Thursday 31 January 2013

Polisi Sempat Berdusta Jenazah Korban Penembakan Sudah Dipulangkan

JAKARTA  Keluarga korban penembakan Densus 88 yang telah beberapa minggu tak kunjung mendapat kepastian pemulangan jenazah, akhirnya menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi III di gedung DPR RI.


Keluarga korban terdiri dari Hj. Fatmah (ibu almarhum Anas Wirianto) dan Verawati (adik almarhum Abdul Qodir alias Syamsudin).


Mereka didampingi Abu Hamzah dari Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) serta Pusat HAM Islam Indonesia (PUSHAMI) yang terdiri dari Munarman selaku pendiri PUSHAMI, Muhammad Hariadi Nasution Ombat selaku Ketua PUSHAMI dan Jaka Setiawan selaku Direktur Pengkajian Kebijakan Publik PUSHAMI.


Sementara itu hampir semua Fraksi dari Komisi III DPR RI menerima keluarga korban, diantaranya Ahmad Yani (PPP), Adang Darajatun (PKS), Ruhut Sitompul (PD), Aziz Syamsudin (Golkar), Bambang Susatyo (Golkar), Syarifudin Suding (Hanura) dan Al Muzammil Yusuf (PKS).

...Jenazah sudah 25 hari, saya minta pulang anak saya. Dipulangkan di kampung halaman saya di Bima. Saat ini masih ditahan di RS Polri


Di hadapan anggota dewan, keluarga korban mengungkapkan bahwa hampir satu bulan mereka di Jakarta mengurus jenazah, namun hingga kini jenazah tak kunjung dipulangkan ke kampung halaman.


Hj. Fatmah ibu dari almarhum Anas Wirianto menyampaikan bahwa pihak kepolisian tak mau memulangkan jenazah ke Bima lantaran faktor biaya.


"Jenazah sudah 25 hari, saya minta pulang anak saya. Dipulangkan di kampung halaman saya di Bima. Saat ini masih ditahan di RS Polri," kata Fatmah, ibunda almarhum Anas Wirianto di kompleks Parlemen DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (30/1/2012).


Hal yang sama juga disampaikan adik almarhum Abdul Qodir alias Syamsudin, Verawati, ia menutut agar jenazah bisa segera di pulangkan. “Saya minta jenazah segera dipulangkan,” ujarnya.


Sementara itu PUSHAMI, menolak otopsi terhadap korban penembakan Densus 88. Otopsi tersebut tidak perlu dilakukan karena melanggar HAM dan KUHP pasal 133 dan 134.

...Pihak kepolisin sempat mengatakan kepada Setjen DPR bahwa jenazah sudah tidak ada lagi di Rumah Sakit


Saat RDP juga diputar video autopsi dan foto-foto jenazah korban penembakan Densus 88. Melihat tayangan 'mengerikan' itu, tidak sedikit anggota Dewan yang menundukkan kepala. Mereka hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikannya.


Selain itu PUSHAMI juga menyampaikan proses pemulangan jenazah yang bertele-tele melalui berbagai persyaratan dan prosedur yang diminta pihak kepolisian. PUSHAMI juga meminta Komisi III mengevaluasi kinerja Densus 88 yang telah melanggar HAM.


Menanggapi pengaduan tersebut, pimpinan rapat, Al Muzammil Yusuf yang juga wakil ketua Komisi III memutuskan untuk segera mendampingi keluarga korban ke Rumah Sakit Polri, Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur.


Jaka Setiawan, perwakilan dari PUSHAMI mengungkapkan bahwa pihak kepolisian sempat berdusta dengan mengatakan jenazah telah dipulangkan semua.


“Pihak kepolisin sempat mengatakan kepada sekretariat Komisi III lewat telepon bahwa jenazah sudah tidak ada lagi di Rumah Sakit. Tetapi pihak keluarga didampingi PUSHAMI membantah dan akhirnya sejumlah anggota DPR RI pun langsung melakukan inspeksi mendadak RS. Polri,” ungkapnya. [

Wednesday 30 January 2013

PUSHAMI dan Komisi III Sidak RS Polri, Densus 88 Kocar-kacir

Mendengar pemaparan PUSHAMI dan pengaduan keluarga korban penembakan Densus 88 terkait proses pemulangan jenazah yang bertele-tele dari pihak kepolisian, Komisi III DPR RI akhirnya melakukan sidak ke Rumah Sakit Polri, Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur.


“Komisi III memutuskan untuk segera mendampingi keluarga korban ke RS. Pihak Densus 88 dan RS kocar-kacir karena Polri sedang melakukan Raker di PTIK,” kata Direktur Pengkajian Kebijakan Publik PUSHAMI, Jaka Setiawan, Kamis (31/1/2013).


Pihak Komisi III DPR RI, bersama keluarga didampingi PUSHAMI dan Jamaah Ansharut Tauhid langsung menuju ke RS, Polri. Di tempat tersebut, mereka menggelar rapat bersama pihak RS Polri dan Densus 88.


Forum di RS tersebut sayangnya hanya membatasi pada agenda pemulangan jenazah dan penjelasan RS atas lambatnya identifikasi dan pemulangan jenazah tanpa memberikan hak jawab kepada keluarga korban.


Selain itu, mengenai pemulangan jenazah, Wakil Kepala Densus (Wakadensus) Polri, Kombes (Pol) Idham Azis masih saja membual tentang penolakan warga khususnya di daerah asal Anas Wirianto. Padahal, pihak keluarga sudah memenuhi segala prosedur termasuk mengirimkan surat persetujuan warga diwakili tokoh masyarakat setempat terkait pemakaman Anas Wirianto di Bima.


Komisi III juga mempertanyakan tentang tidak adanya biaya pemulangan oleh Densus88, Wakadensus Idham Azis pun terlihat canggung sambil membantah. "Tidak, tidak dikenakan biaya pemulangan," kata Idham.


Bahkan Wakil Ketua Komisi III, Al Muzammil Yusuf menegaskan jika tak ada biaya pemulangan Komisi III siap membiayainya. “kalau Densus ngga mampu memulangkan, biar Komisi III saweran,” tegas Muzamil.


Idham pun berjanji bahwa jenazah tersebut akan dipulangkan seluruhnya paling lambat hari Jumat (1/2/2013) pekan ini. "Proses pemulangan kan sudah berjalan. Mudah-mudahan paling lambat Jumat sudah dipulangkan," tuturnya.


Dijanjikan pemulangan jenazah oleh Densus 88, hari ini rencananya pihak keluarga akan terus meminta konfirmasi dan bila sudah siap, mereka akan mengurus kepulangan jenazah.

Jika Jenazah Andi dan Roy tak Dipulangkan, Kota Poso Terancam Lumpuh

POSO Upaya pemulangan jenazah dua orang Mujahid asal Poso yang ditembak oleh Densus 88 di Dompu Sumbawa NTB bukan hanya dilakukan oleh pihak keluarga tapi didukung oleh seluruh elemen masyarakat Muslim Poso. Keengganan pihak Polri memulangkan kedua jenazah Mujahid asal Poso tersebut telah membuat kaum Muslimin Poso geram.


Seperti yang disampaikan oleh Ahmad seorang warga Poso bahwa pada Senin (28/01/2013) umat Islam Poso bersama Forum Silaturahmi Umat Islam Poso (FSUIP) dan para tokoh umat Islam Poso mendatangi kantor DPRD Poso guna meminta bantuan anggota Dewan mengupayakan pemulangan jenazah Roy dan Andi.


Dalam kesempatan bertemu dengan anggota DPRD Ketua FSUIP ustadz Muhaimin memberi ultimatum, "apabila dalam waktu 3 x 24 jam jenazah tidak dikembalikan maka akan ada pemblokiran jalan dan membuat kota Poso lumpuh," tegasnya.


Dalam kesempatan tersebut ustadz Muhaimin juga meminta bila diperlukan agar Pemda Poso menanggung biaya pemulangan jenazah Andi dan Roy.


Ahmad yang merupakan kakak kandung Andi salah satu korban penembakan Densus 88 mengatakan bahwa aksi mendatangi kantor DPRD Poso juga diikuti oleh keluarga Andi dan Roy serta aktifis Islam Poso.


Sementara itu Ummu Fauzi istri dari Andi pada senin (28/01/2013) mengatakan,"saya berharap jenazah suami saya segera dipulangkan," ucapnya.


Ummu Fauzi yang selama ini tinggal di Polewali Mamasa Sulawesi Barat mengatakan bahwa sudah sekitar sembilan bulan ia tidak bertemu dengan Andi. Bahkan ketika ia melahirkan anak pertamanya sampai berusia enam bulan ia tidak didampingi oleh suaminya. Ia mengetahui suaminya berada di Dompu Sumbawa NTB setelah Andi menjadi korban penembakan Densus 88 pada 4 Januari lalu.


Ummu Fauzi yang kini tinggal di rumah mertuanya di Desa Kayamanya Poso mengatakan bahwa pernikahannya dengan Andi memiliki seorang anak laki-laki berumur enam bulan. Ia terus berharap agar perjuangan keluarganya dan umat Islam Poso untuk memulangkan jenazah Andi bisa segera terwujud.

Monday 28 January 2013

Hutang Indonesia Rp 1.975,42 triliun, Naik 2 Kali Lipat Sejak Zaman SBY

Sepanjang 2012 lalu, utang pemerintah Indonesia bertambah Rp 166,47 triliun. Hingga akhir 2012, total utang pemerintah Indonesia mencapai Rp 1.975,42 triliun.


Jika dibanding akhir 2011, jumlah utang Indonesia naik Rp 181,71 triliun. Secara rasio terhadap PDB lama, utang pemerintah Indonesia berada di level 27,3% hingga akhir 2012.


Jika dihitung dengan denominasi dolar AS, jumlah utang pemerintah hingga akhir 2012 mencapai US$ 204,28 miliar, naik dibandingkan posisi 2011 yang sebesar US$ 199,49 miliar.


Demikian data Ditjen Pengelolaan Utang Kemenkeu yang dikutip detikFinance, Senin (28/1/2013). Utang pemerintah tersebut terdiri dari pinjaman Rp 614,32 triliun yang menurun dibanding 2011 Rp 621,29, kemudian berupa surat berharga Rp 1.361,1 triliun atau naik dibanding 2011 Rp 1.187,66 triliun. Jika menggunakan PDB Indonesia yang sebesar Rp 7.226 triliun, maka rasio utang Indonesia hingga akhir 2012 sebesar 27,5%.


Berikut rincian pinjaman yang diperoleh pemerintah pusat hingga akhir 2012 adalah:

Bilateral: Rp 358,12 triliun
Multilateral: Rp 229,68 triliun
Komersial: 24,32 triliun
Supplier: Rp 410 miliar
Pinjaman dalam negeri Rp 1,8 triliun


Berikut catatan utang pemerintah pusat dan rasionya terhadap PDB sejak tahun 2000:

Tahun 2000: Rp 1.234,28 triliun (89%)
Tahun 2001: Rp 1.273,18 triliun (77%)
Tahun 2002: Rp 1.225,15 triliun (67%)
Tahun 2003: Rp 1.232,5 triliun (61%)
Tahun 2004: Rp 1.299,5 triliun (57%)
Tahun 2005: Rp 1.313,5 triliun (47%)
Tahun 2006: Rp 1.302,16 triliun (39%)
Tahun 2007: Rp 1.389,41 triliun (35%)
Tahun 2008: Rp 1.636,74 triliun (33%)
Tahun 2009: Rp 1.590,66 triliun (28%)
Tahun 2010: Rp 1.676,15 triliun (26%)
Tahun 2011: Rp 1.803,49 triliun (25%)
Tahun 2012: Rp 1.975,42 triliun (27,3%)


Utang Negara Naik Dua Kali Lipat Sejak Zaman SBY


Naiknya jumlah utang RI kali ini dinilai telah meningkat hampir dua kali lipat sejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menduduki kursi kepresidenan tahun 2004.


Hal ini diungkapkan oleh Mantan Menteri Koordinator Perekonomian, Rizal Ramli di DPR Senayan, Senin (28/1/2013).


"Utang menurut saya makin lama makin besar hampir meningkat 2 kali lipat sejak pemerintahan awal SBY, dari Rp 1.000 triliun ke Rp 2.000 triliun," tuturnya.


Menurutnya, meroketnya jumlah utang dinilainya sudah tidak tepat. Hal ini bertolak belakang dengan membaiknya perekonomian Indonesia dan defisit anggaran yang rendah yakni di bawah 3%.


"Itu defisit kecil, walapun direncana defisit 2% tapi kenyataannya ada sisa anggaran (surplus) 10% jadi gak perlu pinjem," cetusnya.

Sunday 27 January 2013

Tawaran Pinjaman Kredit Via SMS, Apa Hukumnya?

Tidak diragukan lagi bahwa pinjaman cepat cair yang sekarang banyak beredar atau kredit tanpa agunan di tengah masyarakat mayoritasnya adalah bentuk praktik rentenir dan riba, yang para pelakunya dilaknat Allah SWT. Karena, dalam praktiknya bunga pinjaman itu sangat tinggi dan berlipat ganda serta akad perjanjiannya berat sebelah. Pada akhirnya menyengasarakan peminjam.

Orang-orang yang menjalankan usaha ren tenir seperti ini memanfaatkan kesusahan dan kebutuhan masyarakat untuk memperkaya diri sendiri. Mereka menutupi semua itu dengan se akan-akan memberikan bantuan dan jalan ke luar bagi mereka yang membutuhkan. Namun pada akhirnya, pinjaman dan bunganya akan membuat peminjam terbelit utang dengan bunga tinggi.

Bisa dikatakan bahwa riba zaman sekarang ini lebih berbahaya dibanding masa lalu. Dahulu, seorang peminjam diharuskan membayar bunga jika dia tidak sanggup membayar utang pada waktunya. Tetapi sekarang ini, sebelum orang meminjam pun sudah ditentukan berapa bunga yang harus ditanggungnya. Allah dan Rasul-Nya dengan tegas telah mengharamkan riba bagi umat Islam.

Bahkan, para pelaku yang berhubungan dengan proses riba tersebut dilaknat. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangi mu. Dan, jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS al- Baqarah [2]: 278-279).

Untuk itu, kepada masyarakat jangan mudah tergiur walau dalam keadaan terdesak sekalipun sebelum menyesal pada akhirnya. Kepada pe laku yang terlibat di dalamnya, baik penyebar in formasi maupun perantaranya, ingatlah pesan Allah pada ayat di atas dan ayat, “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS Ali ‘Imran [3]: 130).

Rasulullah juga menegaskan dalam hadisnya. Diriwayatkan dari Jabir, ia berkata, “Rasulullah SAW melaknat pemakan harta riba, yang memberi makan orang lain dengan riba, penulis riba dan dua orang saksinya. Dan, ia menga takan, ‘Mereka semua itu sama.’” (HR Muslim).

Memang sangat disayangkan, di saat umat membutuhkan peranan bank syariah yang seharusnya menjadi benteng bagi umat dalam menghadapi sistem ekonomi riba, malah perbankan syariah kita belum berfungsi sebagai mana mestinya. Sehingga, belum dapat menjadi solusi bagi problem ekonomi umat. Mereka terkesan kurang sungguh-sungguh dalam menjalankan syariat di bidang ekonomi.

Produk dan cara operasional bank-bank sya riah masih kental dengan pola-pola kapitalisme. Pendekatan ekonomi berbasis tauhidlah yang seharusnya mendasari praktik ekonomi bernuansa syariah agar perbankan syariah kita tidak terperangkap pola-pola kapitalisme .

Sebaliknya, kepada umat Islam juga harus selalu jujur dan amanah dalam memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh bank syariah. Sehingga, kedua belah pihak merasakan man faat dari kerja sama tersebut. Dan, umat tidak lagi dieksploitasi oleh mereka-mereka yang hanya mencari keuntungan dan kesenangan priba di dengan memanfaatkan kelemahan dan kebutuhan orang lain.

Wallahu a’lam bish sha wab.

Saturday 26 January 2013

Raffi Ahmad Ditangkap Polisi

JAKARTA - Presenter ternama Raffi Ahmad dikabarkan telah ditangkap oleh pihak Badan Narkotika Nasional (BNN) tadi pagi dikediamannya sekitar pukul 06.00 WIB.

Beredar kabar pagi tadi, pihak BNN telah menggerebeg tempat pesta narkoba. Ada sekitar 16 artis yang ditangkap, diantaranya Raffi Ahmad. Dan menurut rumor, saat ini mereka tengah menjalani pemeriksaan di kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur.

Raffi yang hari ini seharusnnya mengisi acara di Dahsyat pun tiba-tiba tidak hadir untuk mengisi acara.

"Hari ini Raffi ijin sakit, tadi pagi katanya mau ke dokter," kata Oke Jahja atau yang akrab disapa Opa, produser program Dahsyat, distudio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Minggu (27/1/2013).

Namun menurut Opa, hari ini Raffi dijadwalkan akan mengisi acara di Idola Cilik. "Nanti siang kan jadwalnya ada di Idola cilik," lanjut Opa.

Hingga berita ini diturunkan belum ada konfirmasi dari pihak Raffi Ahmad.

Laporan CIIA: Densus 88 Tembak Korban di Teras Masjid Secara Vertikal

Komnas HAM Membela Siapa?


Oleh: Harits Abu Ulya


Pemerhati Kontra-Terorisme


Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA)

Di setiap akhir tahun Komnas HAM biasanya mengeluarkan evaluasi terkait isu HAM. Dan salah satu institusi yang disorot adalah institusi penegak hukum (Polri). Khususnya terhadap Densus 88 dalam pandangan Komnas HAM diduga kuat banyak melakukan pelanggaran HAM sangat serius.


Dalam penanganan terhadap terduga terorisme banyak terjadi extra judicial killing (pembunuhan di luar prosedur pengadilan). Pertanyaannya, apakah Komnas HAM hanya cukup mengeluarkan evaluasi dan rekomendasi namun tidak melakukan advokasi lebih jauh?



Eksistensi Komnas HAM dibentuk dan dibiayai dengan uang rakyat (APBN), tapi fakta di lapangan Komnas HAM seperti benang basah di hadapan kezaliman-kezaliman yang mencolok mata, tidak bertaji.


Berangkat dari kasus bulan Januari 2013, sebanyak tujuh orang tewas di tangan Densus 88, baik di Makassar, Dompu dan Bima. Hal itu seharusnya sudah cukup menjadi pelajaran bagi Komnas HAM untuk bisa mengadvokasi pihak-pihak yang terzalimi dan terlanggar hak asasinya.



Masyarakat akan berharap kepada siapa di tengah sikap ambigu? Petinggi Polri terkesan mendiamkan Densus 88 yang di dalam aksinya sangat arogan, over acting dan menabrak norma-norma hukum. Hal itu seolah diaminkan karena dianggap legal dalam rangka perang melawan terorisme.


Begitu juga DPR (Komisi III) yang secara politis menyetujui anggaran operasional Densus 88 dan BNPT yang di lapangan justru digunakan untuk membunuh dan menzalimi rakyatnya atas nama "Perang Melawan Terorisme".



Kalau Komnas HAM serius dan eksistensinya benar-benar untuk menegakkan HAM seharusnya menempuh upaya maksimal menggali persoalan ini secara obyektif dan jujur.


Contoh, hasil dari penelusuran CIIA sebenarnya tidak sulit bagi Komnas HAM untuk memastikan apakah korban tewas di masjid Nurul Afiyah R.S. Wahidin Sudirohusodo, Makassar pada Jum'at, 4 Januari 2013 termasuk ekstra judicial killing atau tidak.



Mengingat pada saat kejadian tersebut banyak yang menyaksikan dan bisa dimintai keterangan sebagai saksi, dengan syarat Komnas HAM menjamin keselamatan jiwa dan raga para saksi. Bahkan Komnas HAM bisa melihat jejak-jejak di TKP atas kebrutalan Densus 88, bagaimana cara dua orang (Ahmad Kholil dan Syamsudin) di masjid Nurul Afiyah itu dieksekusi.


CIIA menemukan fakta; di lantai teras masjid Nurul Afiyah tempat salah satu korban dieksekusi ada enam lobang bekas tembakan. Artinya korban tewas selain dieksekusi dari arah horisontal juga dieksekusi dari arah vertikal; dari atas ke bawah saat korban tidak berdaya.



Saksi-saksi banyak menuturkan tidak ada perlawanan, amat berbeda sebagaimana diberitakan media yang mengambil sumber dari Polri semata.


Dan yang lebih parah lagi hak jenazah dan keluarga tidak terpenuhi terkait penanganan jenazah, karena lebih dari 22 hari jenazah belum juga dikembalikan pada keluarga. Kali ini kalau Komnas HAM hanya berhenti pada rekomendasi dan menjadikan kasus ini seperti lipstik (retorika belaka) maka Komnas HAM keberadaanya sama dengan ketiadaannya.



Justru rakyat dirugikan karena uang dihambur-hamburkan melalui keputusan politik DPR, sementara rakyat yang terzalimi malah diabaikan. Atau bahkan eksistensi Komnas HAM fungsinya hanyalah sekedar balancing (keseimbangan) dari kezaliman yang dilakukan oleh Densus 88 agar seolah-olah performances (wajah) penanganan kasus terorisme oleh pemerintah tidak nampak sarat dengan kepentingan asing.


Dengan membuka ruang pembelaan bagi para korban pelanggaran HAM khususnya kasus terorisme, Komnas HAM seperti "pelipur lara" umat Islam, tapi kejahatan tetap terus jalan. Dari kasus ini nantinya umat Islam akan melihat sesungguhnya Komnas HAM itu bekerja untuk siapa dan dengan kepentingan politik apa?

HMI Cabang Bima Tuntut Pembubaran Densus 88

PERNYATAAN SIKAP

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG BIMA

Tentang

TUNTUTAN PEMBUBARAN DENSUS ‘88

Allah SWT mengingatkan kita:


Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, Kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan. (QS. Huud 113).


Ummat Islam Bima, Dompu dan Indonesia


Allah SWT dalam ayat di atas jelas dan tegas melarang umat Islam berpihak kepada siapapun yang berbuat zalim. Hari ini, kedzaliman itu telah nyata ditampakkan oleh Densus 88 dengan alasan “membasmi Teroris”, bahkan mereka justru cenderung menciptakan teror baru di NKRI. Hal tersebut terungkap dari fakta-fakta berikut :


1. Memberlakukan tembak mati kepada orang yang baru “terduga” (bahkan belum masuk tahap tersangka” dengan dalih melakukan perlawanan. Fakta antara lain:


- Menembak mati 7 “terduga” teroris dalam waktu 2x24 jam (4-5 Januari 2013) di Wilayah Dompu dan Makassar.


Layaknya dead squad tanpa ampun membunuh 2 orang aktivis Islam di halaman Masjid Al Nur Afiah komplek Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar usai menunaikan shalat dhuha, alasan klasiknya “melakukan perlawanan. Padahal semua saksi mata ditempat kejadian dan berdasarkan rekaman HP tidak ada sedikitpun perlawanan dari para tersangka tersebut (http://fh.unlam.ac.id/web/2013/01/extra-judicial-ala-densus-88-tiga-orang-yang-dibunuh-tidak-diketahui-identitasnya/). Membunuh lima orang terduga teroris (4-5/01/2013) di Dompu yang salah satunya adalah Bactiar Abdullah (Timu-Bolo,Bima) yang dituduh pelarian dari Poso, belakangan berhasil dibuktikan oleh Tim Pencari Fakta dan Rehabilitasi (TPFR) Bima bahwa almarhum tidak pernah ke Poso (Bimeks, Radar Tambora, Suara Mandiri, 14/01/2013)


Di tahun 2010 saja lembaga nasional KONTRAS (komisi anti kekerasan dan orang hilang ) merilis ada 13 orang salah tembak oleh Densus 88 ( http://berita.maiwanews.com/kontras-sudah-13-korban-salah-tembak-densus-88-4654.html) dan daftar itu terus bertambah panjang hingga awal 2013.


2. Melakukan penangkapan secara serampangan dan penyiksaan yang sangat sadis dalam proses interogasi terhadap para terduga terorisme. Antara lain :


14 warga Poso akhir Desember lalu diinterogasi secara tak manusiawi, disiksa dan dihinakan selama 7 hari (20-27 Desember 2012). Seperti diseret di atas aspal lalu disiram air jeruk, dijepit dengan kursi lipat, di setrum dan banyak lagi. Setelah mereka tidak terbukti bersalah, mereka dilepas begitu saja. Tanpa permintaan maaf dan rehabilitasi nama baik, apalagi pengantian biaya perobatan. (http://kabarnet.wordpress.com/2013/01/05/densus-88-siksa-korban-salah-tangkap-dengan-sadis/).


Termasuk penagkapan sekitar 13 orang warga bima yang dikaitkan dengan kasus Ponpes Umar bin Khattab Juli 2012 tahun lalu yang kemudian di bebaskan setelah mengalami penyiksaan keras. Dan masih banyak kasus lainnya.


3. Tidak menghormati identitas, dan hak kebebasan ummat Islam dalam menjalankan syariat Islam. Hal ini terbukti antara lain :


- Melakukan penembakan terhadapa terduga teroris di Teras Masjid Al Nur Afiah komplek Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar (04/01/2013)


- Kepolisian bahkan melakukan pembubaran terhadap peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Masjid Nurul Hidayah, Handel Dutoi, Kapuas Timur, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Sabtu (5/1/2013) lalu, yang mendapat kecaman keras dari NU, Muhammadiyah dan MUI Kapuas, bahkan MUI Pusat (http://m.sindonews.com/read/2013/01/22/15/709975/bubarkan-pengajian-mui-minta-ketegasan-kapolri)


- Melarang/Tidak memberikan kesempatan terduga teroris untuk shalat . Dan ketika bilang mau solat magrib, dibentak densus "tidak perlu solat!".


(http://arrahmah.com/read/2013/01/24/26293-eksklusif-penuturan-keluarga-korban-arogansi-densus-88.html)


- Seringkali melakukan pelecehan terhadap Allah SWT dan Rasulullah SWT saat melakukan interograsi.


- Menyebarkan “ciri-ciri” terduga teroris yang mengarah pada identitas Islam. Seperti : Berjenggot, agamais, dermawan, sederhana, tidak berboncengan dengan lawan jenis dll (SMS Hotline Kapolri/Kapolda)


4. Melakukan diskriminasi nyata antara ummat Islam dengan ummat lainnya. Penyebutan teroris hanya mengarah pada ummat Islam, sedangkan OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang dengan berani mengibarkan bendera bintang kejora dihadapan pejabat negara, melakukan pembunuhan terhadap TNI/Polri dan masyarakat sipil tidak pernah disebut sebagai gerakan terorisme. Begitu juga dengan RMS (Republik Maluku Selatan) yang nyata-nyata meresahkan masyarakat/teror juga tidak pernah disebut sebagai kelompok teroris. Hal ini sangat bertentangan dengan UU No 15 tahun 2003 tentang terorisme.


5. Penyandang Dana densus 88 yang berasal dari Australia dan Amerika sehingga membuat mereka harus tunduk pada kepentingan Neo imperialisme yang ujung-ujungnya adalah penguasaan atas kekayaan Indonesia secara pelan tapi pasti.


6. Menciptakan stigma negatif terhadap kegiatan-kegiatan keagamamaan bahkan pihak kepolisian tidak lagi menghargainya dengan melakukan pembubaran kegiatan maulid nabi di Kalteng.


Kepolisian bahkan melakukan pembubaran terhadap peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Masjid Nurul Hidayah, Handel Dutoi, Kapuas Timur, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Sabtu (5/1/2013) lalu, yang mendapat kecaman keras dari NU, Muhammadiyah dan MUI Kapuas, bahkan MUI Pusat (http://m.sindonews.com/read/2013/01/22/15/709975/bubarkan-pengajian-mui-minta-ketegasan-kapolri)


7. Dalam aksinya Densus 88 cenderung mengabaikan konsep praduga tidak bersalah, dan melawan undang-undang yang berlaku, karena mealukan Vonis mati tanpa melalui persidangan.


Hal ini sesuai dengan pernyataan pengurus PUSHAMI, M Hariyadi Nasution yang meragukan bahwa Densus 88 dalam operasinya telah sesuai dengan UU 15 Tahun 2003, tentang (http://m.salam-online.com/2013/01/dari-mui-keluarga-korban-densus-ke-komnas-ham-tpm-orang-baru-usai-shalat-diberondong.htm).


Juga diungkapkan Wakil Ketua Komnas HAM, Muhammad Nurkhoiron, yang menyatakan justru Densus melanggar undang-undang HAM. Mengingat banyak teroris tersebut masih sebatas dugaan namun aparat sudah main hakim sendiri. Selain itu, kata Nurkhoiron, kejadian cenderung diskenariokan atau rekayasa. (http://makassar.tribunnews.com/2013/01/05/komnas-ham-sebut-penembakan-teroris-wahidin-rekayasa)


Dari semua fakta yang demikain nyata, kami dapat menyimpulkan gerakan Densus 88:

Adalah gerakan yang lebih cenderung membangun dan menyuburkan terorisme di indonesia, karena sama sekali tidak menghormati lagi hak-hak hidup manusia, melakukan pelanggaran serius atas HAM.
Gerakan pelecehan norma-norma agama sehingga telah mendapatkan gugatan dari berbgai lembaga Islam, seperti Nahdlatul Ulama , Muhammadiyah, bahkan Majelis ulama Indonessia Pusat. Di bima sendiri telah dibentuk TPFR. Bima yang difasilitasi MUI Kab Bima yang bisa diartikan sebagai wujud ketidakpercayaan atas scenario Densus 88 di Bima


Dari semua hal tersebut di atas kami Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bima, yang merupakan elemen tak terpisahkan dari ummat islam telah bulat menyatakan sikap sebagai berikut :


1. Bangga sebagai bagian masyarakat bima yang islami, dan tersinggung dengan penetapan mabes polri yang menyatakan bima sebagai sarang teoris, dan meminta mabes polri merehabilitasi nama bima.


2. Islam bukan teroris, dan berlakukan setiap aksi terorisme oleh faham dan agama apapun secara adil (sebagaimana tertuang dalam uu no 15 tahun 2003)


3. Bubarkan densus 88 dan segala proyek terorisme yang diusung dunia barat, untuk menyelamatkan bangsa dari penjajahan ekonomi gaya baru.


4. Tegakkan supermasi hukum


Demikian pernyataan sikap ini kami sampaikan, untuk segera ditinjaklanjuti oleh Presiden dan DPR RI. Jika dalam waktu 7 x 24 jam tidak ada tindakan serius dari Presiden dan DPR RI, maka kami bersama element-element HMI lainnya serta masyarakat Bima & Indonesia umumnya, akan melakukan aksi-aksi yang lebih massif hingga dipenuhinya tuntutan ini.


Bima, 11 Rabiul Awal 1434 H

23 Januari 2013 M

Jenderal Lapangan





SYAMSUDDIN






Tembusan :

Kapolri, Kapolda NTB, Kapolres Bima Kota, Kapolres Bima, Kapolres Dompu
MUI Pusat, MUI NTB, MUI Kab. Bima, MUI Kota Bima, MUI Kab. Dompu
DPRD Propinsi NTB, DPRD Kab. Bima. DPRD Kota Bima, DPRD Dompu
Gubernur NTB, Bupati Bima, Walikota Bima, Bupati Dompu
PB HMI, BADKO HMI Nusra
Ormas dan Media Massa

Thursday 24 January 2013

Meneladani Kepemimpinan Rasulullah saw

Pada peringatan Maulud Nabi saw seperti sekarang ini, banyak hal yang perlu diambil pelajaran, terutama oleh para pemimpin bangsa ini. Nabi Muhammad saw adalah sosok pemimpin yang sukses. Beliau mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang hidup secara damai, aman, dan sejahtera.

Tentu, kapan dan di mana pun, bukan pekerjaan mudah untuk melakukan perubahan masyarakat dalam waktu yang singkat namun sedemikian mendasar itu.

Perjuangan nabi dibagi menjadi dua fase, yaitu fase di Makkah dan kemudian dilanjutkan di Madinah. Setelah kurang lebih 13 tahun di Makkah dan dihitung hasilnya kurang maksimal, maka nabi mengambil kebijakan strategis, yaitu hijrah ke Madinah.

Perpindahan itu bukan pekerjaan mudah. Apalagi antara Makkah dan Madinah cukup jauh jaraknya. Sekarang saja, dengan kendaraan bus atau taksi harus ditempuh selama 5 hingga 6 jam. Tentu kepindahan itu sangat berat sekali, tatkala belum ada kendaraan seperti sekarang ini.

Tapi, pemimpin harus berani mengambil keputusan, apapun beratnya. Dalam perjuangan, tatkala di suatu tempat sudah tidak mendapatkan hasil maksimal, dihitung-hitung tantangan menjadi semakin berat, Rasul memelopori untuk berpindah, meninggalkan tanah kelahirannya, Makkah.

Nabi melawan naluri kemanusiaan, sekalipun tempat kelahirannya, dan begitu pula Ka'bah, Arafah dan Mina sebagai pusat kegiatan ritual berada di sekitar Makkah, beliau hijrah ke Madinah.

Memperhatikan peristiwa hijrah dan dikaitkan dengan persoalan terkini di ibu kota, tatkala penduduk Jakarta sudah sedemikian padat, sehari-hari macet, dan banjir, belum lagi polusi dan lain-lain, mestinya para pemimpin negara ini berani mengambil keputusan, sebagaimana dilakukan Rasulullah saw.

Memindahkan ibu kota memang sulit dan beresiko. Tapi resiko dan kesulitan berpindah itu juga telah dialami oleh sang pemimpin 14 abad yang lalu. Ketika sehari-hari, merasa sedemikian beratnya hidup di Jakarta, para pemimpin bangsa ini segera mengambil keputusan, pindah.

Semakin cepat semakin baik. Kelambatan dalam mengambil keputusan akan berakibat biaya dan resiko semakin mahal dan berat. Banyak orang berspekulasi, masing-masing akan berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Selain tauladan tentang keberanian menanggung resiko, dari proses berhijrah saja, tidak sedikit nilai-nilai yang seharusnya diambil para pemimpin dan pejabat. Ada kisah menarik di dalam perjalanan Nabi saw bersama sahabat dari Makkah ke Madinah.

Tatkala mengalami kehabisan bekal: beberapa sahabat kehausan serius, sementara di kanan kiri jalan tidak terdapat air. Kebetulan tidak jauh dari tempat yang dilewati itu, menurut suatu kisah, terdapat rumah penduduk yang juga tidak memiliki air, tapi punya kambing betina kurus yang tidak mungkin bisa diperas susunya.

Apa boleh buat, nabi meminta izin pemiliknya untuk memeras susu kambing tua dan kurus itu, sekiranya bisa digunakan untuk menghilangkan rasa haus bagi semua yang ikut dalam rombongan perjalanan itu.

Dikisahkan, semula pemilik kambing menolak dengan alasan tidak mungkin kambing seperti itu mengeluarkan air susu. Setelah berdialog, pemilik kambing mengijinkan. Tak diduga, kambing tua dan kurus itu mengeluarkan air susu. Satu demi satu para sahabat dipersilahkan meminumnya, termasuk pemilik kambing itu sendiri. Setelah semua kebagian, maka giliran terakhir, nabi meminumnya.

Dalam suasana kepepet, merasa haus, nabi tidak mengajak para sahabat untuk berebut. Nabi mengerjakan sendiri, memeras susu kemudian membagikannya. Ketika membagi, sebagai pemimpin, nabi tidak mengambil terlebih dahulu, sebaliknya justru yang terakhir.

Umpama cara-cara seperti ini juga dilakukan para pejabat dan pemimpin bangsa ini, yaitu mendahulukan orang lain daripada dirinya sendiri, maka kehidupan ini akan menjadi damai. Mereka tidak perlu harus berebut, sebab semua telah memikirkan kebutuhan orang lain. Wallahu'alam.

Gereja Tolak Valentine's Day, Sebagian Umat Islam Malah Ikut Arus

Saat ini mulai muncul pemberitaan resmi dari pihak Gereja yang menolak Valentine. Sebuah situs media Kristen menulis "Gereja Ortodox Rusia Restui Larangan Perayaan Valentine (2011). Reuters juga menulis, Gereja Ortodoks Rusia melarang perayaan Valentine. Pemerintah Rusia propinsi Belgorod menyerukan agar institusi pendidikan dan institusi pemerintahan untuk tidak melakukan perayaan hari kasih sayang (Valentine)

Republika Online menulis, “Gereja: Valentine salah arah.” Gereja Katolik Roma Inggris menasihati orang lajang mengidamkan hubungan asmara agar mengarahkan doa permintaan asmara pada 14 Feb kepada St Raphel, bukannya St. Valentine.

Menurut Gereja Katholik Inggris, bertahun-tahun, St Valentine telah keliru diasosiasikan dengan upaya mendapatkan cinta. Bukan St.Valentine tapi seharusnya St.Raphael. Riwayat St.Valentine dinilai tidak jelas. Bahkan, para arkeolog telah meneliti sebuah gereja kuno yang dipersembahkan untuk seseorang dengan nama tersebut, namun riwayat St.Valentine tidak ditemukan. Yang beredar hanya kisah-kisah mitos belaka. Kelihaian Misionaris, Valentine Day kemudian dimasyarakatkan secara Internasional hingga saat ini.

Bukan Budaya Islam

Allah SWT menurunkan Al-Qur’an pada Rasulullah Muhammad untuk membenarkan kitab yang sebelumnya, untuk mengembalikan umat pada jalan yang benar, Al-Islam. Bagaimana peringatan Allah terhadap budaya-budaya pagan yang tidak bermoral seperti Valentine?

Q.S Al Israa’ 36 menegaskan: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”

Q.S Ali Imran 85 juga menjelaskan: “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”

Adapun Hadist Rasulullah saw: “Barang siapa meniru kebiasaan suatu kaum (agama) maka dia termasuk agama itu”.

Q.S Al-Baqarah 120:Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.

Sikap umat Islam seharusnya menyimak Q.S Al-Baqarah 208: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.”

Wednesday 23 January 2013

Eksklusif: Penuturan keluarga korban arogansi Densus 88

Berikut penuturan beberapa keluarga korban penembakan brutal Densus 88 di Makassar, terkait beberapa fakta yang tidak terungkap di media massa. Penuturan ini dihimpun oleh tim investigasi CIIA yang disampaika kepada redaksi arrahmah.com.

Oleh: Harits Abu Ulya

Pemerhati Kontra-Terorisme & Direktur CIIA (The Community of Ideological Islamic Analyst)

"Amat disayangkan…", itulah kira-kira ungkapan yang mewakili banyak orang. Ketika membaca tangapan dari pihak Polri atas evaluasi Komnas HAM terhadap aksi Densus88 dalam penindakan yang dipandang sudah banyak melakukan pelanggaran HAM.Pihak Polri berkelit, bahwasanya evaluasi itu boleh saja tapi perlu diingat para teroris itu juga melanggar HAM. Seperti yang diberitakan oleh laman detik.com ; "Kita menghormati hasil evaluasi tersebut, tapi teroris yang membunuh orang juga melanggar HAM," kata Karopenmas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar saat dihubungi detikcom, Selasa (15/1/2013). Dari sini tampak alergi dan skeptisnya aparat terhadap kritik. Terkesan maunya urusan kontra terorisme minus kritik, khususnya terkait penindakan yang dilakukan oleh Densus88.

Batapa bopengnya hukum dan penegakkannya di Indonesia, tidak lagi bisa dibedakan mana hukum dan penegak hukumnya. Maling itu melakukan pelanggaran hukum, koruptor itu melakukan pelanggaran hukum, pemerkosa itu melanggar hukum, menipu orang melanggar hukum dan pelakunya harus mendapatkan penindakan dan hukuman yang setimpal. Tapi apakah karena mereka dianggap atau diduga melakukan pelanggaran hukum lantas kemudian aparat penegak hukum bebas melakukan "pengadilan jalanan"? Dan boleh nabrak semua rambu-rambu hukum dan melanggar hak-hak dasar dan prinsip setiap individu yang dianggap kriminil. Inilah ketimpangan pratek law enforcement pada kasus terorisme. Dalam kasus terorisme koridor-koridor (criminal juctice system) seolah di buang ketong sampah, hanya karena dalih terorisme adalah extra ordinary crime. Padahal Korupsi, pembalakan liar hutan dan pencurian kekayaan laut juga masuk katagori extra ordinary crime, tapi tetap saja berbeda perlakuan bagi pelakunya dari pihak aparat penegak hukum. Tindakan yang extra ordinary hanya untuk kasus terorisme.

Berikut beberapa penuturan dari keluarga korban di Makassar dan Kab.Enrekang terkait kasus terorisme versi Densus88. Kita buka disini agar menjadi preferensi dan prespektif yang berbeda untuk memahami tentang pentingnya menghargai manusia layaknya manusia. Jika haruspun seseorang dihukum karena tindak kejahatannya, maka biarlah berjalan mengikuti mekanisme hukum yang juga manusiawi. Dan untuk melahirkan kepercayaan masyarakat bahwa benar negeri ini adalah negeri yang tegak berdiri diatas hukum yang bisa dipertanggungjawabkan.Maka tuntutannya adalah harus memiliki substansi hukum yang memadai dan penegak hukum yang bermoral dan kredibel selain punya kapasitas yang cukup professional ketika kerja di lapangan.

Kali ini Komnas HAM juga di uji nyalinya, masyarakat luas berharap kasus ini tidak menjadi seperti lipstick yang demikian mudah luntur. Dari kasus saat ini komnas HAM harus mendorong pada langkah tegas untuk evaluasi kinerja Densus dan BNPT. Karena mereka semua bekerja dan makan dengan uang rakyat (APBN). Lain soal, jika mereka dibayar oleh asing. Tapi akan menambah panjang pertanyaan, jadi aparat penegak hukum di negeri ini bekerja untuk kepentingan siapa? Jika kasus ini menguap begitu saja, maka ini sama saja semacam provokasi terhadap umat Islam untuk melakukan advokasi dengan cara yang mereka suka. Ada yang bermain api dengan umat Islam yang dinamis menggeliat menuju kebangkitannya.Sangat riskan!.
Bunga Rosi (Istri Tamrin bin Panganro)

Rosi menuturkan kepada CIIA; Tamrin di Makassar tinggal di Jalan Pajaiyang belakang pasar Daya. Nama lain Tamrin yang di ketahui istrinya tidak ada. Dan beberapa latar belakang sebelum kejadian yaitu pada hari Kamis 3 Januari berangkat dari Kajang Bulukumba dan tiba di Makassar sekitar jam 23.00 wita. Kemudian kejadiannya esok harinya Jumat tanggal 4 januari 2013, sekitar jam 14.00 wita (setelah solat jumat). Selama ini kami menekuni usaha dagang Gula Merah. Ke Makassar dalam rangka ingin membenahi rumah yang pernah dibeli untuk kemudian ditinggali. Dari Kajang beliau mengendarai sepeda motor Shogun- R warna hitam. Rencananya ingin membeli kap motor dan membayar pajaknya yang sudah tiga tahun menunggak. Juga Ingin ganti plat kendaraan dan perbarui STNK. Tamrin bolak balik Makassar-Bulukumba kurang lebih sudah sebulan.

Hari Jumat saat kejadian, beliau keluar setelah solat jumat di mesjid dekat rumah untuk mengganti kap motor. Rencana setelah ganti kap motor ingin mengganti (memperbarui) STNK. Keluar hanya membawa dompet. Dalam perjalanannya beliau bertemu dengan Arbain yang menanyakan hendak kemana tujuan Tamrin.Tamrin kemudian menjelaskan maksud dan tujuannya untuk membeli kap motor namun mengaku belum menguasai seluk beluk jalan yang akan dilaluinya karena baru datang. Arbain pun kemudian menawarkan jasa untuk mengantarkan beliau sambil menunjukkan jalan. Saya (Rosi) sama sekali tidak tahu apa salahnya Arbain hingga ikut di tangkap Densus juga.

Saya (Rosi) tidak menyaksikan proses penangkapan suami saya. Dan mengetahui jika beliau ditangkap hanya dari orang-orang di luar. Sebagian informasi kami dapatkan dari media. Saya kemudian menduga jika suami saya menjadi salah satu korban penangkapan. Sampai detik ini tidak ada satupun aparat yang pernah menghubungi saya menyampaikan perihal keberadaan suami saya sekarang padahal sudah dua pekan lebih sejak penangkapan. Saya tidak pernah melihat suami saya lagi sejak Jumat itu. Saya dan keluarga sudah keliling mencari dan bertanya namun tidak menemukan.

Selama ini Tamrin hanya menggeluti usaha gula merah yang sebelumnya pernah menjadi tukang kayu, dagang sapi, dan menyadap kelapa untuk membuat gula merah. Kami pindah ke Makassar atas usul dari salah satu saudara saya dan kemudian saya menjual tanah saya di Kajang. Sebelumnya saya tidak merasa dibuntuti atau diikuti. Karena selama ini kami hanya menggeluti usaha gula merah.Tamrin juga sangat jarang keluar rumah.

Saya tidak mengenal Arbain bin Yusuf karena dia orang sini (Makassar). Mungkin juga dia punya usaha lain. Saat ini saya tidak tahu bagaimana keadaan Tamrin. Saya ingin sekali mendapat kabar tentang suami saya.

Kini istri Tamrin bersama anak-anak kecilnya tidak tau harus berbuat apa.Karena sampai penuturan ini dipublish juga belum ada informasi dari Densus88 perihal Tamrin. Dan hari-harinya menjadi serba tidak menentu dengan beban pikiran dan perasan yang tidak bisa dilukiskan.semua jadi serba berat menjalani tanpa kehadiran seorang suami.

Samad (adik Tamrin), menambahkan penuturanya Rosi;

Saya tidak ada dilokasi saat penangkapan tapi dikota. Saya tidak tahu kasus penangkapan itu dan belum ada informasi dari pihak kepolisian bahwa kakak saya ditangkap. Belum ada penjelasan kepada keluarga. Hari jumat ditangkap sekitar jam 14.00 wita di belakang pasar Daya lama di Jalan Paccerakkang.Tamrin boncengan sama Arbain bin Yusuf keluar dari Kompleks Graha Pesona.

Belum ada informasi dimana tempat penahanannya kalau ditahan dan kalaulah luka dimana diobati. Sudah ada beberapa tempat saya cari, di markas Brimob di Jl. KS. Tubun, di Brimob di Jl. St. Alauddin, RS Bayangkara tidak ada dan istrinya kemarin ke rumah sakit Daya juga tidak ada. Hanya di Polda belum dicoba. Pernah jumpa pers depan media Celebes TV dan Metro TV untuk meminta informasi tentang keberadaan kakak saya.

Saya kehilangan jejak kakak saya. Saya pernah ke LBH tapi saya tidak dapat jalan keluar. LBH juga tidak memberi petunjuk tentang keberadaannya kakak saya. Namun belum tahu langkah apa yang mau diambil karena belum ditahu dimana tempatnya Tamrin.

Hari jumat siang anaknya Tamrin dari RS Bhayangkara, 1 minggu dirawat namun sudah keluar pagi tadi. Yang mau saya tau dimana lokasi kakak saya. Tidak pernah ada yang datang untuk menggeledah rumah. Hanya dipasar Daya saja langsung diculik.

Kalau polisi punya indikasi terhadap Arbain kan dicari dulu dirumahnya, dan memberi tahu keluarganya jika ada kejadian/tindakan. Tapi tidak pernah ada pencarian yang berarti tidak ada indikasi. Sekarang kehilangan jejak tentang keberadaan Tamrin. Tamrin tiga anaknya masih kecil-kecil juga.

Kondisi keluarga masih bingung karena belum ditahu keberadaannya.seandainya ditahu keberadaannya bisa diobati atau dibesuk. Dia keluar jam setegah dua ba'da jumat untuk beli alat alat motor. Kamis malam sekitar jam 23.00 wita dari Bulukumba.

Tau Arbain bin Yusuf tapi tidak terlalu kenal. Baru 2 bulan tinggal disini tanggal 3 desember. Ditangkap 2 orang yang ditembak tamrin. Tolong fasilitasi saya untuk mencari tahu keberadaan kakak saya. Tamrin kelahiran 1972. Kalau dia (Densus) melakukan ini luar biasa, langsung menembak saja tidak pernah ada pemberitahuan kepada keluarga padahal bawa tanda pengenal (sebagai penegak hukum). Saya rencana ke Polda sekarang.

Kalau upaya hukum, insyaAllah masih hidup dia sendiri yang akan menyampaikan sama kita.Sekarang tidak bisa karena tidak diketahui statusya sehingga langkah hukum tidak bisa dipastikan. Yang penting dulu menemukannya. Karena banyak ketidak jelasan jadi saya tidak bisa menyampaikan apa-apa. Terhadap pengelola negara sangat mengharapkan informasi tentang keberadaan kepada kakak saya.Dimana dia? Kok seperti lenyap ditelan bumi. Padahal jelas-jelas Densus yang ambil.
Hanadiah (Istri Asmar/korban meninggal)

Ia istri dari Syamsuddin alias Asmar alias Abu Uswah menuturkan; pas saat jelang kejadian Asmar sempat masuk ke dalam rumah sakit, tiba-tiba dia keluar pergi wudhu trus masuk masjid untuk solat dhuha. Tiba-tiba temannya ditembak. Kemudian selang beberapa menit dia nyusul dari belakang karena tidak tahu mungkin tentang hal itu. Ia pun kemudian ditembak di paha kirinya. Setelah itu dia bangun, mungkin mau lari atau apalah saya tidak tahu, karena almarhum sendiri tidak tahu apa kesalahnnya. Saat itu kakinya dilumpuhkan dua-duanya. Ini menurut penuturan orang yang menyaksikan disana kepada saya. Almarhum kemudian saat akan dibawa masih sempat disiksa, dipukuli dan ditendang pake sepatu laras. Kemudian ditembak lagi didadanya, diberondong peluru setelah tewas kemudian dimasukin kedalam kantong plastik baru dimasukin kedalam mobil.

Saya tidak pernah melihat jenasah almarhum. Hanya foto yang saat kejadian yang saya sempat lihat, itupun dari mereka yang menyaksikan dilokasi. Mereka mendokumentasikan dengan HP. Hari itu dia cuma pamit katanya ingin menjenguk teman di rumah sakit. Tidak ada sama sekali dia membawa apa yang seperti dituduhkan. Dia dituduh membawa granat, granat dari mana? Yang saya tahu dia berangkat hanya untuk menjenguk temannya yang lagi sakit. Katanya ke rumah sakit diantar teman, tatapi saya sendiri tidak tahu temannya itu siapa.

Sampai saat ini tidak ada informasi dari Densus. Saya hanya ikuti melalui berita di televisi saja. Tidak ada pemberitahuan atau surat penangkapan.

Saya tinggal disini, KTP suami saya di BTN Mangga tiga karena saya pernah tinggal di sana. Menurut saya kelakuan Densus seperti binatang. Mereka seenaknya memberondong. Orang yang lagi solat kok ditembak, tanpa ada pemberitahuan dan peringatan.

Bagi saya, almarhum seperti halnya orang kebanyakan, ya biasa-biasa. Meski pendiam tapi biasa juga Bermain dengan anak-anak, bergaul dengan masyarakat. Biasalah. Tidak ada yang aneh-aneh dari beliau. Beliau sering dirumah. Kalau keluar paling dia ke masjid untuk solat, atau keluar belanja. Tidak ada kegiatan yang aneh. Sehari-hari almarhum kerjanya serabutan, kerja apa yang bisa. Kadang diajak oleh temannya kerja bangunan. Saya juga kaget dengan adanya peristiwa di rumah sakit itu. Tiba-tiba koq begitu kejadiannya. Saya tidak tahu apa kegiatannya, apa pekerjaannya terkait peristiwa. Demikian juga yang sudah saya sampaikan di Polda beberapa hari setelah kejadiannya. Sekitar tiga atau empat hari setelah kejadian. Saya menyampaikan bahwa saya tidak tahu semua tentang yang mereka tuduhkan. Polisi sempat mengatakan bahwa mungkin mereka (polisi) lebih tahu. Kemudian saya jawab, iya, kalian yang lebih tahu berarti kalian sendiri yang menciptakan ini semua. Saya tidak tahu dan tidak pernah bertanya tentang itu. Kalau pulang kerumah, paling-paling bergurau dengan anak-anak.

Almarhum meninggalkan tiga orang anak. Yang paling tua, Uswatun Mawaddah saat ini kelas 5 SD. Yang kedua laki-laki 5 tahun, Muhammad Fatih, dan yang ketiga, Lulu, 2,4 tahun. Almarhum adalah tulang punggung keluarga selama ini. Entahlah, kedepannya seperti apa setelah almarhum tidak ada. Belum jelas karena masih dalam keadaan berduka.

Harapannya agar jenazah almarhum segera dikembalikan. Karena keluarga menunggu untuk dimakamkan. Densus juga harus benar dalam melakukan tugasnya. Teliti dangan baik, Selidiki dulu dengan benar. Apalagi jika peristiwa itu terjadi di rumah Allah SWT (masjid), sangat disayangkan. Ini sudah menyepelekan kaum muslimin!.
Athrizah Dwi Hatmawan (Istri Arbain bin Yusuf)

Arbain di tangkap bersama tamrin saat mau belanja barang di pasar daya.Dwi menuturkan; Pagi sekitar jam 09.00 wita Arbain masih dirumah, tidur dirumah dan mau shalat Jumat di mesjid setempat.Tapi saya ada jadwal masak untuk santri, makanya saya minta tolong suami saya untuk belanja kepasar. Dia ngajak pak Tamrin karena katanya sekalian mau beli kap motor. Habis shalat jumat sampe sore suami saya tidak pulang. Lalu saya liat berita kalau ada yang ditangkap dipasar Daya. Lalu Saya liat di internet kalo Arbain dan Tamrin dibuntuti dari sini.

Sempat ada kabar kalau Arbain sudah meninggal. Namun ada teman yang cari info ternyata sudah ada di Jakarta. Dikasih nomor telpon atas nama pak Norman (081280464020) pengacara Densus dari jakarta. Teman saya cuma pesan sebatas itu saja dan pada Hari jumat dapat surat penangkapan 1 minggu setelah kejadian.

Ada rencana mau dipindahkan taunya dari berita saja. Sekarang masih belum tahu bagaimana kepindahannya.Sempat ada kabar dan kasih informasi ke kesaya. Hari kamis bapak saya yang di Jawa berangkat ke Jakarta sempat melihat kondisi suami saya. Kondisinya luka ditangan bekas penangkapan namun tidak tau pasti karena penjagaannya ketat sekali. Dan tidak sempat banyak bertanya jadi tidak tahu persis. Tapi masih baik kondisinya.

Saya tidak melihat kejadian secara langsung tapi hanya melihat dari berita.

Harapan saya, Kalau pun suami saya memang salah, harusnya sesuai dengan prodesur yaitu dikasih surat penangkapan dulu. Kalau pun suami saya disangka terlibat dalam jaringan teroris faktanya Suami saya itu sehari harinya hanya menjual dan tidak pernah kemana mana. Namun pun demikian jika bersalah harusnya sesuai prosedur penangkapan dengan memberikan surat penangkapan bukan langsung main tangkap. Saya berharap bisa lebih maksimal dukungannya dari umat Islam.
MuthmaInna (istri Syarifuddin)

Densus juga mengobok-ngobok daerah Enrekang (sekitar 5 jam perjalanan darat dari kota Makassar), dan ada 9 orang lainya yang ditarget untuk di ambil. Dan yang menjadi target utama oleh Densus adalah Syarifudin, dengan alasan menyembunyikan bom rakitan yang siap digunakan. Dan istri Syarifudin menuturkan seputar penangkapan sebagai berikut;

Saya berada di lokasi tapi tidak melihat kejadian, tetapi adik saya yang lihat. Saya saat itu akan sholat maghrib, dan diberitahu setelah sholat. Kejadiannya malam Sabtu pukul 18.30. Katanya, saat itu suami saya (Syarifuddin) baru mau naik ke jalanan masuk masjid untuk sholat maghrib, tiba-tiba motornya ditendang sama Densus dan jatuh dari motor dan diringkus Densus. Dan ketika bilang mau solat magrib, dibentak densus "tidak perlu solat!". Dan bahkan izin mau pakai celana dalam dulu, itupun ditolak karena saat itu dia hanya pakai sarung untuk pakaian bawahnya. Adik saya yang lihat karena suaminya juga sempat ditangkap Densus namun telah dilepaskan.

Tempatnya kejadian di Kampung Kalimbua Kelurahan Kalosi Selatan, Kecamatan Alla Enrekang. Kejadiannya sangat tiba-tiba saja. Saya sama sekali sebelumnya tidak pernah dihubungi atau tahu kejadian apa. Sebelum kejadian saya sekeluarga hanya di Enrekang saja. Saya pernah baca di media bahwa suami saya pernah keluar selama dua bulan, saya bilang ini omomg kosong dan saya bantah karena kenyataanya suami saya selama ini berada di Enrekang sejak tahun lalu sampai tahun sekarang.

Suami saya kegiatannya hanya sehari-hari jual tahu sama tempe. Kalau pagi berangkat jual tahu tempe sampai jam 9 pagi, lalu berangkat ke kebun sampai dhuhur. Setelah itu membuat tahu tempe sampai sore, begitu terus kegiatannya sampai penangkapan.

Saya setelah maghrib mencari suami saya namun sudah tidak ketemu dan masjid sudah kosong. Saya cuma diberitahu bahwa tadi ada penangkapan Densus yang datang dengan 9 mobil avansa, mereka berpakaian preman yang jumlahnya lebih dari 50 orang.

Setelah penangkapan saya sudah dihubungi dan katanya sekarang dia sudah di Mabes. kalau mau menghubungi (Syarifuddin) harus melalui pengacara saya yang sudah disiapkan Densus.

Saya tidak menerima kalau suami saya dituduh karena pernah lama ke luar kota, karena suami saya tidak pernah tinggalkan daerah. Hanya pernah ke luar ke Makassar paling lama 5 (lima) hari pergi pengajian, tidak lebih dari itu dan itu pun bersama saya.

Kejadian penangkapan sekitar 100 meter dari rumah saya, kejadian dekat masjid At-Taqwa. Saat kejadian tiga orang yang ditangkap Densus, terakhir lagi kemenakan saya Fadil alias Fahri juga diambil Densus. Yang diambil sama Densus semua keluarga saya.

Di rumah saya Densus mengambil barang-barang tombak, bensin 5 liter yang saya baru beli untuk pabrik tahu, parang, pupuk untuk berkebun, bahkan celengan kaleng yang berisi duit sekitar 400 ribu juga di ambil, Densus juga membawa ember-ember. Barang-barang yang dibawa itu selama ini dipakai untuk buat tahu tempe.Rumah saya sudah dua kali digerebek dan katanya ada senjata. Motor cicilan saya juga diambil sama Densus. Setahu saya yang ada di pabrik tahu saya cuma parang. Yang dikasih garis polisi kebun saya yang katanya ada senjata, jaraknya 5 kilo meter dari rumah saya. Saya merasa suami saya tidak punya salah atau bukti kejahatan karena saya tahu kegiatnnya sehari-hari.
Mutthoharah (Istri Sukardi)

Istri Sukardi menuturkan; Kejadiannya Jumat sore pukul 18.30 wita, saya tidak liat pas kejadian seperti apa dan bagaimana, sampai bapaknya abu dzar (Syarifuddin) jatuh, cuma pas jatuh saya sempat dengar dia berteriak "apa salah saya". Dia sempat memberotak tapi langsung dibekuk tangannya kemudian kakinya, setelah itu dia diangkat dinaikkan ke mobil Avanza, kalau tidak salah warna hijau, karena saya melihatnya dari atas rumah. Jadi agak jauh.

Waktu itu Saya kira ada kejadian biasa seperti tabrakan. Saya tidak tahu kalau kejadian ternyata lain. Jadi saya masuk kembali kedalam rumah, turun untuk ambil air wudhu kemudian naik lagi ke atas dan saya liat sudah penuh dengan Densus. Saya melihat Densus dengan bersejata lengkap. Ada satu orang tingi besar, memakai semacam rompi mendekati jamaah sambil bertanya;"siapa namanya Fadli?" Suami saya menjawab bukan.

Waktu itu suami saya duduk di teras masjid. Karena tiga kali dipanggil tidak bergerak, akhirnya orang tadi mendekatinya dan membekuk lehernya kemudian dibawa pergi. Karena kaget saya kemudian turun dan lompat dari rumah, masuk gorong-gorong. Begitu mereka lihat saya keluar lalu mengarahkan senjata sambil membentak menyuruh masuk. Katanya "Masuk!", trus saya bilang saya mau pergi ambil anakku, jadi saya bilang "anakku, anakku".

Saya kemudian mendatangi anak-anak dan bertanya "mana bapaknya syahrul?" Saat saya bertanya itulah saya melihat dia diseret bersama tiga orang lainnya. saya mendengar suami saya bilang "apa salah saya?" mereka lalu bilang "kamu keluar!, kamu keluar!" suami saya bilang "saya ndak keluar-keluar". Terus dia lari sambil bilang "anakku, anakku", terus mereka jawab bawa saja dengan anakknya. Jadi saya mecoba menarik tangan suamiku sambil berkata "tunggu dulu, apa salahnya suamiku?" jadi dua tangan saya masing-masing menarik suami dan anak saya.

Terus mereka bilang "Bapak keluar, bapak keluar toh?", saya jawab "kemana? Tidak, bapak tidak pernah keluar. Tunggu dulu, apa salahnya suamiku ?" mereka bilang "sebentar bu, kita mau minta keterangan saja".

Keterangan apa? Suamiku tidak bersalah saya bilang. Nah, disaat saya sedang menarik tangan suamiku, kemudian datang lagi satu orang yang badannya besar dan berkata "kalo memang tidak mau, tembak saja dia!" jadi saya bilang tunggu dulu. Saya kemudian berhenti menarik, dan setengah berbisik ke telinga suami saya "Pergimiki. Isya Allah itu Allah melindungiki kalo kita tidak pernah salah. karena kita memang tidak pernahji keluar."

Karena waktu itu banyak sekali mobil, saya tidak tahu ke arah mana suami saya dibawa. Jadi waktu penangkapan itu ada banyak orang, ada jamaah di dalam masjid. Jadi Waktu suami saya ditangkap dia sedang menemani anak saya ke belakang yang ingin buang air besar. Itu yang kemudian Densus katakan bahwa suami saya ingin melarikan diri. Bagaimana dia mau melarikan diri sedang saat itu dia sedang bersama anaknya.

Pak Sukaradi ditangkap pas setelah salat maghrib. Kalau pak syarifuddin pas saat solat, kalau tidak salah saat rakaat pertama. Yang saya dengar, Saat itu dia minta untuk solat dulu. Kata penduduk ditunggui ji memang tapi mereka menendang motor pak Syarifuddin. Karena kaget, dia balik dan bertanya, ada apa ini? Apa salah saya, saya mau solat dulu. Tapi mereka bilang "tidak usahmi solat!".

Lokasi kejadiannya di Masjid Taqwa. Saat itu ada sekitar sepuluh jamaah di dalam.
Nurlaila (Istri Fadli)

Nurlaila menuturkan kepada CIIA; Tidak tahu apa alasan penangkapan karena saat itu pas lagi solat maghrib. Pak Syarifuddin ditangkap saat solat, tapi Fadli setelah solat maghrib.

Barang yang diambil jirigen, juga uang. Rumah digeledah isinya. Ada tiga rumah yang digeledah. Setelah penangkapan tidak ada yang dihubungi. Ada beberapa berita dari internet yang kurang sesuai. Diberitakan suami saya melakukan perlawanan padahal tidak ada sama sekali perlawanan waktu ditangkap.

Densus Waktu itu ada sekitar sembilan mobil. Jadi waktu malam sabtu itu ada tiga orang yang dibawa.[13 Jan 2013, Makassar].

Irena Handono: Membongkar Teroris Kristen

Siapa sesungguhnya yang teroris? Demikian kalimat pembuka dalam bedah buku "Membunuh dengan Tersenyum" karya Hj. Irena Handono di Gedung Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII), Jakarta, Selasa (22/1). Acara ini merupakan diskusi bulanan Badan Koordinasi Seluruh Pondok Pesantren Indonesia (BKSPPI) yang diketuai oleh KH. Cholil Ridwan.

Dalam pembahasannya, Irena Handono memaparkan Fitnah media Barat terhadap Islam. Pemberitaan media di CNN misalnya, seorang kontributornya bernama Richard Quest menyatakan bahwa aksi pembantaian itu dilakukan oleh Teroris Islam.

Begitu juga dengan BBC yang ditulis seorang koresponden bidang keamanan bernama Frank Gardener. Dia menulis “Al-Qaeda Beraksi Kembali”. Kemudian, Sky News berspekulasi dengan cepat dengan menyatakan bahwa teror di Norwegia terkait dengan kelompok ekstrimis Islam.

Selanjutnya, The New Yorks Time, dalam laporan berita berjudul “At Least 80 dead In Norway Shooting”, Ditulis oleh Elisa Mala dan J David Goodman, menyatakan bahwa peristiwa itu dilakukan oleh Teroris Islam. Begitu juga dengan Tabloid The Sun yang membuat covernya berjudul: "Al Qaeda Norways 9/11".

Irena Handono lalu mempertanyakan, siapa teroris itu sebenarnya? Irena lalu membongkar, seorang anggota Freemasonry bernama Anders Behring Breivik, lahir di London pada 13 Februari 1979. Breivik, dalam account facebooknya, menampilkan foto dirinya di Masonic Regalia. Dalam Profil Facebooknya dengan banga ia mengaku pernah menjadi anggota dari St.Olaus t.d Tre Soiler No 8 Di Oslo dan Grand Master dari kelompok Norwegian Order of Freemasons.

Breivik juga merupakan aktifis Partai Kemajuan Norwegia, ia pernah menjadi anggota Partai kemajuan, The Progress Party atau Fremskrittspartietl Framstegspartiet (FrP), yang memiliki paham anti imigran, libertarian, konservatif dan berideologi kanan.

Lebih jauh, Breivik merupakan simpatisan English Defence League. Dia mengaku memiliki hubungan dengan English Defence League (EDL), suatu organisasi masa rasialis berhaluan sayap kanan, anti islam, anti muslim dan anti imigran yang berpusat di Inggris.

Breivik juga mendirikan kembali Ordo Militer Kristen, Ksatria Templar atau Ordo Bait Allah (The Poor Fellow-Soldiers of Christ and of the Temple of Solomon, Pauperes Commilitones Christi Templique Solomonici). Breivik sangat terpikat dengan sejarah Perang Salib, kisah-kisah “kepahlawanan” tentara salib dalam melawan pasukan muslim.

Irena mencatat, Anders Behring Breivik muncul dalam persidangan yang dinyatakan tertutup untuk umum pada 25 juli 2011, Pada saat itu ia menyatakan bahwa “ada dua sel teroris yang bekerjasama dengan dia,” namun pihak kepolisian tidak menemukan bukti apapun.

Pada tanggal 14 November 2012, Brevik muncul dalam persidangan yang dibuka untuk umum. Ia mendeklarasikan dirinya sebagai “Komandan Militer” dalam gerakan “Perlawanan Norwegia”.

Pada tanggal 6 Februari 2012, Breivik mengatakan mengerti apa yang didakwakanya kepadanya. Ia mengatakan, “Saya mengakui tindakan saya tapi saya tidak mengaku bersalah, serangan terhadap kantor pusat pemerintahan ditujukan terhadap penghianat yang melakukan penghancuran budaya”. Ia melanjutkan “Saya adalah militer militan, komandan ksatria Templar Norwegia”.

Breivik yang secara sadar telah melakukan tindak terorisme terlebih dahulu, ia diperiksa oleh psikiatris dan hasilnya Breivik dinyatakan tidak waras. Sehingga sebagaimana menurut jaksa, dakwaan yang ditujukan kepada Breivik didasarkan atas asumsi bahwa Breivik mengalami sakit jiwa, dan akan memprosesnya untuk mendapatkan rehabilitasi mental dibawah kontrol psikiatris ketimbang hukuman penjara.

Seperti diberitakan Kompas.com, Jumat, 2 November 2012,Pengadilan Norwegia memvonis pembunuh masal itu dengan hukuman 21 tahun penjara untuk Anders Behring Breivik. Breivik terbukti bersalah membunuh 77 orang dalam serangan bom dan penembakan setahun silam.Pengadilan memastikan Breivik waras bukan orang gila.

Terinspirasi Bible

Mengapa Breivik melakukan itu (tindakan teroris)? "Karena ayat-ayat Bible lah yang menginspirasi Breivik. Inlah ayat bible yang menjadi inspirasi Breivik: “Dibenarkan untuk membunuh pencuri yang memasuki rumahmu, itu adalah arti sebenarnya dari pembelaan diri. Terlepas dari si pencuri mengancam nyawamu atau tidak, kamu memiliki hak untuk mempertahankan rumahmu, keluargamu dan hartamu. Sebagaimana dikatakan Bibel : bangsa Israel diharapkan memiliki senjata pribadi. Setiap orang dipanggil melawan musuh dengan senjata.”

Itu terdapat dalam bibel bagian Perjanjian Lama. Breivik mendasarkan pendapatnya pada Keluaran 22:2, Samuel 25:13, Hakim-Hakim 5:8, Mazmur 144:1.

Breivik pun menjadi Prajurit Yesus Kristus Yang Baik. Ia tidak berhenti hanya dengan memberikan dasar pembenaran atas teror yang ia sebut sebagai “Pembelaan diri”. Ia meyakini dirinya merupakan “Prajurit Yesus Kristus yang baik” seraya mengutip ayat bibel sebagai berikut:

Imamat 26 7:8 “(7) Kamu akan mengejar musuhmu, dan mereka akan tewas dihadapanmu oleh pedang”, “(8) Lima orang diantaramu akan mengejar seratus, dan seratus orang dari antaramu akan mengejar selaksa dan semua musuhmu akan tewas di hadapanmu oleh pedang.”

Mazmur 7:12-14: Allah adalah Hakim yang adil dan Allah yang murka setiap saat. “Sungguh, kembali ia mengasah pedangnya, melentur busurnya dan membidik. Terhadap dirinya ia mempersiapkan senjata-senjata yang mematikan, dan membuat anak panahnya menjadi menyala.

“Ulangan 9:3 Maka ketahuilah pada hari ini, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan di depanmu laksana api yang menghanguskan; Dia akan memunahkan mereka dan Dia akan menundukkan mereka di hadapanmu. Demikianlah engkau akan menghalau dan membinasakan mereka dengan segera, seperti yang dijanjikan kepadamu oleh TUHAN.

Ulangan 33:27 “Allah yang abadi adalah tempat perlindunganmu, dan di bawahmu ada lengan-lengan yang kekal. Ia mengusir musuh dari depanmu dan berfirman: Punahkanlah!

Mazmur 18;38-39 : “Aku mengejar musuhku sampai kutangkap mereka, dan tidak berbalik sebelum mereka kuhabiskan”. “Aku meremukkan mereka, sehingga mereka tidak dapat bangkit lagi, mereka rebah dibawah kakiku”

Breivik juga mencoba memutar kembali kekejaman Perang Salib: Inilah Tokoh Idola Breivik dalam cerita Perang Salib. Paus Urban II, Paus Innocent III, Richard I of England, John III Sobieski, Lazar Hrebeljanovic Atau Stefan Lazar, Marko mrnjavcevic atau Prince Marko, Rodrigo Diaz, Saint James Si Pembunuh Kaum Moors,, de vivar atau El Cid Campeador, Charles Martel, Holger Danske, Sigurd I Magnusson atau Sigurd the Crusader, Vlad Tapes atau Vlad The Impaler atau Dracula, dan George Kastriotri Skanderbeg atau Skanderbeg.

Paus Urban II pertama kali memplokamirkan perang salib. Dan menjanjikan siapapun yang tewas dalam perang salib akan mendapatkan pengampunan dosa secara penuh dan 70.000 Muslim tewas dalam perang itu.

Tuesday 22 January 2013

Densus 88 dan Perang Terhadap Terorisme adalah Agenda Asing

Tokoh Umat Islam Solo, ustadz Dr. Mu’inudinillah Basri, MA menyatakan bahwa Densus 88 merupakan bagian dari agenda asing.


Hal itu diungkapkan ustadz Mu’in, sapaan akrabnya, terkait sikap brutal Densus 88 yang kian meresahkan umat Islam.


“Bahwa Densus 88 dan perang terhadap teroris, itu sebetulnya agenda luar negeri, bukan agenda Indonesia. saya melihat cukup bukti terkait hal itu,” ujarnya ).


Ia pun menyampaikan kritik kepada pemerintah terkait kasus terorisme yang selalu diarahkan kepada umat Islam.


“Semuanya kan harus dilihat secara obyektif. Jadi dalam satu sisi kitajuga mengkritik pemerintah. Bahwa semua tindakan-tindakan yang bersifat membunuh, merusak, kalau yang melakukan itu orang diluar Islam selalu diarahkan tindak pidana biasa dan mereka hanya disebut sebagai separatis sebagaiman yang terjadi di Ambon, Maluku, Papua, itu selalu gitu.


Tapi ketika yang melakukan kaum muslimin, selalu dituduh teroris. Itu sesuatu yang harus kita luruskan juga, agar pemerintah jangan demikian,” jelas Direktur Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an (PPTQ) Ibnu ‘Abbas Klaten Jawa Tengah ini.

...Bahwa Densus 88 dan perang terhadap teroris, itu sebetulnya agenda luar negeri, bukan agenda Indonesia.


Untuk itu ia meminta pemerintah meluruskan cara pandangnya terhadap umat Islam, agar jangan menganggap umat Islam sebagai warga negara kedua, bahkan rival pemerintah.


“Maka kembali ke pokok masalah, bagaimana kita memandang hubungan antara pemerintah dengan kaum muslimin. Jangan sampai kaum muslimin dianggap sebagai warga negara kedua, jangan sampai kaum muslimin dianggap rival dari pemerintah, tidak seperti itu harusnya cara pandang pemerintah,” tegasnya.


Sebab menurut ustadz Mu’in, sikap pemerintah itu amat berdampak dalam penanganan kasus terorisme. Hal ini terlihat dari pola kerja aparat Densus 88 yang main tembak terhadap orang yang baru diduga sebagai teroris.


“Kalau bisa ditangkap hidup, kenapa harus ditembak mati? Karena bagaimanapun juga, seseorang itu pasti bisa bebas dari segala kesalahan dan ketika menuduh dengan segala tuduhan harus dibuktikan melalui pengadilan dengan segala bukti-bukti yang ada,” pungkasnya.

Monday 21 January 2013

Sekjen MIUMI: Densus Lukai Hati Umat Islam, Tuntut dan Hukum Mereka!

JAKARTA Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Ustadz Bachtiar Natsir meminta kepada segenap tokoh Nasional untuk segera mengusut kasus penembakan Densus 88 di sejumlah Daerah; Makassar, Dompu dan Bima.


Densus 88 yang menembak mati 2 orang muslim di masjid Nur Al Afiah, Makassar telah melukai hati umat Islam dan berlindung di balik UU Terorisme.


“Ini sudah melukai hati umat, meskipun mereka berlindung di balik Undang-Undang anti terorisme yang mereka buat sendiri dan disetujui oleh DPR,” kata ustadz Bactiar Nasir.

...Ini sudah melukai hati umat, meskipun mereka berlindung di balik Undang-Undang anti terorisme yang mereka buat sendiri dan disetujui oleh DPR


Atas nama umat Islam, ustadz Bachtiar menyerukan agar tokoh Islam mengusut tuntas kasus ini dan meminta klarifikasi Densus 88.


“Atas nama umat Islam saya menganjurkan kepada tokoh-tokoh nasional, tokoh politik dari kalangan muslimin untuk mengusut kasus ini, meminta klarifikasi apa yang dilakukan Densus 88,” ucapnya.


Sikap main tembak yang dilakukan Densus 88 menurutnya telah menjadikan era saat ini mundur ke belakang, seperti zaman Petrus di masa orde baru.


“Sesungguhnya ini sudah sangat berlebihan, seakan-akan kita sudah kembali ke zaman Petrus (penembak misterius, red.) dulu, atau zaman dimana penembakan dilakukan sesuka hati,” tuturnya.

...seakan-akan kita sudah kembali ke zaman Petrus (penembak misterius, red.) dulu, atau zaman dimana penembakan dilakukan sesuka hati


Dari kasus penemban yang dilakukan Densus 88 itu, kata ustadz Bachtiar semakin terungkap maksud dan tujuan dibuatnya Undang-Undang Anti Terorisme.


“Ini sebetulnya sudah pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) tingkat berat, tetapi dilakukan atas nama Undang-Undang. Sebab kebenaran itu kan nantinya harus dibuktikan di pengadilan, siapa yang salah dan siapa yang benar. Tetapi dengan Undang-Undang yang mereka buat inilah sesungguhnya nampak maksud dan tujuan mereka, mereka sesungguhnya mau apa? Ternyata ini yang mereka mau lakukan di balik semua Undang-Undang itu,” jelasnya.

...Kita menuntut agar pelaku yang bersalah ini dihukum walaupun dia anggota Densus 88 dan siapa pun yang terlibat di dalamnya


Namun ia meminta agar umat Islam tak perlu terprovokasi, umat tidak perlu terpancing emosinya, karena tindakan Densus 88 bisa dituntut secara hukum. “Mudah-mudahan tokoh-tokoh umat ini bisa segera bergerak untuk menangani kasus ini,” tambahnya.


Ustadz Bactiar Nasir pun menuntut agar para pelaku penembakan tersebut diadili dan dihukum meskipun mereka anggota Densus 88 termasuk siapa pun yang terlibat di dalamnya.


“Menurut saya ini bisa dituntut balik, dengan cara mengumpulkan data dari keluarga korban. Kita menuntut agar pelaku yang bersalah ini dihukum walaupun dia anggota Densus 88 dan siapa pun yang terlibat di dalamnya, kita harus tuntut secara hukum!” tegasnya.
JAKARTA Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Ustadz Bachtiar Natsir meminta kepada segenap tokoh Nasional untuk segera mengusut kasus penembakan Densus 88 di sejumlah Daerah; Makassar, Dompu dan Bima.


Densus 88 yang menembak mati 2 orang muslim di masjid Nur Al Afiah, Makassar telah melukai hati umat Islam dan berlindung di balik UU Terorisme.


“Ini sudah melukai hati umat, meskipun mereka berlindung di balik Undang-Undang anti terorisme yang mereka buat sendiri dan disetujui oleh DPR,” kata ustadz Bactiar Nasir.

...Ini sudah melukai hati umat, meskipun mereka berlindung di balik Undang-Undang anti terorisme yang mereka buat sendiri dan disetujui oleh DPR


Atas nama umat Islam, ustadz Bachtiar menyerukan agar tokoh Islam mengusut tuntas kasus ini dan meminta klarifikasi Densus 88.


“Atas nama umat Islam saya menganjurkan kepada tokoh-tokoh nasional, tokoh politik dari kalangan muslimin untuk mengusut kasus ini, meminta klarifikasi apa yang dilakukan Densus 88,” ucapnya.


Sikap main tembak yang dilakukan Densus 88 menurutnya telah menjadikan era saat ini mundur ke belakang, seperti zaman Petrus di masa orde baru.


“Sesungguhnya ini sudah sangat berlebihan, seakan-akan kita sudah kembali ke zaman Petrus (penembak misterius, red.) dulu, atau zaman dimana penembakan dilakukan sesuka hati,” tuturnya.

...seakan-akan kita sudah kembali ke zaman Petrus (penembak misterius, red.) dulu, atau zaman dimana penembakan dilakukan sesuka hati


Dari kasus penemban yang dilakukan Densus 88 itu, kata ustadz Bachtiar semakin terungkap maksud dan tujuan dibuatnya Undang-Undang Anti Terorisme.


“Ini sebetulnya sudah pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) tingkat berat, tetapi dilakukan atas nama Undang-Undang. Sebab kebenaran itu kan nantinya harus dibuktikan di pengadilan, siapa yang salah dan siapa yang benar. Tetapi dengan Undang-Undang yang mereka buat inilah sesungguhnya nampak maksud dan tujuan mereka, mereka sesungguhnya mau apa? Ternyata ini yang mereka mau lakukan di balik semua Undang-Undang itu,” jelasnya.

...Kita menuntut agar pelaku yang bersalah ini dihukum walaupun dia anggota Densus 88 dan siapa pun yang terlibat di dalamnya


Namun ia meminta agar umat Islam tak perlu terprovokasi, umat tidak perlu terpancing emosinya, karena tindakan Densus 88 bisa dituntut secara hukum. “Mudah-mudahan tokoh-tokoh umat ini bisa segera bergerak untuk menangani kasus ini,” tambahnya.


Ustadz Bactiar Nasir pun menuntut agar para pelaku penembakan tersebut diadili dan dihukum meskipun mereka anggota Densus 88 termasuk siapa pun yang terlibat di dalamnya.


“Menurut saya ini bisa dituntut balik, dengan cara mengumpulkan data dari keluarga korban. Kita menuntut agar pelaku yang bersalah ini dihukum walaupun dia anggota Densus 88 dan siapa pun yang terlibat di dalamnya, kita harus tuntut secara hukum!” tegasnya.

Saturday 19 January 2013

Setelah dirawat, Pendiri Densus 88 akhirnya meninggal dunia

Setelah dikabarkan dirawat karena serangan stroke, akhirnya, Mantan Kapolda, Irjen (Purn) Firman Gani, menghembuskan nafas terakhir pada pukul 10. 00 WIB tadi di RS Pusat Pertamina, Jakarta.Dari Info yang dihimpun, tokoh kepolisian yang dikenal sebagai penggagas berdirinya Satuan Detasemen Khusus 88 Anti Teror itu, sempat tiga hari dirawat di RSPP karena stroke.Firman Gani adalah mantan Kapolda Metro Jaya periode 2004 sampai 2006, menggantikan R Makbul Padmanagara. Pada Juni 2006, dia digantikan Irjen Adang Firman, yang saat itu menjabat sebagai Deputi Operasi Markas Besar Kepolisian RI.Sebuah pesan berantai lewat Blacberry Messenger disebarkan putera Firmandan diteruskan beberapa anggota Komisi I DPR dan aktivis Muhammadiyah.Diketahui, Firman Gani baru beberapa bulan menduduki kursi Ketua Partai Amanat Nasional DKI Jakarta. Dalam Muswil PAN DKI Jakarta pada Minggu (25/11/2012), di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, almarhum terpilih secara aklamasi.Firman Gani adalah jebolan Akademi Kepolisian angkatan 1974. Sebelum menjadi Kapolda Metro Jaya, Firman pernah menjabat Kapolda Jawa Timur pada 2003.

Wednesday 16 January 2013

Ustadz Abu Jibril: Kebrutalan Densus 88 Buah Gelar Ksatria Salib Agung

Wakil Amir Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) ustadz Abu Muhammad Jibril menegaskan jika Densus 88 dibentuk untuk menghalangi dakwah dan jihad. Maka pantaslah jika Densus 88 kian brutal menembak mati para mujahid.


Hal itu disampaikan ustadz Abu jibril usai menjadi pembicara kuliah umum majelis ilmu Ar-Royyan di Masjid Muhammad Ramadha, Taman Galaxy, Bekasi.


“Maka sejak awal kita katakan, terbentuknya Densus 88 di Indonesia itu merupakan grand design pemerintah kafir bekerja samadengan pemerintah Republik Indonesia yang tujuannya adalah untuk menghalangi tersebarnya fikroh dakwah dan jihad,” kata ustadz Abu Jibril


Ia menengarai sikap brutal Densus 88 itu sebagai buah dari gelar Ksatria Salib Agung (Knight Grand Cross) yang disandang presiden SBY.


“Itu sebagai buah dari gelar Ksatria Salib Agung dimana SBY adalah orang yang paling memusuhi syariat dan para mujahidin, di tangannyalah ratusan mujahidin terbunuh,” ungkapnya.

...Itu sebagai buah dari gelar Ksatria Salib Agung dimana SBY adalah orang yang paling memusuhi syariat dan para mujahidin


Apalagi, menurut ustadz Abu Jibril Densus 88 telah melecehkan umat Islam dengan melakukan eksekusi di tempat ibadah sebagaimana penembakan yang terjadi terhadap Ahmad Kholil dan Abu Uswah di teras masjid Nur Al Afiah, Makassar.


“Ini penghinaan dan pelecehan kepada umat Islam dan ulamanya seluruh Indonesia. Karena bagaimana pun mereka ditembak tidak ada suara, tidak ada penentangan dari kaum muslimin, mereka diam saja. Jika demikian berarti kekuatan umat Islam di Indonesia tidak ada, bisa saya katakan demikian karena walaupun mujahidin dibunuh tidak ada reaksi,” ujarnya.


Ia sebenarnya berharap agar umat Islam bersikap tegas terhadap Densus 88, namun saying umat Islam teracuni virus liberalisme.


“Andai kata ada kekuatan yang mengajak bersikap tegas terhadap Densus ini bisa saja, tetapi siapa sekarang yang ingin mensponsori? Karena umat Islam sudah dikalahkan terlebih dahulu melalui liberalisme, sehingga dengan liberalisme ini habis sudah kekuatan umat Islam,” tutupnya.

Tuesday 15 January 2013

Komnas HAM Nyatakan Densus 88 Melanggar HAM, Polri pun Berkilah

Ada pernyataan yang cukup mencengangkan dari Karopenmas, Brigjen Pol. Boy Rafli Amar saat merespon hasil evaluasi Komnas HAM. Ketika itu Komnas HAM mendesak pemerintah mengevaluasi kinerja Densus dalam operasi di Poso akhir-akhir ini. Komnas menilai Densus melakukan tindakan pelanggaran HAM dengan menggunakan kekerasan dan tidak menghargai HAM, baik terhadap masyarakat atau terduga teroris itu sendiri.


"Dalam penanganan tindak pidana terorisme, terdapat dugaan kuat penembakan mati secara tidak prosedural terhadap tersangka teroris serta kekerasan terhadap sejumlah korban salah tangkap," kata Ketua Tim Penanganan Tindak Terorisme Poso, Siane Indriani, dalam siaran pers seperti dikutip detik, Selasa (15/1/2013).


Polri pun berkilah dan balik menuding teroris pun melanggar HAM. "Kita menghormati hasil evaluasi tersebut, tapi teroris yang membunuh orang juga melanggar HAM," kata Karopenmas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar, Selasa (15/1/2013).


Menanggapi hal tersebut, aktivis kemanusiaan, Dr. Joserizal Jurnalis, SpOT mengungkapkan bahwa pernyataan Boy Rafli Amar itu amat tidak tepat.


“Posisi Polri dengan teroris sangat jauh berbeda. Polri adalah alat negara yang bekerja dengan aturan negara. Fungsinya adalah penegak hukum bukan untuk berperang. Kalau menegakkan hukum tidak boleh melanggar hukum, bahkan dalam berperang pun ada aturannya seperti tidak boleh menyiksa tawanan, membunuh masyarakat sipil yang tidak bersenjata atau ikut perang. Jadi pendapat pak Boy Rafli Amar sangat tidak tepat,” kata Joserizal kepada voa-islam.com, Selasa (15/1/2013).


Ia pun mempertanyakan kinerja polisi dalam hal ini Densus 88 yang telah menembak mati seseorang namun tak tahu identitasnya.


“Persoalan berikutnya adalah apakah orang yang ditembak sampai terbunuh, benar-benar teroris atau tidak? Kenapa sampai timbul pertanyaan demikian? Karena polisi kadang tidak tahu identitas orang yang ditembak lalu dicari identitasnya dengan tracing DNA,” ujar pendiri MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) ini.


Sebab menurut Joserizal, identitas orang yang ditembak boleh tidak diketahui jika di medan perang, namun hal ini berbeda dengan proses penegakkan hukum.


“Identitas orang yang ditembak boleh tidak diketahui kalau hal ini terjadi di medan perang dan berada dalam posisi musuh. Kalau dalam proses penegakkan hukum tidak boleh kecuali kalau nyawa petugas terancam. Posisi terancam inilah yang harus jelas dan jangan direkayasa,” jelasnya.

Joserizal pun meminta agar pemerintah segera mengevaluasi Densus 88, jangan sampai pemerintah Indonesia mendapat predikat sebagai penjahat kemanusiaan.[

Monday 14 January 2013

Apakah Rakyat Masih Mempunyai Syahwat Terhadap Partai Politik?

Apakah rakyat masih mempunyai nafsu syahwat dengan partai politik? Selama reformasi rakyat disuguhi drama yang sangat memuakkan oleh partai politik. Drama yang sangat penuh dengan "dusta" dengan telanjang telah dipertontonkan oleh pemimpin partai politik, dan tidak adanya komitmen yang serius terhadap kehidupan rakyat.

Rakyat hanya dimanipulasi dan dibodohi oleh para pemimpin partai. Mereka memberikan dukungan kepada pemerintahan SBY dalam bentuk "check kosong", dan Presiden SBY bisa menulis dengan sesuka hatinya. Ini akibat perselingkuhan politik antara para pemimpin partai dengan Presiden sBY yang dibungkus dengan kata : "Koalisi".

Di Indonesia yang ada hanya demokrasi palsu, tidak adanya sistem check and balances (kontrol). Di mana pemerintah dapat melenggang dalam melakukan kebijakan tanpa adanya kontrol dari partai-partai yang duduk di parlemen.

Partai politik yang memiliki kader di parlemen hanya menjadi stempel, dan hanya dapat mengatakan kata "yes", dan tidak pernah mengatakan kata "no" alias tidak terhadap pemerintah. Semua bisa berlangsung, karena para pemimpin partai politik, mendapatkan jatah di pemerintahan, dan duduk sebagai menteri.

Selama satu dekade ini, rakyat hanya disuguhi tontonan yang sangat absurd (jorok), di mana praktek-praktek korupsi sudah melibatkan seluruh pemimpin partai politik. Tanpa malu.

Di mulut mereka semua mengatakan "tidak" kepada praktek korupsi, tetapi mereka melakukan praktek-praktek korup yang sangat merugikan negara. APBN telah menjadi ajang korupsi antara ekskutif dan legislatif, terutama mereka yang duduk di Badang Anggaran (Banggar). Praktek korupsi sekarang dilegalisir, dan semua itu dapat berlangsung, karena DPR mempunyai hak budget, yang diatur oleh undang-undang.

Sesudah itu, partai menjadi oligarki yang sangat memuakkan, dan tidak dapat menumbuhkan kepemimpin baru alias regenerasi di dalam tubuh partai partai politik. Semua sama.

Misalnya, PDIP dari dulu zaman "bahuela" (zaman kuno), sampai sekarang ketua umumnya, masih tetap Megawati. Apalagi Megawati juga masih bernafsu mencalonkan diri sebagai calon presiden di 2014.

Golkar sama.Tidak ada regenerasi. Aburizal Bakrie, tak mau mundur, dan masih bernafsu mencalonkan diri sebagai calon presiden di tahun 2014. Nasdem, partai yang lolos di verifikasi KPU, hanya akan menjadi kendaraan politik Surya Paloh. Surya Paloh yang kalah dalam memperebutkan Ketua Golkar, di Pekanbaru, kemudian mendirikan Nasdem.

Demokrat, kebingungan, dan partai ini nyaris karam, akibat terkena tsunami politik, di mana semua elite utamanya terjerumus ke dalam kubangan korupsi. Tak ada yang dapat menyelamatkan Demokrat yang sekarang ibarat kapal, sudah oleng.

Badai yang menghantam begitu dahsyat, badai korupsi yang sistemik. Sebagai "The rulling partai " (partai berkuasa), justeru menjadi contoh yang palng buruk, khususnya dalam usaha mewujudkan good governance (pemerintahan yang baik). Partai Demokrat telah mempertontonkan politik yang sangat absurd, dan tidak memiliki argumen dan landasan moralitas, benar-benar menjadi Machiavelis.

Coba lihat sekarang ini, secara faktual, partai-partai politik mengalami pembusukan dari dalam, karena korupsi, dan pemimpin mengidap penyakit yang akut yaitu dekadensi moral. Partai-partai politik mengahadapi kebangkrutan moral. Rata-rata mereka menjadi tauladan yang sangat buruk, khususnya dalam perilaku mereka, bukan hanya dibidang politik, dan tetapi dalam kehidupan sehari-hari.

Anehnya, ketika mereka sedang mengundi nomor urut, mereka masing-masing membuat tafsiran, dan cenderung dengan penuh kepercayaan dan klenik, alias "otak-atik gatuk". Seperti Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum mengaku tidak memusingkan nomor urut yang diperoleh dalam pengundian di Komisi Pemilihan Umum (KPU).

"Partai demokrat bersyukur hari ini dapat nomor tujuh. Ini undian nomor urut, bukan undian buntut, dan bukan klenik. Karena itu angka tujuh, angka yang kami syukuri," ujarnya di kantor KPU, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Senin (14/1/2013).

Menurutnya, setiap nomor itu memiliki berkah tersendiri bagi partai politik tersebut. Bahkan dengan nomor tujuh itu diyakini akan membawa Partai Demokrat menjadi sebuah partai yang besar di 2014.

"Kami yakin angka itu penuh berkah dan membawa demokrat pada tujuan sebagai parpol yang semakin bsar berkontribusi dan berperan bagi bangsa," jelasnya.

Ketika disinggung nomor sembilan yang selalu identik dengan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Anas mengaku tak menjadikan nomor urut tersebut masalah. Sebab setiap Pemilu diyakini membawa keberuntungan bagi Partai Demokrat.

"Nomor 9 itu keberungan tahun 2004. 31 keberuntugan th 2009, 7 keberuntugan th 2014. Jadi artinya tiap pemilu partai Demokrat Insya Allah beruntung terus. Mengapa beruntung, karena Insya Allah dipercaya dan dipilih oleh rakyat," tandasnya.

Sementara itu, Sekjen PKS, Anis Matta, yang sudah "lumutan" menjadi Sekjen PKS itu, sangat bahagia dengan nomor urutan PKS di nomor 3. Anis yakin partainya akan menjadi kekuatan politik tiga besar.

Anis Matta sangat yakin rakyat Indonesa akan memilih partai yang sudah berubah "kelamin" dari partai dakwah sekarang menjadi partai "terbuka".

Tidak lagi peduli dengan prinsip-prinsip Islam, tetapi yang penting dapat suara banyak, dan itulah yang akan menjadi ukuran kemenangan. Karena itu, Anis Matta sangat obsesif ingin menjadikan PKS menjadi tiga besar.

Entahlah. Apakah rakyat masih mempunyai syahwat terhadap partai politik, yang selama satu dekade ini, sudah menyuguhi rakyat dengan adegan yang sangat jorok memuakkan dan tidak adanya komitmen yang jelas terhadap nasib rakyat.

Mereka itu hanya menjadi penghisap darah rakyat, dan justeru membuat rakyat semakin menderita, dan gagal memperjuangkan nasib rakyat. Seperti sekarang rakyat dihimpit dengan berbagai kenaikan harga. Rakyat tambah melarat. Wallahu'alam.

Sunday 13 January 2013

Habib Rizieq: Brutal dan Jadi Momok Masyarakat, Bubarkan Densus 88!!

Berbagai peristiwa dan masalah di negeri ini semakin tidak jelas arahnya, sehingga menimbulkan rasa cemas dan tidak aman bagi masyarakat. Polisi yang seharusnya menjadi alat pelindung bagi bangsa dan negara kini malah menjadi momok bagi masyarakat. Khususnya dalam isu terorisme, aparat kepolisian kini makin brutal dan bertindak serampangan. Hanya dengan alasan mengatasi masalah terorisme, aparat mengacak-acak ketentraman hidup masyarakat khususnya umat Islam.

Demikian pernyataan sikap Ketua Umum DPP Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab dalam situs resmi FPI (www.fpi.or.id) yang ditulis sejak 5 Januari 2013.

Mestinya aparat lebih hati-hati dalam bertindak, karena selama ini telah terjadi banyak pelanggaran yang dilakukan oleh satuan tugas Detasemen khusus 88 (Densus 88). Bahkan korps yang berlambangkan burung hantu tersebut sudah bertindak diluar aturan, sehingga banyak nyawa umat Islam yang melayang akibat tindakan brutal dan kesewenang-wenangan dalam melaksanakan tugas. Seperti peristiwa pembunuhan dua orang di depan Masjid di Makassar, yang dituding sebagai terduga teroris jaringan Poso.

Belakangan ini kepolisian Poso Sulawesi Tengah sangat represif terhadap warga masyarakat dalam menjalankan tugas. Aparat membuat kesalahan fatal, belasan warga menjadi korban salah tangkap di desa Kalora dan Tambarana, kemudian sebagian besar dari mereka diperlakukan dengan cara yang tak manusiawi oleh satuan Brimob. Para korban disiksa hingga babak belur yang ternyata mereka tidak bersalah dan setelah itu dibebaskan begitu saja oleh aparat, karena tak terbukti sebagai bagian kelompok sipil bersenjata yang menyerang dan menewaskan empat personil Brimob di Poso.

Beruntung belasan warga yang ditangkap tersebut tidak langsung di tembak mati di tempat dengan alasan sebagai anggota jaringan teroris. Bayangkan sudah berapa banyak umat Islam yang mati dengan tuduhan terlibat teroris tanpa ada proses hukum, kesempatan membela diri, bahkan bila ada yang ikut membela atau bersaksi atas korban tuduhan aparat tersebut, maka akan di klaim juga menjadi bagian kelompok teroris.

Sungguh menyedihkan. Bila fenomena ini terus terjadi, bisa saja suatu saat ada seorang pak haji sedikit berjenggot yang lurus memegang aturan agamanya, tiba-tiba tewas di-DOR! kepalanya karena dituduh aparat sebagai jaringan teroris, padahal sebenarnya tidak.

Ia tewas sia-sia tanpa sempat membela diri dan tidak diberi kesempatan berbicara. Skenario aparat berikutnya adalah mendatangi keluarga korban tak berdosa dan mengatakan bahwa berdasarkan penyelidikan, korban adalah anggota teroris yang diincar aparat tapi selama ini bertindak tanpa diketahui anggota keluarganya.

Keluarga yang kaget dengan fakta dari aparat, tentu akan setuju untuk melaksanakan tes DNA sebagai prosedur kerja. Akhirnya keluarga yang putus asa ini menerima apa pun keputusan atau perintah aparat, karena bila mereka menolak, tentu keadaan semakin membahayakan untuk mereka. Maka berhasillah aparat menetapkan satu tersangka “jadi-jadian” teroris yang siap untuk diungkap di media lokal maupun internasional. Bisa dibayangkan keamanan umat Islam diujung tanduk bila pola kerja aparat terus seperti ini atau bahkan lebih buruk dari saat ini.

FPI tetap konsisten menyerukan agar Detasemen Khusus anti Teror 88 (Densus 88) segera dibubarkan. Sudah berapa banyak nyawa umat Islam melayang akibat kebrutalan korps berlambang burung hantu ini, keberadaannya hanya untuk membunuhi umat Islam belaka. "BUBARKAN DENSUS 88 !!!", desak Habib Rizieq.

FPI: Stop Pengiriman Pasukan ke Poso, Copot Kapolda Sulawesi Tengah

Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI), Habib Muhammad Rizieq Syihab, mempertanyakan fungsi aparat kepolisian di Poso, Sulawesi Tengah, karena kondisi keamanan di wilayah itu semakin tidak menentu. "Apa fungsi Polda Sulteng dan jajarannya sehingga berbagai permasalahan baik di Poso maupun di ibukota propinsi tidak pernah kunjung selesai", tanya Habib Rizieq, Sabtu 23 Shafar 1434/ 5 Januari 2013.

Habib Rizieq memberitahukan bahwa DPD FPI Sulawesi Tenggara dan DPW FPI Poso sudah turun ke jalan di Kota Palu dan Poso. FPI mengajukan beberapa tuntutan diantaranya mempertanyakan keberadaan Polda Sulteng yang dirasa tidak menyelesaikan masalah.

Menyangkut tindakan brutal aparat Brimob yang salah tangkap terhadap warga tak berdosa, FPI mendesak agar Polri mengambil proses hukum yang tegas dengan mencopot oknum polisi yang melakukan tindakan gegabah tersebut. "Proses hukum yang tegas dan copot anggota Polri yang melakukan penganiayaan terhadap warga salah tangkap atas tuduhan teroris", kata Habib.

FPI juga meminta Kapolri Jenderal Timur Pradopo supaya mencopot Kapolda Sulawesi Tengah yang dinilai tidak becus mengatasi dan menyelesaikan persoalan keamanan di wilayah Sulteng. Sementara atas rencana Polri mengirimkan kembali aparat ke Poso, FPI dengan tegas menolak. FPI malah menyarankan agar pasukan yang berada di Poso segera ditarik kembali. "Stop pengiriman Pasukan ke Poso dan tarik pasukan yang ada kembali ke kesatuannya sehingga Sulteng dapat mengendalikan keamanan dengan baik", lanjut Habib.

FPI tetap konsisten menyerukan agar Detasemen Khusus anti Teror 88 (Densus 88) segera dibubarkan. Sudah berapa banyak nyawa umat Islam melayang akibat kebrutalan korps berlambang burung hantu ini, keberadaannya hanya untuk membunuhi umat Islam belaka. "BUBARKAN DENSUS 88 !!!", desak Habib Rizieq.

Kalau keadaannya tetap seperti ini, hubungan antara aparat dan Umat Islam nantinya akan semakin meruncing. Bisa jadi, hal ini sengaja dilakukan aparat sebagai bagian dari skenario “BABAT RUMPUT” terhadap umat Islam yang dinilai aparat masuk kategori garis keras atau radikal.

CIIA Mengungkap Kejanggalan Operasi Densus 88

Direktur The Community Of Islamic Ideology Analyst (CIIA) dan pemerhati kontra terorisme Harits Abu Ulya, membeberkan sejumlah bukti dan analisa kritis terkait penindakan kasus terorisme oleh aparat kepolisian baik itu Brimob maupun Densus 88.


Dari mulai kasus salah tangkap terhadap 14 orang di Poso dan penembakan di teras masjid Nur Al Afiah, Makassar serta di Dompu dan Bima, menjadi fokus pembicaraan wawancara eksklusif voa-islam.com bersama Harits Abu Ulya, Kamis (10/1/2013). Berikut ini kutipan lengkap wawancara tersebut.


Apakah salah tangkap 14 orang di Poso itu murni salah tangkap atau pura-pura salah tangkap? Alasannya?


Saya bicara dari fakta empiriknya; 14 orang itu salah tangkap. Setelah 7x24 jam mereka diinterograsi dengan dilakban (tutup mata/kepala) disertai dengan tindak kekerasan yang sangat tidak manusiawi kemudian mereka dilepas.


Dan pihak kepolisian bisa jadi punya argumentasi yang berbeda. Tapi menurut saya bukti kekerasan dan salah tangkap ini sangat mencolok mata. Sekarang oknum masih diproses di Polda setempat, cuma hasilnya belum disampaikan secara transparan ke publik. Justru yang terlihat pihak aparat kepolisian terkesan ingin menutupi kasus ini, dengan dalih yang tidak logis.


Misalkan mereka masih butuh saksi lengkap sejumlah 14 orang yang mengaku ditangkap dan disiksa. Apakah tidak cukup dengan 9 atau sepuluh orang yang babak belur menjadi bukti adanya tindak pidana yang sangat serius oleh aparat (oknum)?


Dan lebih anehnya lagi, ketika mereka di introgasi dengan mata tertutup dan menerima kekerasan fisik yang tidak manusiawi tersebut dianggap tidak bisa menunjukkan orang-perorang yang melakukan penganiayaan.


Ya jelas saja, tapi naïf kalau alasan ini dibuat kemudian pihak Polda tidak mampu memproses, kecuali memang aparat itu bukanlah penegak hukum melainkan gerombolan penjahat yang terorganisir.


Artinya proses operasi aparat dengan alasan memburu “teroris” kan semua ada kontrol dan komandan, provost bisa teliti dan saya rasa tidak sulit untuk menemukan siapa saja yang terlibat tindakan tidak manusiawi ini. Jadi ini bukan kasus pura-pura salah tangkap, ini kasus serius yang kesekian kalinya dalam drama kontra terorisme.


Ekstra Judicial Killing yang dilakukan di Makassar, Dompu dan Bima serta kasus sebelumnya di Poso itu karena korban menyerang atau Densus 88 paranoid?


Hampir semua cerita itu dari satu sumber, yakni pihak kepolisian (Densus 88). Setiap paska operasi kemudian tim Densus 88 membuat laporan dan laporan ini yang dijadikan acuan pihak Mabes melalui humasnya untuk menyampaikan kronologi dan sebagainya. Tidak ada informasi pembanding atau sangat minim munculnya informasi penyeimbang yang bisa menjelaskan kebenaran obyektif apa yang terjadi dilapangan.


Kasus di Poso, Kholid dieksekusi tanpa perlawanan sepulang solat subuh. Dan semua saksi melihat kejadiannya seperti itu. Kasus di Makassar juga sama, dua guru tahfizh Qur’an masjid Ar Ridla Sudiang Makassar di eksekusi paska shalat dhuha di teras masjid Nur Al Afiah RS Wahidin Makassar.


Saksi mata banyak menuturkan tidak ada baku tembak. Yang ada adalah 2 orang ditembak oleh aparat Densus 88 tanpa perlawanan. Dan yang penting, masalah BB (barang bukti) adanya pistol dan sebuah granat nanas kebenaranya tidak bisa lagi secara obyektif dibuktikan. Karenanya pemiliknya juga sudah meninggal.


Bukan tidak mungkin bahwa BB tersebut adalah direkayasa (diadakan oleh Densus 88). Seperti halnya sejauh mana kebenaran tuduhan bahwa mereka “teroris” dan terlibat aksi di Pos? Semua jadi kabur karena orang yang dituduh sudah meninggal.


Bahkan jikapun benar mereka terlibat, maka sejauh mana level keterlibatan mereka tidak bisa juga diverifikasi. Namun faktanya tetap saja mereka tewas dibawah undang-undang “Terduga Teroris”.


Yang Dompu juga demikian, sekarang musim berkebun di bukit atau gunung. Mereka yang dieksekusi bukan turun gunung setelah latihan, tapi mereka berkebun. Yang lebih dahsyat adalah dari 5 orang yang tewas, 2 orang belum jelas identitasnya.


Jadi logika sehatnya; bagaimana bisa Densus 88 bunuh orang dengan alasan terduga teroris, sementara kenal saja tidak. Sampai mereka tewas pun juga belum jelas identitasnya siapa merek?


Sangat naïf sekali dan ini kedzaliman yang luar biasa.Orang bisa di bunuh kapan saja, baik kenal atau tidak asal ada alasan terduga teroris. Ini menunjukkan kegagalan operasi intelijen Densus 88 dilapangan.


Densus 88/Brimob sering sekali salah tangkap dan melakukan ekstra Judicial killing tetapi tidak pernah dihukum. Mengapa?


Mereka jumawa karena merasa mendapatkan mandat UU dan dukungan luas baik masyarakat maupun negara Barat (Amerika CS). Mereka merasa diatas angin, ada dalam sebuah arus besar yang tidak ada yang bisa membendung atau menghentikan.


Dan yang paling penting ini karena persoalan politik, bukan murni bicara tentang sebuah tindakan kejahatan (crime). Terorisme adalah sebuah “crime” dengan definisi dan kepentingan politik dari negara yang mengusungnya.


Dan orang-orang yang terzalimi tidak punya daya, terpuruk dalam ketidak adilan hukum yang secara politik dan sosial tidak berempati kepada dirinya. Saya tetap optimis, kejahatan Densus 88 tetap saja akan menemukan garis demarkasinya. Dan tidak ada kejahatan kecuali ada balasan dan catatannya. Wallahu a’alam.

Saturday 12 January 2013

FPI Solo Serukan Umat Islam Satukan Visi untuk Bubarkan Densus 88

Ustadz Khoirul yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Nahi Mungkar DPD FPI Jawa Tengah menyatakan, sejak dibentuk, Densus 88 memang diintruksikan oleh yang membiayainya, yakni Amerika dan Australia untuk menghabisi umat Islam dan merobohkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).


“Densus 88 itu dibentuk memang untuk menghancurkan umat Islam dan merobohkan Indonesia. Sebab tindakan-tindakannya itu tidak berdasarkan hukum sama sekali dan tidak manusiawi kan? Apa dibenarkan dalam Undang-Undang itu membunuh seseorang yang baru diduga sebagai tersangka? Ndak ada kan? Kalau bukan untuk menghancurkan umat Islam dan merobohkan Indonesia lalu apa lagi,” kata ustadz Khoirul.

...Tapi jika bisa bersama satu visi untuk membubarkan Densus 88 saya kira bisa dan itu harus dilakukan. Sebab Densus 88 ini sudah kelewatan betul dan lambat laun juga akan menyerang kita...


Lanjutnya, bahwa kerobohan NKRI ini bisa terjadi karena Densus 88 selalu menargetkan umat Islam sebagai sasaran tembaknya. Sedangkan mayoritas penduduk Indonesia bergama Islam. Jadi, jika umat Islam di NKRI sudah dihabisi oleh Densus 88, maka lambat laun negara ini akan roboh dan diganti oleh orang-orang yang sevisi dengan Densus 88 yang mayoritas beragama kristen.


“Iya, untuk menghabisi gerakan Islam. Kalau sekarang ini memang yang dibantai Densus 88 itu adalah orang-orang yang dianggap radikal, garis keras. Kalau garis keras habis, nanti yang lemah lembutpun akan dihabiskan juga itu. Itu program jelas dari mereka memang seperti itu, sebab mayoritas penduduk di Indonesia itu beragama Islam. Maka kalau umat islam habis, negara inikan akan roboh” katanya.


Terakhir dia berpesan kepada umat Islam dan elemen Islam menyatukan langkah dan geraknya untuk bersama-sama mendesak aparat dan pejabat terkait segera membubarkan Densus 88.


“Umat Islam di Solo khususnya itu mempunyai potensi kekuatan yang sangat besar, maka dari itu kita harus berjalan dan bergerak bersama baik pejabat yang ada didalam pemerintahan ataupun di luar pemerintahan. Kalau untuk menyatukan visi dan misi tentu saja tidak bisa. Tapi jika bisa bersama satu visi untuk membubarkan Densus 88 saya kira bisa dan itu harus dilakukan. Sebab Densus 88 ini sudah kelewatan betul dan lambat laun juga akan menyerang kita,” pungkasnya.

Friday 11 January 2013

Ustadz Adnan Arsal Geram Umat Islam Poso Terus Dizalimi Polisi

POSO Kinerja Densus 88 yang asal tangkap dan asal tembak dalam menangani kasus Poso beberapa bulan terakhir membuat Ustadz Adnan Arsal (65) tokoh umat Islam Poso geram.


Ketua Forum Silaturahmi dan Perjuangan Umat Islam Poso menilai ada pelanggaran hukum dan HAM yang dilakukan oleh aparat kepolisian dalam penanganan kasus terorisme. Contoh kongkritnya adalah penembakan terhadap Kholid pada akhir November tahun lalu.


Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amanah Tanah Runtuh Poso ini juga mengingatkan bahwa jika ketidakadilan dibiarkan maka itu artinya negara sedang menuju kehancuran.


"Jika urusannya penegakkan hukum kita sepakat,tapi harus ada bukti dan kenyataannya orang yang ditembak tidak bersenjata dan tidak melakukan perlawanan," kata ustadz Adnan Arsal kepada voa-islam.com, Rabu (09/1/2013).


Ustadz Adnan mencontohkan bagaimana Polisi telah menangkap 14 orang warga Desa Kalora tanpa bukti keterkaitannya dengan aksi teror. Kemudian yang sangat disayangkan 14 orang korban salah tangkap tersebut telah mengalami penyiksaan keji dan dibebaskan begitu saja tanpa rehabilitasi.


“Kapolri harus menindak para anggota Polisi yang bersalah dan Kapolda (Sulteng, red.) harus bertanggung jawab," tuturnya.


Ia merasa heran dengan kinerja polisi yang tidak mengejar para terduga pelaku penyerangan anggota Brimob yang bersembunyi di hutan tapi malah menangkap warga desa yang tidak tahu apa-apa. "Polisi pengecut, pelaku penembakkan tidak dikejar, masyarakat ditangkap," tegasnya.


Tuduhan Polisi bahwa pelaku penyerangan terhadap anggota Brimob adalah Santoso menurutnya juga patut dipertanyakan, jangan-jangan itu hanya fitnah.


“Kenapa Santoso tidak dikejar oleh Polisi ? kemana itu Polisi yang siap berkorban untuk rakyat dan negara?" tanyanya.


Sementara menanggapi penembakkan terhadap Asmar alias Abu Uswah dan Hasan alias Ahmad Kholil di teras masjid Nur Al-Afiyah Makassar Ustadz Adnan berkomentar,"saya tidak mengerti kenapa setiap ada (terduga) teroris langsung ditembak?" ujarnya.


Tindakan represif polisi terhadap warga muslim Poso menurut ustadz Adnan itu adalah bentuk pendidikan kekerasan terhadap masyarakat dan menanamkan kebencian dan permusuhan oleh Polisi.


Karena itu Ustadz Adnan mengingatkan,"jangan salahkan masyarakat jika mereka dendam dan sewaktu-waktu menyerang polisi," ucapnya.


Stigma teroris yang selalu diidentikan dengan kelompok Islam juga menjadi tanda tanya besar bagi ustadz Adnan.


"Kenapa yang disebut teroris selalu umat Islam? orang Kristen membunuh banyak warga muslim Poso kenapa tidak disebut Teroris? ini adalah politik amerika dalam memerangi umat Islam yang diikuti oleh negara ini," ungkapnya.


Untuk membela warga muslim Poso yang menjadi korban kedzaliman Polisi, rencananya ustadz Adnan bersama tokoh Muslim Poso lainnya akan ke Jakarta untuk mengadukan masalah ini ke Kompolnas, Komnasham dan anggota DPR.


Beliau akan memperjuangkan agar warga Muslim Poso yang menjadi korban kezaliman Polisi bisa mendapatkan rehabilitasi, terapi psikologis, biaya pengobatan dan ganti rugi.


Meskipun hal yang sama sudah pernah beliau sampaikan dihadapan Kapolri dan Panglima TNI beberapa waktu lalu di Poso namun sampai hari ini belum ada tindak lanjutnya. Karenannya Ustadz Adnan bertekad akan terus memperjuangkan hal ini agar warga Muslim Poso tidak selalu menjadi korban kezaliman oleh negara.