Sunday 30 June 2013

Waspada! Senkom Mitra Polri adalah Aparat Kemanan dan Intelijen LDII

Ketua MUI Kota Bogor Bidang Penelitian dan Pengkajian Aliran Sesat, KH. Wilyudin Dhani mengungkapkan bahwa Sentra Komunikasi (Senkom) yang selama ini menjadi mitra Polri ternyata bagian dari pasukan keamanan dan intelijen aliran sesat LDII.


Hal itu disampaikan KH. Wilyudin Dhani usai memberikan pemaparan kesesatan LDII saat beruadiensi dengan MUI Pusat.


“Jadi senkom itu memang bagian dari intelijen LDII dan mereka menyamarkan bagian dari pasukan keamanan dan intelijen mereka ini dengan seragam seperti Polri,” ujarnya kepada voa-islam.com di Kantor MUI Pusat, Jl. Proklamasi No.51 Menteng Jakarta Pusat, pada Selasa (25/6/2013).



Setiap kali ada kajian yang membahas kesesatan Islam Jamaah alias LDII, maka unit Senkom biasanya yang akan menyampaikan informasi melalui alat komunikasi seperti HT untuk memobilisir massa aliran sesat LDII.


Selain itu, unit Senkom biasanya datang dengan menggunakan seragam yang mirip dengan Polri seolah untuk mengamankan. Padahal menurut KH. Wilyudin Dhani Senkom bertujuan untuk membohongi dan menakut-nakuti masyarakat. Sebab Senkom adalah polisinya LDII yang akan membela mereka.


“Tujuannya adalah untuk membohongi dan membodohi masyarakat serta manakut-nakuti tentu saja, seolah-olah dia bagian dari Polri, padahal itu adalah Polisinya negara LDII. Oleh karena itu kita harus terbuka sekarang, meskipun mereka berpakaian seperti pakaian polisi mereka itu bukan polisi, itu untuk menyamarkan identitas mereka, seolah-olah mereka didukung oleh polisi,” ungkapnya.



Mengapa LDII bisa dengan mudah bekerjasama dengan Polri melalui Senkom yang menjadi underbow mereka? KH. Wilyudin Dhani mengungkapkan karena adanya petinggi Polri yang menjadi anggota aliran sesat LDII.


“Ada indikasi petinggi Polri itu anggota LDII, saya tidak mau sebut tapi sudah disampaikan tadi dalam rapat audiensi,” ucapnya.



Untuk itu, MUI Kota Bogor berencana mengundang aparat kepolisian guna membahas aliran sesat LDII sekaligus Senkom yang selama ini menipu Polri sebab pada dasarnya mereka mempunyai makar terhadap negara.


“Secara resmi nanti kita akan undang institusi-institusi pemerinah seperti; Polri, kejaksaan, Kemenag, Diknas serta tokoh-tokoh masyarakat dari perguruan tinggi dan juga masyarakat untuk membuka siapa sebenarnya LDII. Sebab sebenarnya mereka mempunyai makar,” tandasnya.

Munarman Siram 'Si Ateis' Tamrin Tamagola, Habib Rizieq Berikan Pujian


etua DPP FPI Bidang Nahi Munkar, H. Munarman, SH menyiram sosiolog UI Tamrin Amal Tomagola, dengan air minum dalam acara Apa Kabar Pagi Indonesia TV One, Jumat 28 Juni 2013 lantaran sikap Tamrin yang arogan, selalu memotong pembicaraan dan tak sesuai etika dialog. (Link Download video)


Menyikapi hal tersebut, Ketua Umum FPI, Habib Muhammad Rizieq Syihab justru memuji sikap tegas Munarman. Thamrin Amal Tamagola pantas untuk mendapatkan siraman karena selalu mendiskreditkan umat Islam.


“Bagus!  Thamrin Tomagola memang layak mendapatkan siraman itu! Kerena, sejak Awal Th. 2000 ia selalu menyalahkan muslim Ambon dalam Kasus Pembantaian Umat Islam di Ambon Th.1999. Begitu juga pada kasus pembantaian Umat Islam di Poso sepanjang kasus Th.1998 s/d 2000. Padahal semua orang tahu bahwa ekstrim kristen yang memulai pembantaian Umat Islam di Ambon dan Poso,” ungkap Habib Rizieq melalui pesan singkat yang beredar dan diterima redaksi voa-islam.com, Jum’at (28/6/2013).

...Bagus!  Thamrin Tomagola memang layak mendptkan siraman itu! Kerena, sejak Awal Th. 2000 ia selalu menyalahkan muslim Ambon dalam Kasus Pembantaian Umat Islam di Ambon Th.1999...


Habib Rizieq menambahkan bahwa hampir di setiap ceramahnya, Tamrin selalu menghina FPI dan memfitnah umat Islam sebagai pihak intoleransi.


Selain itu, Tamrin juga dikenal rasis karena telah menghina suku Dayak sebagai pelaku sex bebas sehingga pernah diadili dalam adat dayak.


“Dia juga sering menyalahkan Umat Islam dalam kasus Ahmadiyah di mana saja. Dan hampir di setiap dialog dan ceramah, dia selalu menghina FPI dan selalu memfitnah Umat Islam sebagai pihak intoleransi. Dalam sidang MK tentang Judicial Review UU Anti Penodaan Agama Th.2010 saya dengar langsung dalam ruang sidang pernyataannya dalam membela Ahmadiyah bahwa jika ingin objektif menilai agama-agama dan aneka keyakinan, maka kita harus tanggalkan dulu baju agama (alias Atheis). Dan dia juga seorang rasis dimana dia hina masyarakat Dayak dengan tuduhan bahwa Sex Bebas adalah tradisi Dayak, sehingga dia diadili dalam sidang Adat Dayak,” tandasnya.