Monday 31 December 2012

Kekerasan anti-muslim di Amerika.

Pada malam 27 Desember 2012, seorang imigran India datang ke Amerika dengan nama Sunando Sen, ia didorong oleh orang asing ke trek kereta bawah tanah di New York dan dipukuli serta tewas terlindas kereta yang melintas. Sen telah tinggal di New Yotk selama bertahun-tahun dan setelah bertahun-tahun, kerja kerasnya mencapai hasil, dia membuka usaha kecil sendiri, sebuah toko fotokopi di Upper Manhattan, tulis Murtaza Hussain dalam artikel yang diterbitkan oleh Al Jazeera.

Teman sekamarnya, MD Kham terlihat shock dengan kematian temannya, seorang pria yang berbicara dengan lembut dan suka menonton acara komedi. "Dia begitu baik, lembut dan tenang. Ini mematahkan hati saya."

Keesokan harinya, NYPD mengumumkan penangkapan Erika Menendez, wanita berusia 31 tahun yang terlihat dalam rekaman keamanan pergi meninggalkan lokasi setelah mendorong Sen. setelah ditahan dan dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi, Menedez mengaku telah membunuh Sen dan menyatakan motivasinya adalah melakukan kekerasan terhadap ummat Islam.

Saat ditanya detektif ia mengatakan :

"Saya mendorong seorang Muslim ke rel kereta api karena aku benci Hindu dan Muslim. Sejak tahun 2001 ketika mereka menghancurkan Twin towers, saya telah memukuli mereka."

Sunando Sen bukanlah seorang Muslim, tetapi karena berkulit coklat dan hidup di Amerika Serikat, ia ditargetkan dan dibunuh dalam tindakan kebencian rasial yang merupakan produk sampingan dari kampanye berkelanjutan fanatisme dan demonisasi terhadap ummat Islam yang tinggal di Amerika.

Muslim Amerika, serta Hindu, Sikh dan lain-lain yang konon tampak seperti Muslim, telah dipermalukan, diserang dan dalam banyak kasus dibunuh oleh individu yang melakukan kekerasan karena pengaruh media.

Meningkatnya kekerasan anti-Muslim

Tingkat kebencian dan kekerasan yang ditujukan pada komunitas Muslim meningkat tajam. Dalam sebulan terakhir, di New York saja, polisi telah menduga kebencian rasial sebagai motif di balik beberapa kejahatan.

Ini termasuk serangkaian pembunuhan khusus menargetkan pemilik toko berasal dari Timur Tengah di Brooklyn, korban terakhir adalah seorang imigran berusia 78 tahun bernama Rahmatollah Vahidipour yang ditembak mati saat menutup butik miliknya dan tubuhnya yang telah tak bernyawa kemudian diseret ke ruang belakang dan ditutupi dengan barang-barang dari tokonya.

Di minggu yang sama, pembunuhan Muslim lain yang didahului dengan pemukulan kejam oleh dua pria. Sementara pria Muslim lainnya ditikam beberapa kali di luar sebuah Masjid oleh seorang penyerang yang berteriak : "Aku akan membunuhmu Muslim", sambil berulang kali menikamkan pisaunya ke tubuh korban.

Insiden ini sejalan dengan statistik Amerika yang menunjukkan kekerasan anti-Muslim berada dalam rekor tertinggi, sebuah tren yang datang bersamaan dengan kampanye menentang pembangunan Masjid di Amerika serta ketakutan politisi dan beberapa tokoh media tentang plot dugaan Muslim Amerika akan mengganti konstitusi dan menerapkan hukum Islam di negara itu.

Dalam siklus pemilu AS juga terlihat Muslim digunakan sebagai target untuk meraih suara. Salah satu contoh anggota dewan perwakilan rakyat dari partai Republik di Illinois, Joe Walsh yang mengatakan saat berkampanye : "Muslim di sini mencoba untuk membunuh orang Amerika setiap hari" yang disambut sorak sorai oleh pendukungnya.

Setelah berhasil membuat kerumunan histeris, selang beberapa hari komunitas Muslim mengalami konsekuensi dari retorikanya. Seorang pria melepaskan tembakan ke sebuah Masjid di Illinois saat ratusan jama'ah menghadiri sholat tarawih di bulan Ramadhan. Keesokan harinya, Masjid lain diserang menggunakan acid bom yang dilemparkan ke jendela sementara para jama'ah melaksanakan sholat Isya berjama'ah.

Meskipun terjadi serangkaian serangan terhadap Muslim di Illinois setelah pernyataannya yang tak mendasar, Walsh tetap menolak untuk meminta maaf atas retorikasnya dan bahkan melemparkan tuduhan lain yang lebih dahsyat terhadap komunitas Muslim. Ini merupakan cerminan penerimaan anti-Muslim oleh retorika politik di AS saat ini.

Memang penggunaan Muslim oleh politisi oportunis yang menjadikan kelompok minoritas sebagai kambing hitam menjadi fitur biasa dari kehidupan politik Amerika dan tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.

ARISAN SEX REMAJA, terus kudu bilang WOWW gitu?

Beberapa hari ini, kita digegerkan dengan adanya berita tentang beberapa teman kita yang lagi asyik menggelar sebuah arisan. Yups, ini arisan bukan sembarang arisan, friend. Kalau biasanya arisan tuh hadiahnya uang dan buat jajan, atau beli kebutuhan positif lainnya, tapi yang ini uangnya buat booking PSK, bro!!

Jangan kaget, emang aneh sih, tapi ini nyata!. Bahkan arisan ini udah berjalan lebih dari satu tahun, dan tersangkanya terdiri dari enam orang. Kasusnya terblow up setelah si PSK sendiri yang ngaku.

Astagfirullah... masalah syahwat termyata terbukti memang riskan banget buat makhluk seumuran kita. Antara rasa penasaran, ingin tahu dan keinginan kuat buat eksperimen, kadang membuat kita gelap mata dan ngambil jalan pintas, yaitu zina. Sayang banget ya, padahal resikonya nggak akan sesimple yang kita bayangin loh. Dilansir dari beritajatim, salah satu anggota Komisi Penanggulangan AIDS Situbondo, Heryawan berkata kalau ada PSK penderita HIV yang mengaku hampir setiap pekan melayani pelajar. "Ini sangat membahayakan. Ini perlu ditangani serius," katanya kepada pers.

Wew, apa jadinya kalau HIV bersarang di tubuh mereka yang masih usia muda itu? apa nggak bakalan nyesel seumur hidup tuh? trus kelanjutan hidupnya bakal kaya' gimana tuh? apa iya cuma bisa sekedar pasrah nunggu tanggal kematian kita? widihhh, miris banget!!

Friend, sebuah keperawanan dan keperjakaan seharusnya bisa kita jaga baik- baik sampai saatnya nanti kita menikah. Itu karena kita adalah istimewa, dan kudu diperlakukan dengan istimewa, bukan malah diobral murah, hanya karena kita nggak bisa nahan hawa nafsu sesaat. Dan kalau bukan kita yang menghargai diri kita sendiri dulu, gimana orang lain bisa menghargai kita?

So, banyak- banyak mikir dulu deh resiko terburuknya kalo kita mau ngelakuin sesuatu, dan jangan asal mikir asyiknya saja. Tanya kenapa? karena hidup cuma sekali- kali nya ini, dan masa muda juga cuman datang sekali. Nggak ada tuh cerita mesin waktu yang bakal bisa bawa kita kembali memperbaiki keadaan, saat kita kadung berbuat salah.

Makanya, buat menghalau pikiran- pikiran syahwat yang mampir ke kita, coba deh perbanyak melakukan aktivitas positif. Ketemu dengan banyak orang dan melakukan banyak aktifitas fisik dan berpikir, akan mengalihkan fokus kita pada hal yang positif juga. Selain itu, sesuai yang dipesankan Rasulullah SAW, perbanyak puasa dan berdzikir mengingat Allah. Inshaallah pikiran kita bakalan lebih sehat, dan pastinya akan jauh dari hal- hal yang nggak penting buat dilakukan.

catatan buruknya aparat kepolisian meyelesaikan terorisme

Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Timur Pradopo dalam catatan akhir tahun menjelaskan, Polri khususnya Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri, telah menangani 14 kasus ‘teroris’ di seluruh wilayah Indonesia. Dalam proses penyidikkan tercatat ada 78 orang tersangka, 10 orang diantaranya tewas saat proses penangkapan.


“Tahun 2012, dalam penanganan kasus terorisme di seluruh Indonesia ada 14 kasus. Hal ini meningkat dibanding tahun 2011 dengan 10 kasus. Jumlah tersangka ada 78 orang. Kemudian yang meninggal dunia ada 10 orang. Sebelum akhir tahun ini akan terus dilakukan penangkapan atas orang-orang yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO/buron) dan akan segera kita sampaikan ke masyarakat,” kata Kapolri, Jenderal Timur Pradopo.


Dari 68 orang tersangka ‘teroris’ yang tengah diproses hukum, menurut Kapolri, 51 orang tengah dalam proses penyidikkan, 17 orang tengah dalam proses pengadilan, dan dua orang diantaranya telah divonis hakim pengadilan tingkat pertama.


Selama penanganan kasus ‘teroris’ ini menurut Kapolri, ada delapan orang anggota polisi yang tewas dan sembilan orang menderita luka-luka di tahun 2012. Sementara itu dalam penanganan kasus kekerasan bersenjata di Papua, anggota polisi yang tewas berjumlah tujuh orang.


“Jadi gugur dalam tugas itu merupakan kehormatan tertinggi. Dari anggota yang tewas selama tahun 2012 itu ada 15 anggota. Delapan orang polisi tewas di Sulawesi Tengah dan Solo Jawa Tengah, kemudian anggota polisi yang tewas ada tujuh orang. Kedepannnya polri akan lebih melakukan perlindungan terhadap anggota di lapangan,” jelas Kapolri.


Lebih lanjut dikatakan Kapolri bahwa kejahatan terorisme bukanlah kejahatan biasa dari kelompok-kelompok yang mempunyai tujuan ideologis yang mereka perjuangkan. Untuk itu, kepolisian bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme untuk menyadarkan mereka yang beraliran keras dan fanatik.


Berangkat dari pernyataan Kapolri terkait progres penanganan terorisme tersebut ada catatan penting yang perlu jadi bahan evaluasi institusi Polri dan pihak yang terlibat.


Pertama, selama tahun 2012 tindak pidana terorisme versus Polri tidaklah meningkat signifikan. Justru operasi dan tindakan aparat polri (Densus 88 dan BNPT) terhadap orang-orang yang disangka teroris semakin tinggi intensitasnya di tahun 2012. Hingga melahirkan ekses perlawanan di teritorial tertentu (Poso) dari orang-orang atau kelompok yang tertuduh ‘teroris’ ini.


Kedua, dari jumlah 68 orang dalam proses penyidikan itu sebenarnya di luar jumlah orang salah tangkap yang kemudian dibebaskan setelah sebelumnya mengalami tindak kekerasan secara serius. Misalkan kasus 3 orang di Jakarta dan yang terbaru 15 orang di Poso ditangkap selama sepekan diintrograsi dan dilepas setelah tidak berhasil membuktikan keterlibatan mereka, namun cara-cara yang dipakai sarat pelanggaran HAM serius. Jadi, 68 itu angka yang tidak jujur disampaikan, padahal harusnya polisi bisa secara jujur dan berimbang menyampaikan.


Ketiga, 10 orang tewas yang dituduh teroris menurut saya diduga kuat adalah extra judicial killing, ada tindakan over dari aparat di lapangan dan sayang tidak ada evaluasi dari pihak-pihak terkait dengan cara-cara over seperti ini.


Contohnya kasus terbunuhnya Kholid di Poso pasca gagalnya aparat menyisir di gunung Tamanjeka, kemudian mengobrak abrik kota Poso dan salah satu korban meninggal adalah Kholid yang ditembak mati tanpa perlawanan sepulang dari shalat Shubuh lalu dieksekusi di jalan.


Keempat, sangat jelas pihak aparat menunjukkan perlakukan diskriminatif. 7 orang polisi tewas di Papua dan kasus kekerasan/teror/penembakan oleh gerombolan teroris OPM intensitasnya jauh lebih tinggi dibanding kasus yang di Jawa atau Poso. Tapi Polri hanya melabeli mereka kelompok bersenjata, namun label teroris untuk kelompok yang terkait dgn ideologi Islam.


Padahal, lebih dari 10 kasus dari 14 kasus teroris versi Polri lebih tepat dilabeli aksi teror namun mereka dinyatakan bukan teroris. Anehnya lagi kasus dari kelompok OPM dengan organisasi yang mapan, visi politiknya memisahkan diri dari NKRI, melakukan banyak aksi teror; dari penembakan sampai rencana pengeboman secara serentak di titik-titik strategis, semua itu tidak pernah dilabeli teroris.


Inilah sikap diskriminatif dan politis yang menempatkan kelompok Islam tertentu lalu mengusung ideologi Islam maka akan dicap teroris, hanya dengan alasan adanya aksi teror dari salah satu anggota mereka.


Padahal, aksi teror itu belum tentu dilatarbelakangi ideologi, tapi hanya sekedar faktor dendam dan rasa ketidak adilan.


Kelima, pihak aparat dilapangan perlu evaluasi diri, tidak jarang tindakan over yang melanggar HAM dan menyinggung umat Islam justru menjadi faktor spiral kekerasan menggeliat tak berujung.


Malah mengesankan kekerasan demi kekerasan itu dipelihara dengan cara membudayakan kekerasan, demi kepentingan proyek perut dan politik.


Keenam, demikian juga sikap aparat di lapangan ditambah pengerahan aparat yang tidak proporsional seperti di Poso dan merembet ke beberapa wilayah Sulsel. Hanya beralasan mengejar teroris, tapi justru melahirkan traumatik dan mengganggu rasa tenang dan aman masyarakat (Poso khususnya).


Ketujuh, kita perlu ingat, matinya seorang muslim (baik sipil/militer)di luar hak maka itu lebih berat dibandingkan runtuhnya Ka'bah. Artinya siapapun tidak boleh menumpahkan darah seorang muslim di luar haknya.


Kedelapan, saya masih percaya dialog menjadi media untuk menurunkan aksi-aksi kekerasan dan kekerasan tidak bisa ditumpas dengan kekerasan semata.


Kesembilan, harusnya pemerintah Indonesia menyadari dan mau evaluasi diri dalam isu terorisme agar tidak terjebak lebih dalam kepada kepentingan asing (Amerika cs.) dan menjadikan umat Islam yang mengusung ideologi Islam sebagai musuh. Jika ini terus dipelihara akan melahirkan kondisi kontraproduktif pada masa yang akan datang.


Umat Islam dengan seluruh komponen, sebagai entitas dengan kekuatan politiknya punya hak yang sama di negeri Indonesia. Punya hak yang sama untuk memperbaiki dan menyelesaikan problem multi dimensi di Indonesia dengan konsep-konsep Islam yang diyakini kebenaran dan kelayakannya.


Islam bukan musuh bagi Indonesia, barat dengan ideologi kapitalis imperialismenyalah musuh yang hakiki bagi Indonesia.


Kesepuluh, perang melawan terorisme di dunia barat dan dunia Islam menyadarkan umat Islam secara keseluruhan bahwa itu adalah proyek global, perang terhadap Islam dan umatnya.


Jadi, proyek deradikalisasi yang ujung-ujungnya makin menyudutkan kelompok-kelompok Islam juga akan sia-sia. Karena kesadaran politik umat Islam cukup tinggi dan tidak bisa lagi dimanipulasi dengan propaganda-propaganda menyesatkan atas nama menjaga nation state, pluralisme (kebhinekaan), moderatisme dan liberalisme.


Semoga para pemangku kebijakan yang zalim mendiskriditkan Islam dan menzalimi umat Islam mau muhasabah diri dan taubat sebelum nyawa di kerongkongan dan hanya tangisan yang sangat pedih melolong kesakitan sementara pintu taubat sudah tertutup. wallahu a'lam.

JODOH KITA

Tetap Damai Dalam Bagaimanapun Jodoh Kita

Apakah ada di belahan bumi ini, seorang manusia yang dapat mengenal manusia lain 100% ? jawabannya pastilah tidak ada. Mungkin karena itulah ada pengkiasan yang mengatakan "dalamnya laut bisa diukur, dalamnya hati siapa tahu". Maka seperti itu jugalah gambaran jodoh kita saat ini. Seseorang yang asing, dari lokasi antah berantah yang dipertemukan dengan kita, menjadi teman satu rumah kita, serta selalu bersama menghabiskan waktu. Tak jarang hal itu menyisakan berbagai kesan di hati.

Kesan itu bernama kebahagiaan, kesyukuran, bahkan tak jarang sebuah penyesalan. Jodoh memang seharusnya bisa berarti kado terindah. tapi bagaimana kita menyikapinya jika ternyata jodoh kita tersebut menjadi musibah termanis yang akan menjadi bagian seumur hidup dari hidup kita?

Hal yang pertama yang harus dilakukan adalah menerima. Memang tidak mudah, apalagi jika ternyata jodoh itu menjadi bagian dari takdir untuk menguji kita. Namun jika kita memutuskan untuk menerima terlebih dahulu, apapun dan bagaimanapun itu, paling tidak langkah selanjutnya inshaAllah akan mudah untuk dilakukan.

Di dunia ini tidak banyak manusia yang berhati luas untuk sekedar menerima untuk mengatasi masalahnya sendiri. Maka jadilah luar biasa dengan menjadi salah satu manusia ajaib itu, yang cukup handal untuk meluaskan hati dan membuka pikiran untuk berpikir jernih. Toh, jika masalah itu selesai atau menjadi mudah untuk diatasi, bukankah itu juga akan memperingan diri kita sendiri?.

Setelah belajar menerima, milikilah pola pikir, bahwa tidak ada sesuatu yang bisa berubah hanya dalam hitungan detik, menit atau hari. Apalagi menyangkut tentang watak, dan kebiasaan seseorang. Maka hal mutlak yang harus kita lakukan berikutnya adalah bersabar dalam mengubah atau memperbaiki kekurangan pasangan kita. Seperti halnya kita yang asing dan memiliki sifat dan latar belakang yang asing pula, seperti itu jugalah pasangan kita menilai diri kita. Jika kesabaran untuk menerima itu hilang, akan susah bagi kita untuk memperbaiki keadaan yang ada.

Selanjutnya, lakukanlah action nyata untuk sebuah perbaikan. Komunikasi yang cerdas dan pemahaman yang mendalam tentang bagaimanapun kondisi pasangan kita, bisa jadi salah satu sikap yang harus kita lakukan. Kebanyakan konflik rumah tangga berasal dari tidak sehatnya komunikasi antara kedua belah pihak. Banyak suami istri yang menganggap bahwa pasangan mereka bisa membaca pikirannya dan sudah seharusnya tahu tentang bagaimana keinginan yang lain. Namun disinilah justru letak kesalahannya. Bukankah kita semua adalah manusia biasa yang tidak bisa membaca pikiran orang lain dan masih sama-sama belajar untuk mengerti tentang bagaimana selera pasangan kita?.

Selain itu, belajar untuk peka terhadap apapun keadaan pasangan kita, juga harus kita lakukan. Paling tidak hal ini akan membuka jalan bagi kita untuk lebih mudah mengenalnya. Ada pelajaran manis yang bisa kita petik dari rumah tangga Rasulullah Salallahu a'alaihi wassalam dengan istri beliau khadijah. Saat itu Nabi baru menerima wahyu pertama di Gua Hira’. Nabi shallallahu alaihi wasallam pulang ke rumah dan sang istri Khadijah melihat beliau dalam keadaan gemetar fisik dan hatinya. Beliau masuk dan berkata: "selimuti aku, selimuti aku..."

Beliaupun juga berkata: "Khadijah, aku khawatir diriku akan tertimpa musibah, aku khawatir diriku akan tertimpa musibah."

Khadijah menjawab, "Bergembiralah, demi Allah, Allah tidak akan merendahkanmu selamanya. Engkau benar-benar jujur dalam ucapan, menjaga silaturahim, menanggung beban, memuliakan tamu dan membantu orang yang kesulitan."

Subhanallah, itulah pelajaran berharga dari manisnya sebuah sikap memahami yang menyamankan. Khadijah tanpa protes dahulu saat melihat suaminya yang panik, dan malah sebaliknya, langsung memahami sang suami yang tengah khawatir dan panik tersebut dengan memberikan halusnya kata sebagai timbal balik, dan sikap membangun kepekaan.

Dia menyelimuti Rasulullah, dan menenangkan Beliau dengan berkata "Bergembiralah, demi Allah, Allah tidak akan merendahkanmu selamanya". Sikap memahami yang dilakukan oleh Khadijah seperti ini mampu meredam susana hati Rasululah.

Selain itu, pilihan kata yang diucapkannya mampu menghilangkan kepanikan suaminya. Khadijah tahu bahwa kalimat yang intinya menyandarkan kenyamanan hanya kepada Allah adalah puncak kenyamanan dan kepasrahan bagi Rasulullah SAW. Cara berkomunikasi ibunda kita khadijah tersebut mengalir jujur dan bukan basa-basi, sehingga menyejukkan hati yang sedang panas, menenangkan jiwa yang sedang gemetar, serta memantapkan keyakinan akan pertolongan Allah.

Inilah Komunikasi dan pemahaman terbaik yang sangat dahsyat antara suami istri yang tanpa pelatihan berbelit, dan atau dengan konsep yang rumit. Semua berasal dari sebuah ketulusan. Ketulusan menerima pasangan kita apa adanya, sepaket dengan bagaimanapun keadaan atau kondisinya yang lalu, serta yang akan datang. Termasuk juga ketulusan untuk merangkul kembali mereka bangkit demi menjadi yang lebih baik.

Jika hati belum bisa kita didik dan masih sering protes serta mudah tersulut dengan apapun kekurangan pasangan kita, maka belajarlah untuk bersyukur lebih dalam, dan dalam lagi. Sudah selayaknya kita bercermin dengan melihat begitu banyak saudara kita yang belum dapat menikmati indahnya perkawinan. Masih banyak dari mereka yang masih harus melakoni ujian dalam hal belum datangnya jodoh. Sedangkan kita disini sudah dianugrahkan pasangan hidup kita dan tinggal menjaga serta merawatnya. Lantas mengapa kita masih bersikap yang tidak mencerminkan kesyukuran dan terimakasih kepada Allah?

Sebuah pernikahan banyak mengandung pelajaran. Namun hal ini hanya berlaku bagi pribadi yang mau belajar. Memang tidak mudah, dan tidak sesederhana yang kita pikirkan. Lalu mengapa kita harus menambah lagi dengan melibatkan hal yang bernama konflik yang semakin membuat repotnya suasana? Bukankah menyatukan dua kepala untuk sama-sama selalu dalam satu misi dan visi hidup saja sudah menyita banyak waktu?. Apalagi dia adalah jodoh kita, dimana kita akan menua bersama, menghabiskan sisa umur kita, dan berbagi aib serta menyimpan rahasia hanya untuk berdua. Lantas bagaimana mungkin kita bisa saling menguliti kekurangan masing-masing dan bukan malah bekerjasama memperbaikinya?

Dan yang terakhir...menikah, sejatinya adalah sebuah anugrah bagi kita. Maka jika konflik atau ganjalan tentang jodoh kita itu datang, make it simple saja... Ingatlah tentang awal niat kita menikah yang hanya untuk beribadah kepada Allah. ingatkan juga pasangan kita bahwa pernikahan adalah ladang amal bagi kita untuk meraih surga. Ketika pikiran sehat itu kompak dibentuk oleh kita dan pasangan, maka inshaAllah akan selalu ada kebersamaan dan kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga kita.

JODOH KITA

Tetap Damai Dalam Bagaimanapun Jodoh Kita

Apakah ada di belahan bumi ini, seorang manusia yang dapat mengenal manusia lain 100% ? jawabannya pastilah tidak ada. Mungkin karena itulah ada pengkiasan yang mengatakan "dalamnya laut bisa diukur, dalamnya hati siapa tahu". Maka seperti itu jugalah gambaran jodoh kita saat ini. Seseorang yang asing, dari lokasi antah berantah yang dipertemukan dengan kita, menjadi teman satu rumah kita, serta selalu bersama menghabiskan waktu. Tak jarang hal itu menyisakan berbagai kesan di hati.

Kesan itu bernama kebahagiaan, kesyukuran, bahkan tak jarang sebuah penyesalan. Jodoh memang seharusnya bisa berarti kado terindah. tapi bagaimana kita menyikapinya jika ternyata jodoh kita tersebut menjadi musibah termanis yang akan menjadi bagian seumur hidup dari hidup kita?

Hal yang pertama yang harus dilakukan adalah menerima. Memang tidak mudah, apalagi jika ternyata jodoh itu menjadi bagian dari takdir untuk menguji kita. Namun jika kita memutuskan untuk menerima terlebih dahulu, apapun dan bagaimanapun itu, paling tidak langkah selanjutnya inshaAllah akan mudah untuk dilakukan.

Di dunia ini tidak banyak manusia yang berhati luas untuk sekedar menerima untuk mengatasi masalahnya sendiri. Maka jadilah luar biasa dengan menjadi salah satu manusia ajaib itu, yang cukup handal untuk meluaskan hati dan membuka pikiran untuk berpikir jernih. Toh, jika masalah itu selesai atau menjadi mudah untuk diatasi, bukankah itu juga akan memperingan diri kita sendiri?.

Setelah belajar menerima, milikilah pola pikir, bahwa tidak ada sesuatu yang bisa berubah hanya dalam hitungan detik, menit atau hari. Apalagi menyangkut tentang watak, dan kebiasaan seseorang. Maka hal mutlak yang harus kita lakukan berikutnya adalah bersabar dalam mengubah atau memperbaiki kekurangan pasangan kita. Seperti halnya kita yang asing dan memiliki sifat dan latar belakang yang asing pula, seperti itu jugalah pasangan kita menilai diri kita. Jika kesabaran untuk menerima itu hilang, akan susah bagi kita untuk memperbaiki keadaan yang ada.

Selanjutnya, lakukanlah action nyata untuk sebuah perbaikan. Komunikasi yang cerdas dan pemahaman yang mendalam tentang bagaimanapun kondisi pasangan kita, bisa jadi salah satu sikap yang harus kita lakukan. Kebanyakan konflik rumah tangga berasal dari tidak sehatnya komunikasi antara kedua belah pihak. Banyak suami istri yang menganggap bahwa pasangan mereka bisa membaca pikirannya dan sudah seharusnya tahu tentang bagaimana keinginan yang lain. Namun disinilah justru letak kesalahannya. Bukankah kita semua adalah manusia biasa yang tidak bisa membaca pikiran orang lain dan masih sama-sama belajar untuk mengerti tentang bagaimana selera pasangan kita?.

Selain itu, belajar untuk peka terhadap apapun keadaan pasangan kita, juga harus kita lakukan. Paling tidak hal ini akan membuka jalan bagi kita untuk lebih mudah mengenalnya. Ada pelajaran manis yang bisa kita petik dari rumah tangga Rasulullah Salallahu a'alaihi wassalam dengan istri beliau khadijah. Saat itu Nabi baru menerima wahyu pertama di Gua Hira’. Nabi shallallahu alaihi wasallam pulang ke rumah dan sang istri Khadijah melihat beliau dalam keadaan gemetar fisik dan hatinya. Beliau masuk dan berkata: "selimuti aku, selimuti aku..."

Beliaupun juga berkata: "Khadijah, aku khawatir diriku akan tertimpa musibah, aku khawatir diriku akan tertimpa musibah."

Khadijah menjawab, "Bergembiralah, demi Allah, Allah tidak akan merendahkanmu selamanya. Engkau benar-benar jujur dalam ucapan, menjaga silaturahim, menanggung beban, memuliakan tamu dan membantu orang yang kesulitan."

Subhanallah, itulah pelajaran berharga dari manisnya sebuah sikap memahami yang menyamankan. Khadijah tanpa protes dahulu saat melihat suaminya yang panik, dan malah sebaliknya, langsung memahami sang suami yang tengah khawatir dan panik tersebut dengan memberikan halusnya kata sebagai timbal balik, dan sikap membangun kepekaan.

Dia menyelimuti Rasulullah, dan menenangkan Beliau dengan berkata "Bergembiralah, demi Allah, Allah tidak akan merendahkanmu selamanya". Sikap memahami yang dilakukan oleh Khadijah seperti ini mampu meredam susana hati Rasululah.

Selain itu, pilihan kata yang diucapkannya mampu menghilangkan kepanikan suaminya. Khadijah tahu bahwa kalimat yang intinya menyandarkan kenyamanan hanya kepada Allah adalah puncak kenyamanan dan kepasrahan bagi Rasulullah SAW. Cara berkomunikasi ibunda kita khadijah tersebut mengalir jujur dan bukan basa-basi, sehingga menyejukkan hati yang sedang panas, menenangkan jiwa yang sedang gemetar, serta memantapkan keyakinan akan pertolongan Allah.

Inilah Komunikasi dan pemahaman terbaik yang sangat dahsyat antara suami istri yang tanpa pelatihan berbelit, dan atau dengan konsep yang rumit. Semua berasal dari sebuah ketulusan. Ketulusan menerima pasangan kita apa adanya, sepaket dengan bagaimanapun keadaan atau kondisinya yang lalu, serta yang akan datang. Termasuk juga ketulusan untuk merangkul kembali mereka bangkit demi menjadi yang lebih baik.

Jika hati belum bisa kita didik dan masih sering protes serta mudah tersulut dengan apapun kekurangan pasangan kita, maka belajarlah untuk bersyukur lebih dalam, dan dalam lagi. Sudah selayaknya kita bercermin dengan melihat begitu banyak saudara kita yang belum dapat menikmati indahnya perkawinan. Masih banyak dari mereka yang masih harus melakoni ujian dalam hal belum datangnya jodoh. Sedangkan kita disini sudah dianugrahkan pasangan hidup kita dan tinggal menjaga serta merawatnya. Lantas mengapa kita masih bersikap yang tidak mencerminkan kesyukuran dan terimakasih kepada Allah?

Sebuah pernikahan banyak mengandung pelajaran. Namun hal ini hanya berlaku bagi pribadi yang mau belajar. Memang tidak mudah, dan tidak sesederhana yang kita pikirkan. Lalu mengapa kita harus menambah lagi dengan melibatkan hal yang bernama konflik yang semakin membuat repotnya suasana? Bukankah menyatukan dua kepala untuk sama-sama selalu dalam satu misi dan visi hidup saja sudah menyita banyak waktu?. Apalagi dia adalah jodoh kita, dimana kita akan menua bersama, menghabiskan sisa umur kita, dan berbagi aib serta menyimpan rahasia hanya untuk berdua. Lantas bagaimana mungkin kita bisa saling menguliti kekurangan masing-masing dan bukan malah bekerjasama memperbaikinya?

Dan yang terakhir...menikah, sejatinya adalah sebuah anugrah bagi kita. Maka jika konflik atau ganjalan tentang jodoh kita itu datang, make it simple saja... Ingatlah tentang awal niat kita menikah yang hanya untuk beribadah kepada Allah. ingatkan juga pasangan kita bahwa pernikahan adalah ladang amal bagi kita untuk meraih surga. Ketika pikiran sehat itu kompak dibentuk oleh kita dan pasangan, maka inshaAllah akan selalu ada kebersamaan dan kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga kita.