Tuesday 19 August 2014

Berbahayakah ISIS di Indonesia?


Jakarta (SI Online) - Berbahayakah gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) bagi Indonesia?. Bila pertanyaan itu dilontarkan kepada Direktur An Nasr Institute Munarman, SH., jawabnya adalah tidak.

"Wong ISIS itu tidak ada kok di Indonesia," jawab Munarman dalam diskusi "Mengukur Bahaya ISIS di Indonesia," yang digelar Pengurus DPP Partai Bulan Bintang, di Jakarta, Sabtu (16/8/2014).

Bagi Munarman, fenomena ISIS ini sama seperti soal terorisme yang selalu distigmatisasikan kepada umat Islam. "Semua itu fitnah supaya umat Islam tidak lagi memperjuangkan syariah dan khilafah," katanya.

Fitnah dan permusuhan Barat terhadap Islam ini bisa dilihat dari tesis Samuel P Hutington yang meniscayakan adanya benturan peradaban antara peradaban Barat dengan peradaban Islam yang disetting akan dimenangkan oleh Barat.

Mantan Direktur YLBHI itu mengingatkan bahwa sejatinya bagi Barat yang menjadi musuh utama meraka bukanlah kelompok fundamentalisme Islam, tetapi justru Islam itu sendiri.

Munarman pun membeberkan berbagai dokumen yang dikeluarkan oleh sejumlah lembaga think-tank dan intelijen Amerika, seperti Rand Corporation, National Security Agency (NSA) maupun National Intelligence Council (NIC).

Merujuk dokumen yang dikeluarkan NSA, Munarman menjelaskan bila Amerika sejatinya menargetkan Islam sebagai musuh utama mereka. Untuk itu mereka menggunakan strategi yang pernah diadopsi saat terjadi Perang Dingin. Saat itu perlawanan terhadap Komunisme di Uni Sovyet dengan menggunakan orang-orang yang hidup di negara-negara komunis sendiri.

Dengan strategi ini, Amerika Serikat juga tidak secara langsung berhadapan dengan Islam, tetapi dikondisikan supaya syariah dan khilafah ditolak oleh orang Islam sendiri. Fenomena inilah yang kini terjadi saat umat menyikapi Khilafah Islam yang didirikan ISIS.

Untuk itu kepentingan ini, Amerika telah memetakan atau mengelompokkan tokoh-tokoh Islam. Dalam dokumen yang dikeluarkan Rand Corporation berjudul "Civil Democratic Islam: Partners, Resources and Strategies" dapat dengan mudah diketahui strategi ini. Amerika membagi tokoh-tokoh Islam menjadi empat golongan: Sekularis, Fundamentalis, Tradisonalis dan Modernis.

"Ini untuk memetakan siapa di antara tokoh Islam yang bisa dijadikan teman oleh mereka," tandas Pengurus DPP FPI ini.

Sebelumnya, di tempat terpisah Kepala BNPT Ansyaad Mbai mengaku tak tahu jumlah pengikut ISIS di Indonesia. Informasi ini penting untuk mengukur sejauh mana bahaya ISIS di Indonesia.

Sunday 17 August 2014

Katanya Sudah Merdeka Tapi Masih Ikuti Asing


Pertanyaan yang selalu muncul dalam benak kita setiap menjelang tanggal 17  Agustus adalah apakah Indonesia sudah benar-benar merdeka??? Itu pertanyaan yang wajar diajukan oleh setiap warga negara mengingat kemerdekaan yang ada masih terlihat semu.

Jika kemerdekaan yang dimaksud adalah merdeka dari penjajahan fisik mungkin iya kita sudah merdeka. Namun bila kemerdekaan itu maknanya merdeka dari segala bentuk penjajahan, nyatanya belum merdeka. Lihat saja negeri ini dibangun dari utang luar negeri yang jumlahnya terus naik. Ada 3.300 triliun utang Indonesia hingga April 2014.

Sementara itu Rektor UGM Prof Dr Pratikno pernah menyatakan bahwa lebih dari 70% sumber daya alam Indonesia dikuasai asing, seperti emas, minyak, batu bara, gas dan lainnya. Katanya, asing telah menguasai perbankan 50%, migas dan batu bara antara 70 - 75%, telekomunikasi 70 % dan lebih parah lagi pertambangan emas dan tembaga, asing menguadai 80-85%. Sementara pertanian dan perkebunan dalam arti luas menguasai 40%. (antaranews.com)

Bahkan disinyalir banyak UU yang diproduksi DPR adalah pesanan asing.

Setidaknya ada 76 Undang- undang dan Rancangan Undang- Undang yang mengakomodir kepentingan asing. Setidaknya ada tiga lembaga dunia yang ikut terlibat dan mengintervensi pembuatan UU seperti Bank Dunia, IMF dan USAID. (rakyatmerdeka.co.id)

Di bidang pendidikan juga tak lepas dari pengaruh asing. Tsaqofah atau pengetahuan Barat banyak dijejalin ke anak- anak didik kita tanpa filter. Misalnya kesetaraan gender, ham, demokrasi, ekonomi kapitalis dan nasionalisme serta masih banyak yang lainnya.

Demikian juga dalam kehidupan sosial budaya pengaruh Barat sangat dominan dalam kehidupan kita seperti hidup permisif, pergaulan bebas, dugem, narkoba, hura-hura, geng motor, KKN, dan sebagainya. Malah ironis dalam perayaan kemerdekaan lebih banyak ditonjolkan hura-huranya yang mengikuti gaya hidup penjajah Barat . Bidang politik juga tidak lepas dari intervensi asing seperti dalam kasus Pemilu kemarin.

Kalau begitu lalu dimana kemerdekaan sejati itu??

Padahal sejatinya kemerdekaan itu membuat bangsa ini independen, mandiri dan bebas dari intervensi asing. Satu-satu caranya yaitu dengan kembali kepada Aturan yang berasal dari Allah dan mencampakkan semua ideologi dan aturan yang berasal dari manusia yang lemah.

Wallahu a'lam.

Sunday 18 August 2013

Indonesia Masih Terjajah, Belum Merdeka!!!

Bulan Agustus adalah bulan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan, katanya. Di setiap sudut kota, kampung dan kelurahan dihias sedemikian rupa dengan warna dominan merah dan putih sebagai simbol bendera bangsa. Lampu-lampu kerlap-kerlip dipasang warna-warni menyemarakkan suasana.


Di hari H nanti, tepat tanggal 17 Agustus, biasanya banyak orang memakai baju daerah suku masing-masing dan juga pakaian sesuai dengan profesi cita-cita para murid-murid. Ada yang memakai kostum dokter, insinyur, pilot, polisi, dll.


Upaya untuk memperingati pun dilakukan dengan berbagai cara mulai dari lomba makan kerupuk, lomba memasukkan pensil ke botol hingga panjat pinang dan tangkap belut. Malamnya digelar tirakatan, tumpengan syukuran dan biasanya disertai musik hingar bingar untuk merayakan hari kemerdekaan RI.


Melihat fakta-fakta tersebut, kita jadi patut bertanya neh, “Benarkah kita sudah merdeka?” Itu pertanyaan awal dulu yang sederhana sebelum kita beralih ke pertanyaan lain semisal gimana sih cara mengisi kemerdekaan bila memang kita sudah benar-benar sudah merdeka? Topik inilah yang akan bahas kali ini. So, pantengin terus yah.


…Indonesia masih terjajah. Selamanya negeri ini akan terjajah bila tak ada kemauan kuat untuk keluar dari penjajahan ini. Ironisnya, sangat sedikit orang yang sadar bahwa bangsa ini masih terjajah…


Indonesia Sudah Merdeka, Benarkah?


Pertanyaan ini wajar banget muncul di remaja cerdas kayak kamu. Soalnya dari pertanyaan sederhana namun kritis inilah nantinya akan membuat kamu melek tentang apa yang sebetulnya terjadi dengan kondisi Indonesia yang katanya sudah merdeka ini.


Secara konstitusi, Indonesia dinyatakan merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945 yang dideklarasikan oleh Soekarno-Hatta. Hal inilah yang diyakini oleh mayoritas manusia baik dalam maupun luar negeri tentang kapan hari kemerdekaan Indonesia.


Sejak anak TK hingga Perguruan Tinggi (PT), dari yang lulusan SD sampai yang bergelar profesor sepakat menjawab dengan tanggal tersebut. Dari masyakarat desa hingga masyarakat kota pun akan setuju dengan hal itu.


Faktanya, apa benar Indonesia sudah benar-benar merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945? Merdeka itu kan artinya bebas. Bebas dari penjajahan dalam bentuk apa pun juga. Nah, sekarang yuk kita telusuri apa benar kita sudah terbebas dari penjajahan alias merdeka dalam segala bidang?


…Fenomena antrean pengisian BBM yang sampai puluhan meter di banyak daerah di Indonesia, mengingatkan kita pada zaman penjajahan Jepang dulu…


Merdeka secara formal konstitusional (halah, bahasanya muluk banget ya, hehe..) Indonesia bisa dibilang sudah. Tapi merdeka secara hakiki alias bebas menentukan nasib sendiri tanpa didikte oleh orang lain, hmm… kayaknya belum. Kok bisa?


Coba lihat aja hal-hal di sekitar kita yang dekat dengan kehidupan kamu. Ketika berangkat sekolah, berapa kamu harus bayar angkot mengingat kenaikan BBM pada bulan lalu yang makin mencekik. Trus,, berapa uang SPP yang harus dibayar ortumu supaya kamu bisa tetap sekolah, harga buku, harga baju seragam dll.


Walhasil, kalo kamu nggak bisa bayar itu semua, jangan harap kamu bisa menikmati bangku sekolah seperti saat ini. Makanya, pantas aja sampai-sampai ada istilah dan buku terbit dengan judul ‘Orang Miskin Dilarang Sekolah’ sebagai sindiran betapa mahalnya harga pendidikan di negeri ini.


Pulang sekolah, kamu pasti merasa lapar apalagi bagi mereka yang uang sakunya dalam keadaan ‘Kanker’ alias ‘Kantong Kering’ dan pas-pasan, jadi gak bisa jajan di kantin sekolah dech. Sesampainya di rumah, makanan belum ada karena ayah ibumu pusing dengan harga sembako yang melambung tinggi.


Sudah mahal, sulit pula dari pasaran. Mau beli matengan juga pastinya mahal. Kalopun beli dengan uang saku yang pas-pasan itu, pasti dapat dikit makanannya. Duh pusing…. katanya Indonesia kaya akan hasil bumi dan tambang minyak bumi, tapi harga minyak dan sembako pada melambung tinggi.


…Belum lagi antrean yang lainnya semisal beras murah, minyak goreng murah hingga pembagian BALSEM alias BLSM cap “Kepentingan” yang masih pro dan kontra di era Presiden SBY ini…


Fenomena antrean pengisian BBM yang mengular berjajar-jajar sampai puluhan meter di banyak kota dan daerah di Indonesia, mengingatkan kita pada zaman penjajahan Jepang doeloe.


Belum lagi antrean yang lainnya semisal beras murah, minyak goreng murah hingga pembagian BALSEM alias BLSM cap “Kepentingan” yang masih pro dan kontra di era Presiden SBY ini.


Persis kayak zaman Indonesia tempo doeloe ketika kebutuhan pokok sulit diperoleh karena memang itu adalah salah satu taktik penjajah dalam mengendalikan tanah jajahannya, dan untuk menyengserakan rakyat Indonesia. adakah yang beda?


Bedanya kalo di zaman penjajahan doeloe itu para pemimpin mencari cara untuk merdeka hingga titik darah penghabisan, lha kalo pemimpin kita sekarang malah merdeka sendiri sambil duduk di kursi empuk sambil menikmati tetesan keringat dan darah rakyatnya sendiri.


Pemerintah sering berdalih kalo semua kebijakan menaikkan harga BBM adalah untuk mengurangi angka kemiskinan dan menyelamatkan APBN. Kalau banyak orang sanksi dan tidak percaya terhadap tipu-tipu ini, saya sich sangat percaya bahwa niat pemerintah itu tulus.


…Pemerintah sering berdalih kalo semua kebijakan menaikkan harga BBM adalah untuk mengurangi angka kemiskinan dan menyelamatkan APBN...

...Angka kemiskinan memang berkurang drastis karena banyak rakyat mati akibat kebijakan yang sarat dengan nuansa pesanan asing ini …


Angka kemiskinan memang berkurang drastis karena banyak rakyat mati akibat kebijakan yang sarat dengan nuansa pesanan asing ini. Kalo rakyat miskin banyak yang mati kelaparan, secara statistik hal ini akan mengurangi angka kemiskinan yang ada di negeri ini. Ironis!


Seperti inikah potret merdeka yang dicita-citakan oleh negeri ini? Trus, kalo dipikir-pikir, kenapa juga negeri ini seakan-akan sulit sekali meraih kemerdekaan hakiki dalam makna yang sebenarnya, bukan hanya merdeka semu yang setiap tahun diperingati dengan lomba dan upacara. Ternyata semua itu ada jawabannya loh.


Indonesia Masih Terjajah!!!


Yups, Indonesia sebetulnya belum benar-benar merdeka dalam arti sesungguhnya. Negeri ini masih terjajah dalam banyak segi atau bahkan di semua segi kehidupannya. Mulai dari perekonomiannya yang sangat kapitalistik dengan sistem riba dan pendidikan yang sekuler pool.


Kehidupan sosial yang egois dan mementingkan diri sendiri, kebudayaan yang bisanya cuma membebek asing, politiknya berlaku hukum rimba; siapa kuat dia yang menang, pertahanan keamanan yang masih tergantung pada kebijakan Amerika dan sekutunya, penegakan hukum yang tebang pilih, setengah hati, dll.


Belum lagi ideologinya yang nano-nano alias campur-baur antara kapitalis, sekuleris, sosialis demokratis dll… Kalopun Islam mau dipraktekkan hanya sedikit sekali penerapan hukum Islam, yakni untuk urusan perkawinan aja.


…Negeri ini masih terjajah dalam banyak segi atau bahkan di semua segi kehidupannya...

...Mulai dari perekonomiannya yang sangat kapitalistik dengan sistem riba dan pendidikan yang sekuler pool…


Pernah nggak di sekolah kamu mendapat dogma dari pelajaran PPKN bahwa Indonesia bukan Negara agama tapi juga bukan Negara sekuler. Trus apaan loh? Karena semua serba bukan, Indonesia akhirnya jadi Negara yang bukan-bukan dan gado-gado kayak sekarang ini.


Nggak jelas mau berpijak ke mana or melangkah ke mana. Ibarat orang mau membangun rumah, bentuk pondasinya kacau balau dan gak tau apa yang dimau ketika pondasi yang kacau balau tersebut sudah berdiri. Semua serba setengah hati.


Karena pondasi atau dasar yang nggak jelas, akhirnya banyak masuk pesanan asing yang mendikte, apa kemauan mereka untuk dipaksakan pada pondasi dan bangunan yang akan didirikan itu. Akhirnya, Indonesia bukan milik rakyat, tapi milik asing.


Indonesia pun masih terjajah. Selamanya negeri ini akan terjajah bila tak ada kemauan kuat dari masyarakatnya untuk keluar dari penjajahan ini. Ironisnya, sangat sedikit orang yang sadar bahwa bangsa ini masih terjajah.


Mayoritas yang ada malah bersikap sebaliknya, yaitu bersuka ria karena nganggap bahwa bangsa ini sudah merdeka sehingga sulit diajak nyadar dan berpikir.

…Selamanya negeri ini akan terjajah bila tak ada kemauan kuat dari masyarakatnya untuk keluar dari penjajahan ini...

...Ironisnya, sangat sedikit orang yang sadar bahwa bangsa ini masih terjajah…

Lomba 17 Agustusan sekedar lucu-lucuan giat dilaksanakan, semisal lomba balap karung, sepakbola pake sarung, menangkap belut, makan krupuk, dll.


Semua itu hanya hiburan sesaat untuk melupakan beban hidup yang berat. Setelah lomba selesai, masyarakat dihadapkan lagi pada masalah hidup yang menghimpit. Sungguh, negeri ini benar-benar belum merdeka!!!



Ayo, Rebut Kemerdekaan!


Ternyata kita belum merdeka, kawan. Kita butuh merebut kemerdekaan dulu sebelum nantinya akan kita isi dengan apa kemerdekaan ini.


Btw, gak salah nih ngajak merebut kemerdekaan di hari gene? Enggak donk. Kamu udah pada ngeh kan bahwa negeri ini tuh masih belum merdeka dan terjajah dalam semua segi kehidupan. Hanya manusia hidup saja yang enggan hidup dalam kondisi terjajah.


Dan cuma mayat hidup saja yang pasrah dengan nasib buruk sebagai bangsa terjajah. Saya yakin kamu semua bukan termasuk golongan Zombie ini. Jadi ayo, mulai sekarang kita bergerak untuk keluar dari penjajahan ini. How?


…Ternyata kita belum merdeka, kawan. Kita butuh merebut kemerdekaan dulu sebelum nantinya akan kita isi dengan apa kemerdekaan ini…


Pertama, mulai merdekakan pikiran kamu dari semua hal berbau penjajahan. Bebaskan diri kamu dari mental sebagai orang terjajah. Buang pemikiran rusak dan bobrok dari penghambaan kepada hawa nafsu berganti menjadi penghambaan pada Allah saja.


Campakkan sikap membebek pada ideologi dan sistem asing untuk kemudian meyakini bahwa ideologi dan sistem dari Sang Maha Pencipta Alam Semesta adalah satu-satunya yang mampu mengeluarkan manusia dari penjajahan ini. Ideologi dan sistem apakah itu? Ya pasti Islam-lah. Emang ada yang lain? Gak mungkin!


Kedua, bila keyakinan ini telah menancap kuat dalam benakmu, jangan diam. Merebut kemerdekaan bukan kerja satu orang, tapi kerja bersama melibatkan banyak orang dari berbagai kalangan.


Ayo sebarkan keyakinan bahwa kita harus merebut kemerdekaan ini hanya dengan kembali pada ideologi dan sistem Islam saja. Ideologi dan sistem Islam ini hanya bisa terwujud dalam sebuah institusi bernama Daulah Islamiyyah atau Khilafah Rosyidah ‘ala Minhajin Nubuwwah.


Jangan takut susah dan menderita dalam perjuangan merebut kemerdekaan yang hakiki ini. Karena sungguh, tak ada yang namanya jalan enak bagi para pejuang. Terjal dan berliku adalah sunnatullah perjuangan. Ingat itu!!


…Jangan takut susah dan menderita dalam perjuangan merebut kemerdekaan yang hakiki ini. Karena sungguh, tak ada yang namanya jalan enak bagi para pejuang…


Dan hanya satu saja yang membedakan mental pejuang sebenarnya dengan yang pura-pura sok jadi pejuang. Pejuang sejati tak kenal kompromi dengan para penjajah. Sedangkan pejuang gadungan selalu mencari dalih agar kerasnya perjuangan bisa diperlunak dengan beribu alasan.


Perbedaan yang lain adalah, kalo perjuangan standar biasanya berbumbu nasionalisme, perjuangan kita kali ini berskala internasionalisme. Dengan melakukan langkah di atas, kita tak cuma membebaskan Indonesia dari penjajahan namun secara bertahap, kita membebaskan dunia secara keseluruhan.


Yakinlah, saudara-saudara kita di belahan bumi yang lain juga sama-sama berjuang menuju kemerdekaan hakiki dengan Islam. Dan yang lebih asyik lagi, kemerdekaan yang akan kita rebut, tidak hanya berdimensi dunia saja namun bakal kita bawa hingga akhirat kelak berupa pahala dan surga-Nya. Wow…keren kan?


Soo, perjuangan belum selesai dan berhenti, teman. Perjuangan merebut kemerdekaan ini harus dilaksanakan. Jangan mau kamu diadu-domba sesama muslim oleh kaum Kafir dengan tudingan ‘Terorisme’.


Jangan pula kamu mau dijebak dengan issue bom dan sebutan Islam garis keras, radikal, ekstrimis dan berbagai julukan yang menyudutkan lainnya. Perjuangan kita adalah perjuangan pemikiran yaitu membebaskan umat dari pengaruh dogma rusak semacam penyakit Demokrasi dan SEPILIS (sekularisme, pluralisme, dan liberalisme).


…Perjuangan merebut kemerdekaan ini harus dilaksanakan. Jangan mau kamu diadu-domba sesama muslim oleh kaum Kafir dengan tudingan ‘Terorisme’…


Kita gak butuh bom untuk menyerang paham-paham rusak di atas. Yang kita butuhkan hanya pemikiran yang kuat dan tajam, bukti akurat dan pemahaman Islam yang utuh, nggak separuh-separuh. Itu saja senjata kita. Plus tentunya keimanan yang mendalam sehingga pertolongan Allah akan segera terwujud di tengah-tengah kita.


Semoga tulisan sederhana ini mampu menyadarkan kamu-kamu yang dulunya percaya bahwa negeri ini telah merdeka. Dan semoga tulisan ini bisa menjadi bekal kamu untuk menularkan semangat perjuangan merebut kemerdekaan hakiki dari tangan penjajah kapitalis, Demokrasi dengan sistem kufur lainnya.


Yuk sama-sama kita tekadkan di hati bahwa hidup terjajah itu gak asyik. Hidup sebagai budak ideologi sekuler itu gak keren. Yang asyik dan keren cuma ketika kita menjadi makhluk bebas dan merdeka dalam sebuah sistem sempurna yaitu Syari’at Islam. Untuk menuju ke sana, tentu butuh perjuangan kita-kita.


Pertanyaannya, maukah kamu menjadi salah satu pejuang itu? Imbalannya bukan hanya mulia di dunia saja namun kebahagiaan akhirat pun telah menunggu kita, insya Allah. Jadi, tak ada alasan lagi kan bagi kita untuk mangkir dari merebut kemerdekaan hakiki dalam naungan Ilahi? Tentu tidak! Ayo semangat!.

Monday 12 August 2013

Jangan Lupakan Puasa Enam Hari di Bulan Syawal!

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Ketaatan tidak memiliki musim tertentu yang apabila berlalu musimnya, orang kembali melakukan maksiat. Bahkan musim ketaatan berlanjut sepanjang hidup hamba, tidak mengenal selesai sehingga ia masuk liang lahat.

Dikatakan kepada Bisyr al-Haafi rahimahullah: "Suatu kaum beribadah dan bersungguh-sungguh pada bulan Ramadhan, lalu beliau berkata: “Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal hak Allah kecuali pada bulan Ramadhan. Sesungguhnya orang shalih itu beribadah dan bersungguh-sungguh sepanjang tahun”."

Oleh sebab itu setelah selesai dari puasa Ramadhan, Islam menyuguhkan ibadah puasa enam hari di bulan Syawal. Kedudukannya seperti shalat sunnah Rawatib untuk menutupi kekurangan dalam puasanya dan untuk menyempurnakannya. Keberadaannya melengkapi pahala puasa Ramadhan agar mendapat pahala puasa setahun penuh.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, dia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim dan lainnya)

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Para ulama menjelaskan maksud seperti berpuasa setahun penuh, karena satu kebaikan dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Ramadhan senilai sepuluh bulan, sedangkan enam hari senilai dua bulan.”

Puasa enam hari sesudah Ramadhan adalah bentuk syukur seorang shaim kepada Rabbnya karena telah memberinya taufiq untuk berpuasa Ramadhan dan meningkatkan amal kebaikan. Puasa ini juga menjadi bukti kecintaannya kepada ketaatan dan kegemaran untuk menyambung amal-amal shalih.

Ibnu Rajab rahimahullah juga berkata: “Menyikapi nikmat taufiq untuk berpuasa di bulan Ramadhan dengan melakukan kemaksiatan sesudahnya, termasuk di antara perbuatan orang yang mengganti nikmat Allah dengan kekufuran.”

Membiasakan puasa sesudah puasa Ramadhan menjadi tanda diterimanya puasa Ramadhan. Karena ketika Allah subhanahu wa Ta'ala menerima ibadah hamba, Dia memberikan taufiq padanya untuk menjalankan amal shalih sesudahnya, sebagaimana yang dikatakan sebagaian ulama salaf: "Pahala amal kebaikan adalah amal kebaikan sesudahnya. Siapa yang beramal kebaikan kemudian mengikutinya dengan kebaikan yang lain sesudahnya merupakan tanda diterimanya amal kebaikan yang pertama. Sebagaimana orang yang melakukan amal kebaikan kemudian mengikutinya dengan keburukan menjadi tanda ditolaknya amal baik tersebut dan tidak diterima.”

Fatwa Seputar Puasa Enam Hari Di Bulan Syawal

Lajnah Daimah ditanya, "Apakah puasa enam hari pasca Ramadhan harus langsung sesudah hari Iedul Fitri?, Atau bolehkah dilaksanakan beberapa hari di bulan syawal sesudah hari Ied tanpa berurutan?

Jawab: "Tidak harus langsung sesudah Iedul Fitri. Tapi boleh dia memulainya selang sehari atau beberapa hari sesudah Ied, dengan berurutan atau terputus-putus pada bulan syawal sesuai kemampuannya. Masalah ini sangat longgar. Tidak wajib tapi sunnah." (Fatawa Lajnah Daimah: 10/391 no. 3475).

Penutup

Sesungguhnya kesempatan berlalu begitu cepat, bagi seorang muslim harus benar-benar memperhatikannya agar mendapatkan pahala yang banyak. Hendaknya dia senantiasa memohon kepada Allah agar memberinya taufiq untuk bisa taat kepada-Nya.

Allahlah pelindung orang yang senantiasa meminta tolong kepada-Nya dan berpegang teguh dengan dien-Nya. Dan semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya. Wallahu A’lam [

Sunday 30 June 2013

Waspada! Senkom Mitra Polri adalah Aparat Kemanan dan Intelijen LDII

Ketua MUI Kota Bogor Bidang Penelitian dan Pengkajian Aliran Sesat, KH. Wilyudin Dhani mengungkapkan bahwa Sentra Komunikasi (Senkom) yang selama ini menjadi mitra Polri ternyata bagian dari pasukan keamanan dan intelijen aliran sesat LDII.


Hal itu disampaikan KH. Wilyudin Dhani usai memberikan pemaparan kesesatan LDII saat beruadiensi dengan MUI Pusat.


“Jadi senkom itu memang bagian dari intelijen LDII dan mereka menyamarkan bagian dari pasukan keamanan dan intelijen mereka ini dengan seragam seperti Polri,” ujarnya kepada voa-islam.com di Kantor MUI Pusat, Jl. Proklamasi No.51 Menteng Jakarta Pusat, pada Selasa (25/6/2013).



Setiap kali ada kajian yang membahas kesesatan Islam Jamaah alias LDII, maka unit Senkom biasanya yang akan menyampaikan informasi melalui alat komunikasi seperti HT untuk memobilisir massa aliran sesat LDII.


Selain itu, unit Senkom biasanya datang dengan menggunakan seragam yang mirip dengan Polri seolah untuk mengamankan. Padahal menurut KH. Wilyudin Dhani Senkom bertujuan untuk membohongi dan menakut-nakuti masyarakat. Sebab Senkom adalah polisinya LDII yang akan membela mereka.


“Tujuannya adalah untuk membohongi dan membodohi masyarakat serta manakut-nakuti tentu saja, seolah-olah dia bagian dari Polri, padahal itu adalah Polisinya negara LDII. Oleh karena itu kita harus terbuka sekarang, meskipun mereka berpakaian seperti pakaian polisi mereka itu bukan polisi, itu untuk menyamarkan identitas mereka, seolah-olah mereka didukung oleh polisi,” ungkapnya.



Mengapa LDII bisa dengan mudah bekerjasama dengan Polri melalui Senkom yang menjadi underbow mereka? KH. Wilyudin Dhani mengungkapkan karena adanya petinggi Polri yang menjadi anggota aliran sesat LDII.


“Ada indikasi petinggi Polri itu anggota LDII, saya tidak mau sebut tapi sudah disampaikan tadi dalam rapat audiensi,” ucapnya.



Untuk itu, MUI Kota Bogor berencana mengundang aparat kepolisian guna membahas aliran sesat LDII sekaligus Senkom yang selama ini menipu Polri sebab pada dasarnya mereka mempunyai makar terhadap negara.


“Secara resmi nanti kita akan undang institusi-institusi pemerinah seperti; Polri, kejaksaan, Kemenag, Diknas serta tokoh-tokoh masyarakat dari perguruan tinggi dan juga masyarakat untuk membuka siapa sebenarnya LDII. Sebab sebenarnya mereka mempunyai makar,” tandasnya.

Munarman Siram 'Si Ateis' Tamrin Tamagola, Habib Rizieq Berikan Pujian


etua DPP FPI Bidang Nahi Munkar, H. Munarman, SH menyiram sosiolog UI Tamrin Amal Tomagola, dengan air minum dalam acara Apa Kabar Pagi Indonesia TV One, Jumat 28 Juni 2013 lantaran sikap Tamrin yang arogan, selalu memotong pembicaraan dan tak sesuai etika dialog. (Link Download video)


Menyikapi hal tersebut, Ketua Umum FPI, Habib Muhammad Rizieq Syihab justru memuji sikap tegas Munarman. Thamrin Amal Tamagola pantas untuk mendapatkan siraman karena selalu mendiskreditkan umat Islam.


“Bagus!  Thamrin Tomagola memang layak mendapatkan siraman itu! Kerena, sejak Awal Th. 2000 ia selalu menyalahkan muslim Ambon dalam Kasus Pembantaian Umat Islam di Ambon Th.1999. Begitu juga pada kasus pembantaian Umat Islam di Poso sepanjang kasus Th.1998 s/d 2000. Padahal semua orang tahu bahwa ekstrim kristen yang memulai pembantaian Umat Islam di Ambon dan Poso,” ungkap Habib Rizieq melalui pesan singkat yang beredar dan diterima redaksi voa-islam.com, Jum’at (28/6/2013).

...Bagus!  Thamrin Tomagola memang layak mendptkan siraman itu! Kerena, sejak Awal Th. 2000 ia selalu menyalahkan muslim Ambon dalam Kasus Pembantaian Umat Islam di Ambon Th.1999...


Habib Rizieq menambahkan bahwa hampir di setiap ceramahnya, Tamrin selalu menghina FPI dan memfitnah umat Islam sebagai pihak intoleransi.


Selain itu, Tamrin juga dikenal rasis karena telah menghina suku Dayak sebagai pelaku sex bebas sehingga pernah diadili dalam adat dayak.


“Dia juga sering menyalahkan Umat Islam dalam kasus Ahmadiyah di mana saja. Dan hampir di setiap dialog dan ceramah, dia selalu menghina FPI dan selalu memfitnah Umat Islam sebagai pihak intoleransi. Dalam sidang MK tentang Judicial Review UU Anti Penodaan Agama Th.2010 saya dengar langsung dalam ruang sidang pernyataannya dalam membela Ahmadiyah bahwa jika ingin objektif menilai agama-agama dan aneka keyakinan, maka kita harus tanggalkan dulu baju agama (alias Atheis). Dan dia juga seorang rasis dimana dia hina masyarakat Dayak dengan tuduhan bahwa Sex Bebas adalah tradisi Dayak, sehingga dia diadili dalam sidang Adat Dayak,” tandasnya.

Wednesday 15 May 2013

Kematian

Di alam ini, tak ada yang pasti kecuali kematian. Kematian, kata Ghazali, pasti, sedangkan yang lain tak ada yang pasti. Meskipun begitu, manusia cenderung abai dan tak hirau dengan kematian.

Biasanya, manusia mengingat kematian jika kebetulan ada kereta jenazah lewat di depannya. Ia pun buru-buru ber-istirja`, inna lillah wa inna ilaihi raji`un.

Kematian (al-maut) menyerang siapa saja dan sering kali tiba-tiba (ja’at fuj’atan). Maut merenggut nyawa orang tua, anak-anak, orang biasa, orang hebat, dan siapa saja.

Bahkan, menyerang pengantin baru pada malam pertama dan orang yang sedang pesta dan bergembira ria bersama keluarga dan orang-orang yang dicinta.

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu.’” (QS Al-Jum`ah [62]: 8).

Karena wataknya yang seperti tak mengenal belas kasihan, kematian itu disebut oleh Nabi dengan istilah hadzim al-ladzdzaat, yakni penghancur kenikmatan dan kelezatan duniawi (HR Tirmidzi, Nasa’i, dan Ahmad dari Abu Hurairah).

Sebagian ulama menyebutnya dengan istilah, mufarriq al-ahbab (yang menceraikan manusia dari orang-orang yang dicinta) dan musyattit al-jam`iyyah (yang memutuskan manusia dari kelompok sosialnya).

Meskipun merupakan fenomena sehari-hari, manusia belum sepenuhnya mengetahui hakikat kematian itu. Menurut al-Ghazali, kematian itu bukan tak adanya hidup, melainkan berubahnya keadaan.

Ini berarti, dengan mati (kematian), bukanlah kehidupan itu tak ada. Kehidupan tetap ada, tetapi berubah dalam wujud (kehidupan) yang lain.

Dalam al-‘Adl al-Ilahi, Murtadza Muthahhari menerangkan perbedaan kehidupan itu, yakni kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

Dikatakan, kehidupan dunia tak sejati karena masih bisa bercampur antara hak dan batil, kejujuran dan kepalsuan, serta antara pejuang dan pengkhianat.

Ini berbeda dengan kehidupan akhirat yang disebutnya murni dan sejati. Firman Allah menyebutkan, “Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan kalau mereka mengetahui.” (QS al-Ankabut [29]: 64).

Dalam Alquran, kematian disebut dengan beberapa terma, antara lain, al-maut, al-wafah, al-ajal, dan al-ruju` yang secara harfiah berarti kembali.

Bila menunjuk kata yang terakhir, al-ruju`, kematian bisa dipahami sebagai proses perjalanan pulang menuju negeri akhirat, kampung halaman kita yang sebenarnya.

Secara kejiwaan, pulang atau perjalanan pulang merupakan kegiatan paling menyenangkan karena setiap orang, menurut fitrahnya, ingin cepat-cepat pulang (kembali).

Tradisi pulang kampung (mudik) sangat menyenangkan meski berdesak-desak dan macet sepanjang jalan. Jadi, kematian itu seperti mudik ke tanah leluhur; mestinya menyenangkan, dengan satu syarat, tentu saja memiliki dan membawa bekal yang cukup, yaitu kebaikan (amal saleh).

Sebagai Muslim, kita mesti mampu memetik pelajaran dari setiap peristiwa kematian. Pertama, karena kematian pasti, kita mesti selalu mengingatnya dan menjadikannya sebagai nasihat.

Kedua, karena kematian sejatinya merupakan perjalanan pulang, kita mesti meperbanyak bekal, ibadah, dan amal shaleh.

Ketiga, tidak boleh lupa, kita berdoa kepada Allah agar tidak kembali kehadirat-Nya kecuali dalam keadaan Islam. “Dan, janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS Ali Imran [3]: 102). Wallahu a`lam!