombongan sekitar tujuh orang bersama staf dan dipimpin Al Muzammil Yusuf kekeh bertahan di Palu tepatnya di hotel Santika-Palu,” kata Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA)


Ia mengungkapkan, enggannya rombongan Komisi III terjun ke Poso lantaran alasan klise problem jarak dan waktu, serta gosip aparat kepolisian yang menakut-nakuti bahwa keamanan di Poso tidak Kondusif.


“Alasannya sangat klise, hanya karena problem teknis jarak dan waktu. Inilah kwalitas wakil rakyat, hanya hambur-hamburkan uang rakyat. Hanya karena ‘gosip’ dari pihak Polda bahwa Poso keamanannya tidak kondusif akhirnya berpengaruh kepada niat komisi III,” jelasnya.


Harits menilai tak ada gunanya rombongan Komisi III hanya berada di Palu, sedangkan TKP kejahatan Densus 88 berada di Poso. Hal inilah yang membuat warga dan tokoh masyarakat kecewa hingga tak mau mendatangi rombongan Komisi III di Palu.


“Buat apa di Palu? Sementara TKP kejahatan Densus itu di Poso. Wajar kalau warga dan tokoh masyarakat Poso tidak mau hadir di Palu,” ungkapnya.


Di sisi lain, Harits melihat ada upaya sistemik untuk melemahkan Komisi III yang awalnya ingin melakukan investigasi ke Poso dan berniat membentuk Panja terkait kekerasan yang dilakukan aparat Densus 88.


“Tapi di balik ketidakseriusan Komisi III DPR ke Poso, saya melihat memang ada upaya sistemik untuk melemahkan Komisi III agar tidak berlanjut ke pembentukan Panja. Dan rakyat akan terus menyaksikan serius dan tidaknya wakil rakyat mengadvokasi kepentingan rakyat jelata yang terdzalimi,” bebernya.


Untuk itu, ia berharap masyarakat luas perlu memberikan tekanan untuk menyeret kejahatan Densus 88.


“Saya berharap perlu tekanan publik lebih luas untuk seret kejahatan Densus ini agar tuntas, tidak cukup hanya berharap kepada DPR yang kwalitasnya dan komitmennya memprihatinkan, apalagi merek mudah masuk angin,” tutupnya.