Sunday 13 January 2013

Habib Rizieq: Brutal dan Jadi Momok Masyarakat, Bubarkan Densus 88!!

Berbagai peristiwa dan masalah di negeri ini semakin tidak jelas arahnya, sehingga menimbulkan rasa cemas dan tidak aman bagi masyarakat. Polisi yang seharusnya menjadi alat pelindung bagi bangsa dan negara kini malah menjadi momok bagi masyarakat. Khususnya dalam isu terorisme, aparat kepolisian kini makin brutal dan bertindak serampangan. Hanya dengan alasan mengatasi masalah terorisme, aparat mengacak-acak ketentraman hidup masyarakat khususnya umat Islam.

Demikian pernyataan sikap Ketua Umum DPP Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab dalam situs resmi FPI (www.fpi.or.id) yang ditulis sejak 5 Januari 2013.

Mestinya aparat lebih hati-hati dalam bertindak, karena selama ini telah terjadi banyak pelanggaran yang dilakukan oleh satuan tugas Detasemen khusus 88 (Densus 88). Bahkan korps yang berlambangkan burung hantu tersebut sudah bertindak diluar aturan, sehingga banyak nyawa umat Islam yang melayang akibat tindakan brutal dan kesewenang-wenangan dalam melaksanakan tugas. Seperti peristiwa pembunuhan dua orang di depan Masjid di Makassar, yang dituding sebagai terduga teroris jaringan Poso.

Belakangan ini kepolisian Poso Sulawesi Tengah sangat represif terhadap warga masyarakat dalam menjalankan tugas. Aparat membuat kesalahan fatal, belasan warga menjadi korban salah tangkap di desa Kalora dan Tambarana, kemudian sebagian besar dari mereka diperlakukan dengan cara yang tak manusiawi oleh satuan Brimob. Para korban disiksa hingga babak belur yang ternyata mereka tidak bersalah dan setelah itu dibebaskan begitu saja oleh aparat, karena tak terbukti sebagai bagian kelompok sipil bersenjata yang menyerang dan menewaskan empat personil Brimob di Poso.

Beruntung belasan warga yang ditangkap tersebut tidak langsung di tembak mati di tempat dengan alasan sebagai anggota jaringan teroris. Bayangkan sudah berapa banyak umat Islam yang mati dengan tuduhan terlibat teroris tanpa ada proses hukum, kesempatan membela diri, bahkan bila ada yang ikut membela atau bersaksi atas korban tuduhan aparat tersebut, maka akan di klaim juga menjadi bagian kelompok teroris.

Sungguh menyedihkan. Bila fenomena ini terus terjadi, bisa saja suatu saat ada seorang pak haji sedikit berjenggot yang lurus memegang aturan agamanya, tiba-tiba tewas di-DOR! kepalanya karena dituduh aparat sebagai jaringan teroris, padahal sebenarnya tidak.

Ia tewas sia-sia tanpa sempat membela diri dan tidak diberi kesempatan berbicara. Skenario aparat berikutnya adalah mendatangi keluarga korban tak berdosa dan mengatakan bahwa berdasarkan penyelidikan, korban adalah anggota teroris yang diincar aparat tapi selama ini bertindak tanpa diketahui anggota keluarganya.

Keluarga yang kaget dengan fakta dari aparat, tentu akan setuju untuk melaksanakan tes DNA sebagai prosedur kerja. Akhirnya keluarga yang putus asa ini menerima apa pun keputusan atau perintah aparat, karena bila mereka menolak, tentu keadaan semakin membahayakan untuk mereka. Maka berhasillah aparat menetapkan satu tersangka “jadi-jadian” teroris yang siap untuk diungkap di media lokal maupun internasional. Bisa dibayangkan keamanan umat Islam diujung tanduk bila pola kerja aparat terus seperti ini atau bahkan lebih buruk dari saat ini.

FPI tetap konsisten menyerukan agar Detasemen Khusus anti Teror 88 (Densus 88) segera dibubarkan. Sudah berapa banyak nyawa umat Islam melayang akibat kebrutalan korps berlambang burung hantu ini, keberadaannya hanya untuk membunuhi umat Islam belaka. "BUBARKAN DENSUS 88 !!!", desak Habib Rizieq.

No comments:

Post a Comment